Sepasang peep toe tegas membentur susunan batu hias yang ada di bawah kakinya. Jalan setapak kecil dengan beberapa lampu hias yang berdiri membentuk lekukan jalan itu menjadi akses utama untuk Alexa kembali ke rumahnya siang ini. Ia akan pergi ke bangunan Joy Holding's Company selepas jam makan siang usia dan semua pegawainya memulai kembali aktivitas yang sempat tertunda. Alexa harus mengganti pakaiannya dan aroma tubuhnya kali ini. Ia tak suka kalau parfum bekas yang dipakai untuk menghadiri pemakaman seseorang diendus oleh orang-orang di sekitarnya nanti. Juga, gaun hitam yang jatuh tepat di atas betisnya itu pun tak pantas kalau dibawa ke dalam bangunan kantor untuk mulai bekerja. Alexa harus pandai menyesuaikan dirinya dengan keadaan yang ada di sekitar. Ia tak ingin terlihat aneh kalau-kalau ada mata lensa kamera yang menangkap pergerakannya.
Wanita muda itu berjalan menaiki satu persatu anak tangga untuk sampai di teras rumahnya. Sejenak kemudian pi
"S.E Association adalah sebuah organisasi gelap yang berkerja di bawah naungan seorang pemimpin tak beridentitas resmi. Semua yang ingin mencari tahu pasal S.E Association hanya akan menemui jalan buntu kalau-kalau mereka berharap bisa menemukan siapa pemimpin yang sudah membangun organisasi biadab itu. S.E Association adalah organisasi perdagangan manusia yang berpusat di California, Amerika Serikat. Setiap tahunnya, perusahaan gelap itu selalu mendatangkan banyak wanita dan anak-anak untuk dikirim di dalam bisnis seks bawah tanah. Mereka akan dipaksa untuk menjadi wanita penghibur para laki-laki berhidung belang. S.E Association juga menerima penyelundupan imigran gelap yang masuk ke dalam sebuah negara tanpa surat resmi. Orang-orang yang datang di bawah S.E Association paling beruntung akan menjadi seorang bodyguard di sebuah perusahaan besar seperti Mr. Lucky salah satunya. Namun, jika orang itu tak beruntung, maka nyawanya akan sia-sia dengan orang tubuh yang dijual di pasar ge
Dua lamp sandwich ada di dalam genggaman tangannya kali ini. Ia baru saja keluar dari sebuah kedai kecil tempat makanan ringan ini dibuat. Harry menyelesaikan kasusnya dengan baik. Seperti biasa, ia menang! Pria itu mengalahkan segala dahlil dari jasa penuntut dan meluluhkan hati para hakim yang memimpin persidangan. Seorang wanita tua dengan pekerjaan tak tetap berhasil dibebaskannya olehnya hari ini. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatannya berbicara dengan sang pengacara yang sudah menyelamatkan hidupnya, wanita itu memeluknya lalu memberi beberapa lembar uang yang katanya bisa digunakan oleh Harry untuk 'jajan' di pinggir jalan.Harry menerima itu. Ia tak terbiasanya menolak pemberian dari orang lain. Meksipun jumlahnya kurang kalau dibuat membeli dua Lam Sandwich berukuran besar, tetapi Harry benar-benar menghargai pemberian wanita tua itu. Jika saja ia tak memberikan uang pecah untuknya, Harry tak akan berpikir untuk menghabiskan uangnya di tempat sepe
"Kalau tak bisa menyebut diriku sebagai manusia, maka jangan melakukan itu. Lakukan hal yang ingin kau lakukan saja, Alice." Sepasang boots tinggi yang membungkus kedua kaki wanita cantik itu masih bergerak dengan kecepatan ringan mengikuti alunan melodi yang keluar dari piringan hitam di sudut ruangannya. Bukannya Alexa tak bisa membeli DVD player atau semacamnya untuk mendengarkan musik. Alexa menyukai sensasi yang didapat kala ia mendengarkan musik dari piringan hitam itu. Rasa-rasanya ia kembali pada masa dimana tak banyak gedung bertingkat juga tak banyak permainan politik seperti ini. London dulunya adalah kota yang syahdu. Damai dengan penuh kesan kuno di dalamnya."Alexa!" Alice kembali berteriak. Wanita yang jauh lebih tua dari Alexa itu tak henti-hentinya memberi pandangan yang tajam untuk dirinya. Alice datang untuk meminta Alexa memutuskan hubungannya dengan Luis. Pertunangannya dengan Mr. Gill akan segera dilaksanakan. Tak boleh ada yang menghalangi
"Kenapa kau ingin membunuh saudara kandungmu sendiri, Nona Alexa?" Harry menyela keheningan yang ada. Ia meletakkan satu botol wine di tengah meja sembari melirik wanita yang masih bungkam selepas Alice pergi dari hadapannya. Alexa tak membuka mulutnya selepas itu. Ia bahkan tak menatap Harry dan menyambut kedatangannya. Pria itu bak angin berlalu yang baru saja mengembuskan ego di dalam diri Alexa. Jika Harry tak datang, Alexa sudah berada di dalam penjara sekarang. Namun, jika kepolisian sukses menangkap basah dirinya. Tentu saja, Alexa akan membuat skenario palsu untuk meloloskan dirinya dari ini semua."Nona Alexa ... kau mendengarkan diriku, bukan?"Alexa kini menoleh padanya. Sejenak tatapan tajam ia berikan pada Harry yang baru saja meletakkan pantatnya di atas sofa. Ia membenarkan jas mahal yang membalut tubuhnya lalu tersenyum manis menghibur hati Alexa yang sedang gundah. Tentunya, marah ada di dalam pandangan mata itu.
