"Untuk apa kau datang ke sini?" tanya Alexa menutup kembali botol wine yang ada di depannya. Ia melirik ke arah pria jangkung yang ada di depannya itu. Jujur saja, ia tak menyukai Luis menerobos masuk ke dalam lantai Puncak Camaraderie, Alexa sudah menghapus akses untuk pria jangkung ini selepasnya kematian sang kakak kandung. Ia tak Sudi lantai suci yang dibangun dengan menggunakan tetesan darah perjuangan miliknya itu, diinjak dengan menggunakan sepatu kotor milik pria yang ada di depannya itu. Meksipun Alexa membenci sang kakak, tetapi ia lebih membenci pria yang ada di depannya itu. Ia tak sudi berhubungan lagi dengan Luis. Hari ini, Alexa akan benar akan mengakhiri hubungannya dengan Luis Ambrosius.
"Mengunjungi kekasihku yang baru saja keluar dari penjara." Pria itu tersenyum aneh. Ia melirik ke arah Alexa yang terkesan tak acuh dengan apapun yang dikatakan oleh dirinya. Wanita muda itu masih saja kokoh dalam diamnya. Bermain dengan gelas cantik berbentuk bunga tulip ya
"Luis Ambrosius," ucapnya dengan nada lirih. Nama itu menjadi pembuka untuk pria berjenggot rata nan tipis yang menutupi seluruh bagian dagu dan separuh bawa wajah wajah tampannya itu. Ia terus menatap punggung seorang pria yang ada di depannya itu. Tak bisa menatap wajahnya, Wriston hanya boleh mendapatkan pandangan berupa punggung lebar milik seorang pria yang memanggilnya datang kemari.Asap rokok mengepul di udara. Menjadi aroma ruangan yang minim cahaya juga tak banyak lubang untuk membiarkan udara masuk ke dalamnya. Ini adalah ruang rahasia. Dibangun tepat di sebuah gedung utama yang sering dikunjungi oleh orang-orang yang datang ingin menyewa atau membeli properti pada Mr. Cristiano Bo Dalbert. Ya, pria yang baru saja memanggilnya untuk datang adalah pria yang sama, yang mengunjungi Dokter Lim Won Shik siang tadi. Pria itu sudah kembali ke rumahnya. Ia ingin berbicara pada 'anjing baik' yang begitu setia padanya. Ia menjadi peluru yang tepat sasaran
"Kalau dia masih hidup itu artinya semua orang-orang yang berhubungan dengan kematian palsunya di masa lalu sedang terancam bahaya." Sebuah kalimat baru saja menghentikan aktivitas kecil milik Harry. Pria itu menoleh. Ia menatap ke arah Ace yang baru saja memutar kursi untuk mengarahkan pandangan mata pada Harry. Pembicaraan kali ini benar-benar serius. Ace bahkan tak mengembangkan senyum di atas wajahnya seperti biasa.Jujur saja, kedatangan Mr. Cristiano Bo Dalbert yang terkesan begitu tiba-tiba membuat semuanya terasa begitu kacau sekarang ini. Bersama kabar itu, Dokter Lim Won Shik mengatakan bahwa pengirim jari jemari Mr. Joe ke dalam laboratorium BioCell miliknya adalah pria yang sama. Alasannya? Pria itu enggan memberi tahu. Ia melenggang pergi begitu saja selepas meninggalkan Dokter Lim. Katanya, jika ingin berbicara banyak, maka datanglah ke sebuah alamat yang dikirimkan secara pribadi lewat surel milik pria gendut itu. Sebuah alamat yang asing, yang bahkan Dokter Li
Fajar menyingsing. Sinarnya tegas menghangatkan bumi. Sedikit memanas di setiap detiknya. Kiranya, musim panas membawa banyak perubahan untuk London. Tak ada lagi yang akan kedinginan. Suhu memanas, menghangatkan hingga membakar kulit orang-orang yang beraktivitas tanpa pelindung yang tepat di luar ruangan.Alexa mencintai suasana ini. Terang, sinar sang surya menerpa masuk menembus jendela kaca besar ruangannya. Teknologi Puncak Camaraderie dimatikan, sebab jika pagi menjelang siang begini, cahaya indah di puncak Camaraderie tak akan benar-benar bisa menyayangi agungnya sang surya.Di sebuah sudut ruangan, seorang pria tampan datang bersama perlengkapan kerja yang memadai. Khas seorang pengacara kalau sedang menemui kliennya. Sejak kemarin, tepat saat Alexa dibebaskan, Harry belum menyapa, juga belum datang untuk memberikan ucapan yang tepat. Selamat juga meminta maaf. Dirinya menjadi korban utama dari kejahilan milik Harry Tyler Lim."Awak media menunggumu di