"Untuk menangkap pembunuh Mr. Joe yang sebenarnya."Alexa kini menatapnya dengan tajam. Hening membentang di antara keduanya sebelum akhirnya tawa lepas keluar dari celah bibir wanita muda itu. Ia menertawakan kalimat Harry! Bukan hanya Alice yang membuatnya gila siang ini, tetapi juga pria satu ini. Secara tidak langsung Harry mengatakan bahwa keluarga Ambrosius adalah dalang di balik kematian Mr. Joe."Kau menuduh Luis atau Mr. Gill yang melakukan itu? Harry, come on! Kau bahkan tau etika seorang pengacara bukan?" Alexa melirihkan nada bicaranya. Kalimat itu keluar dengan penuh penekanan yang tegas. Ia ingin memberi tahu pada pria yang ada di depannya itu bahwa pemikiran seperti itu hanya akan membuat dirinya hancur. Harry sedang bermain-main bersama seorang pemilik gedung terbesar di Britania Raya."Aku melihat nama Luis ada di dalam daftar kematian Mr. Joe, dia adalah orang yang sempat menemuinya sebelum
Alexa menatap kepergian laki-laki bertubuh jangkung itu dengan tajam. Memalingkan wajah sembari menghela napasnya kasar selepas Harry Tyler Lim benar-benar pergi dari hadapannya. Kasar dirinya berdecak beberapa saat kemudian. Netranya mulai melirik segelas wine mahal yang ada di dalam genggamannya. Sigap ia melemparnya. Segelas wine itu membentur kasar dinding yang ada di depan Alexa saat ini. Cairan berwarna pekat mengotori dinding ruangannya dengan bercak yang ada di mana-mana. Ia berteriak lantang. Mengacak puncak kepalanya lalu berputar dengan kasar. Teriakan Alexa sukses mencuri perhatian pria yang ada di luar sana. Ia berlari masuk dengan napas yang terengah-engah. Mulai menundukkan pandangannya selepas tahu apa yang terjadi di dalam ruangan. Alexa menggila. Pecahan kaca gelas dengan cairan wine yang mengotori sudut ruangan kini menjadi fokus sepasang netra pekat miliknya. Ia diam melipat tangannya di belakang tubuh sembari menundukkan pandangannya. Kalau Alexa sedang ma
"Karena kau tak terkejut, pastinya kau sudah mengetahui itu, Mr. Harry." Xena melanjutkan kalimatnya. Ia tersenyum kecut untuk pria yang hanya bisa mengangguk ini. Harry yakin Xena bukan orang yang bodoh. Ia bisa mengatur dan mengolah perusahannya dengan baik, maka dari itu wanita muda ini pasti juga pandai dalam memahami situasi yang terjadi padanya saat ini. Harry adalah seorang pengacara. Seorang pengacara adalah orang-orang terpilih yang pandai merasakan apapun di sekitarnya. Termasuk fakta bahwa wanita yang duduk di depannya ini adalah seorang pengkhianat besar."Nona Xena, boleh aku tanya sesuatu?" Harry menyaksikan raut wajah aneh itu. Tatapannya bak orang yang sudah kehilangan sesuatu. Di dalam netra itu, Harry melihat sebuah penyesalan yang luar biasa besarnya. Entah untuk apa, jika hanya sebab dirinya pergi bersama kekasih Alexa, maka itu sedikit berlebihan untuk ukuran anak-anak remaja kala itu."Nona Alexa adala
Sepotong kue kering baru saja masuk ke dalam mulutnya. Pria jangkung itu terus saja menatap layar besar yang ada di depannya. Fokusnya benar-benar tak bisa dialihkan sebab dan perihal alasan apapun. Ia ingin fokus menatap semua yang didapatkan oleh Ace malam ini. Kiranya Harry akan bisa tidur dengan sedikit lega sebab pria berambut keriting ini memenuhi janjinya. Dalam satu hari, Ace kembali menadapat apa yang ia inginkan. Informasi pada laki-laki bernama Daniel Denan Ambrosius. Si misterius yang hilang beberapa puluh tahun yang lalu."Aku mengira seseorang membunuhnya, Harry." Ace memulai kalimat. Ia pergi dengan tatapan aneh untuk Harry. Sejenak tak ada suara di antara keduanya. Sama-sama diam dengan saling menatap satu sama lain. Harry tak pernah segila ini. Pikirannya diajak melayang ke mana-mana hanya sebab ingin mencari tahu perihal seorang anak laki-laki yang tak jelas keberadaannya."Kenapa begitu?""Tak ad