Shan Entertainment, gedung hiburan terbesar di London dengan reputasi berbaik. Membawa banyak bintang-bintang besar yang membanggakan. Semua yang berlabel Shan Entertainment adalah orang-orang berhasil yang tak pernah mengecewakan. Di sini, katanya semua mimpi dan harapan dibangun, masa depan ditata dengan baik dan benar. Tak ada yang gagal kalau sudah ada di bawah naungan Shan Entertainment"Nona Xena ...." Seorang pegawai memanggilnya. Seorang wanita cantik menoleh, mengarahkan pandangan matanya pada orang yang baru saja datang dan mengetuk pintu kayu yang sengaja di buka separuhnya untuk membiarkan cahaya dan udara masuk ke dalam ruangan."Ada yang ingin bertemu dengan Anda," tuturnya dengan nada ringan. Tersenyum pada wanita yang hanya menganggukkan kepalanya ringan. Tak ada suara, diam membisu adalah respon yang diberikan oleh wanita muda itu. Anggukan kepala ringan datang kemudian. "Bolehkah dia masuk?""Tentu saja boleh ...." Seorang pria menyela. Membuat
"She is your mother, Alexa!" Suara berat itu akhirnya meninggi. Ia tak sanggup lagi dengan pemikiran bodoh sang putri. Selama ini, Alexa terlalu bodoh dalam menyimpulkan keadaan. Putrinya terlalu egois dan terburu-buru, ia bisa benar-benar menjadi dewasa."Dia adalah ibumu, Alexa," ulang Mr. Aric dengan nada melirih. Kedua tangan itu meraih pundak sang putri. Mencoba untuk membawa tubuh Alexa mendekat padanya. Ia ingin kedamaian, dirinya pun yakin, bahwa Alexa juga begitu. Impian sang putri hanyalah menjalankan gedung ini dengan damai dan tenang. Tak ada yang menghalanginya, itulah yang diidamkan oleh seorang Sherina Alexander Lansonia selama ini."Suruh pria itu keluar dan kita berbicara empat mata," ucapnya memohon. Ia melirik ke arah Harry yang masih menonton semua ini dengan bisu. Dirinya enggan berbuat apapun sekarang. Jujur saja, dirinya penasaran seperti apa Mr. Aric yang digadang-gadang oleh pamannya adalah pria yang baik yang
Laju mobil tegas membelah padatnya jalanan kota. Membawa tubuh seorang wanita cantik yang baru saja keluar dari dalam bangunan kantornya. Ia membenci suasana di sana, selepas mengusir sang ayahanda dengan kasarnya, Alexa pun enggan berbicara pada Harry. Meksipun pria jangkung itu terus saja mencoba untuk menghentikan langkah kakinya, tetapi percayalah, Alexa benar-benar malas untuk bersua dengan siapapun selepas sang ayah menghancurkan mood baiknya. Pria tua bangka itu memang kadang menyebalkan, ingin rasanya, ia menghancurkan pria itu berkeping-keping dan lebur hingga tak berbentuk. Namun, kembali lagi, Mr. Aric Joy adalah ayah kandungnya. Ia juga yang masih memegang kendali penuh dari Joy Group. Jika pria itu hancur, maka Joy Holding's Company pun lambat laun akan begitu, sebab hampir 50 persen, relasi dan kolega milik perusahaannya berasal dari Joy Group."Rumahmu sudah siap, Nona." Mr. Chloe menyela hening. Tak ada musik yang dimainkan. Alexa melarang
Sebuah bingkai foto indah dan rapi membungkus sebuah rekam gambar yang cukup menyita perhatian Alexa sejak tadi. Wanita muda itu enggan menatap ke arah lain selepas Liana mengijinkan Alexa untuk masuk dan duduk di ruang tamu. Liana menolak untuk menjamu Alexa di taman kecil sisi rumahnya. Kata Liana, tak pantas jika tamu datang ke rumah tak diajak masuk dan tak diberi jamuan yang pas. Kiranya, harus benar-benar menjadikan tamu sebagai raja."Itu suamiku, Nona." Liana menyela keheningan. Bahkan sampai sekarang, ia belum punya waktu yang tepat untuk bertanya siapa wanita cantik yang datang dengan buah tangan yang membuat dirinya tercengang. Tak ada tamu yang datang dengan membawa barang semahal itu. "Kalau putra kecil itu adalah anak kandungku," imbuhnya lagi. Ia berjalan mendekat ke arah Alexa sembari membawa nampan berisi teh herbal untuk tamunya."Ngomong-ngomong, kau datang untuk mencari suamiku?" tanyanya dengan lembut sembari meletakkan satu persatu jamuan yang dit
Aku tak bisa menerima pemberianmu, Nona.." Ia menyerahkan kembali buah tangan yang diberikan oleh Alexa. "Apapun tujuanmu, aku tak bisa menerimanya."Alexa tersenyum aneh. "Aku tak ingin menyogok dirimu dengan ini, Mrs. Liana. Aku hanya ingin memberi tahu padamu bahwa aku adalah gadis yang baik. Bukan gadis jahat seperti apa yang ada di dalam cerita suami," pungkasnya menutup kalimat. Ia membuat Liana menaikkan pandangan dan menatap ke arahnya."Apa yang kau maksudkan, Nona Alexa?" tanya Liana sembari mengerutkan dahinya. Kepribadian wanita ini jauh lebih dari dugaannya. Benar kata sang suami, Alexa adalah wanita yang sulit untuk ditebak."Apa yang kau ketahui tentang diriku? Apapun itu pasti hanya hal buruk saja, bukan?" tanyanya berkelit, enggan untuk menuju pada poin pembicaraan mereka. Alexa ingin menikmati semua kunjungan ini. Toh juga, belum tentu kalau ia datang lagi, Liana akan memberikan celah dan membukakan pintu lalu mengijinkan dirinya masuk ke dalam
Kapal berlayar. Bukan hubungan dua insan yang bisa saling menyatukan dua rasa yang sama tujuannya. Kapal besar itu membawa banyak kesedihan untuk meninggalkan London. Alexa tak bisa mempertahankan apapun lagi. Bangunannya runtuh, dirinya menjadi buronan dengan kedua orang tua yang sudah mendekam di dalam penjara. Wanita itu tak bisa berbuat banyak. Pasrah dan terkesan menyerah, tetapi laju kapal ini menjanjikan sebuah kehidupan yang baru.Wanita itu duduk di sisi kapal. Ia menatap laut lepas dengan ombak sedang yang bergulung di depannya. Matanya masih sayu, kakinya sesekali terasa begitu nyeri sebab ia belum mendapatkan pengobatan yang benar-benar layak. Pertolongan pertama yang dilakukan oleh Zia juga Dokter Lim tak bisa banyak membantunya sekarang. Katanya, yang terpenting peluru sudah keluar dari dalam kakinya. Jadi ia tak perlu mengkhawatirkan apapun sekarang ini.Duduk merenung seorang diri, sebelum akhirnya Harry menghampi
Alexa terus meneteskan air matanya. Ia hanya bisa menatap dengan sayu bangunan besar miliknya yang hancur lebur sebab bom meledak dari atas Puncak Camaraderie. Ia tak menyangka kalau inilah akhir dari kisah hidup Alexa. Wanita itu benar-benar tak bisa melakukan apapun untuk saat ini. Isak tangis yang keluar bukan hanya sebab menahan rasa sakit yang ada di kaki kirinya, tetapi juga rasa sakit selepas kehilangan semua yang ia bangun selama sepuluh tahun terakhir. Semuanya hancur begitu saja, Mate dan Daniel benar-benar bajingan gila yang tak punya hati. Ia hanya adalah dua pria bodoh yang terlalu larut dalam dendam dan emosinya di masa lalu."Alexa ...." Mate berjongkok. Ia menarik rambut pendek wanita yang ada di depannya. Sebuah kepuasan tersendiri saat melihat wajah cantik itu menangis tersedu-sedu. Air mata itu mengisyaratkan kemenangan untuk dirinya. "Kau tahu ... dimana Xena dan Wriston meninggal?" tanyanya berbasa-basi. Alexa tak menjawab itu. Ia hany
"Mr. Luis Ambrosius, Anda ditangkap atas pembunuhan Mr. Joe Franky. Anda berhak diam atau menyewa pengacara." Sial! Seseorang melaporkan dirinya. Kini bukti ada di depan mata, Luis tak bisa mengelak apapun lagi. Seseorang menyimpan bukti ini dengan cara yang aman selama ini, hingga ia lupa bahwa ada orang lain selain dirinya. Luis bukan orang yang memotong jari jemari milik Mr. Joe, ia hanya membunuh pria itu juga membunuh mata-mata yang dikirimkan oleh Alexa lalu menyayat telinganya. Luis membenci anggota tubuh yang mempunyai dosa. Itu sebabnya ia melakukan hal itu. Ia tak bisa berbicara apapun selepas rekaman video amatir menampilkan betapa kejamnya ia membunuh dua orang sekaligus dalam satu malam. Kiranya, orang inilah yang ada di tempat kejadian malam itu. Ia muncul pada akhirnya. "Kau tak ingin berbicara apapun lagi, Mr. Luis?" Seorang detektif mencoba untuk menggali informasi darinya. Membuat pria yang ada di depannya itu berbicara. Luis sedari tadi han
-Laboratorium BioCell, Dokter Lim, London, Inggris-Suasana riuh, kedatangan beberapa polisi yang cukup mengejutkan Dokter Lim tak bisa dibendung lagi. Semuanya menerobos masuk, tak ada satu ruangan pun yang tak dijamah oleh mereka. Seseorang melaporkan laboratorium ini. Bukan sebab penelitian gila yang mencuat ke permukaan, tetapi sebuah laporan yang mengatakan bahwa ruangan ini menyimpan potongan jari jemari milik Mr. Joe dan seorang bocah malang bernama Daniel Denan Ambrosius. Tentu, itu adalah potongan jari manusia yang ilegal. Tak ada perjanjian untuk menempatkan itu di dalam bangunan Dokter Lim. Sekarang pria itu tahu, mengapa Mr. Cristiano datang waktu itu. Pria itu hanya ingin memastikan bahwa jarinya masih ada di dalam laboratorium ini. Ia menunggu waktu yang tepat untuk menghancurkan bangunan ini.Dokter Lim hanya bisa pasrah. Ia tak bisa mengelak dan tak bisa berbicara banyak lagi. Ia hanya bisa menundukkan kepalanya dengan dua polisi yang menjaga di belakan
"Pemilik gedung Shan Entertainment ditemukan tewas gantung diri di dalam apartemen pribadinya. Sebuah surat ditinggalkan oleh Nona Xena Alodie Shan terkait dengan beban yang sedang ia tanggung saat ini. Kasusnya masih didalami oleh pihak kepolisian, Nona. Tak ada yang bisa memberikan jawaban pasti untuk saat ini. "Alexa memejamkan matanya. Menarik napasnya dalam-dalam lalu mengembuskannya dengan kasar. Ia memberikan kode pada pria yang ada di sisinya untuk segera membuka pintu mobil. Ia akan pergi menjenguk jenazah si kawan lama.Senja yang buruk, dirinya tak habis pikir jikalau semuanya terjadi begitu cepat. Alexa dan Xena bahkan belum bisa kembali bertemu selepas waktu itu. Percakapan mereka terhenti dan komunikasi mulai putus begitu saja. Ia terkejut, meksipun dasarnya Alexa enggan peduli. Ia benar-benar tak peduli dengan apa yang menimpa Xena, tetapi tetap saja. Bunuh diri? Xena bukan orang bodoh yang akan melakukan itu.&n
"Kepercayaan bisa mengubah orang baik menjadi orang jahat?" Tawa ringan muncul dari celah bibir wanita cantik yang baru saja meletakkan pantatnya di atas kursi. Pandangan wajahnya tak pernah luput dari pria berjenggot tipis yang baru saja mengundangnya untuk datang. Ia terkejut, saat sang kekasih membawanya pergi ke tempat pria asing yang sukses membuat Xena Alodie Shan terperangah tak percaya. Baiklah, jika Mate Xavier masih hidup. Xena menonton berita saat pria itu menjebloskan Alexa ke dalam penjara. Ia juga mulai percaya saat media menyebut dirinya sebagai si jaksa mata satu yang kompeten. Kiranya, mata itulah yang melambangkan bahwa pria ini benar-benar Mate Xavier yang datang dari masa lalu."Lagian, kau benar-benar Daniel Denan Ambrosius?" tanyanya lagi. Kali ini bukan hanya pria bertubuh kekar yang duduk di sisi meja yang mendapatkan perhatian Xena, tetapi juga sang kekasih. Alexa benar, pria ini dikendalikan oleh seseorang. Wriston tak benar-benar
"Aku datang untuk memberikan sesuatu padamu, Alexa." Harry mengimbuhkan. Pria itu kembali membuat pernyataan yang cukup menyita fokus milik Alexa saat ini. Wanita itu menoleh dan mengarahkan pandangan matanya untuk Harry. Ia menunggu pria itu melanjutkan kalimatnya saat ini."Kau masih ingat dengan Mr. Daniel Denan Ambrosius?" tanyanya dengan ringan. Sukses membuat Alexa sejenak membuka matanya, pria itu membuat seluruh aktivitas milik Alexa terhenti begitu saja."Kakak dari kekasihmu, Luis.""Aku sudah putus dengannya." Alexa menjawab. Kembali melanjutkan aktivitasnya dan beranjak pergi dari posisinya sekarang ini. Ia berjalan kembali ke arah kursi dan meja besar tempatnya mengambil air putih untuk Harry. Ia duduk di sana dengan rapi. Menunggu Harry untuk datang menghampiri dirinya."Ada apa dengan kakak Luis? Kau menemukannya?" kekeh Alexa dengan nada ringan. Menatap ke arah pria yang baru saja duduk dan meletakkan pantatnya di atas kursi. "Sudah aku ka
Tersenyum manis, itulah yang dilakukan oleh Alexa dengan terus menatap ke arah rumah besar yang ada di depannya. Ia puas, bukan puas sebab sudah menyakiti hati wanita hamil yang terlihat malang saat ia menceritakan semuanya. Alexa adalah seorang gadis malang yang punya kisah masa lalu yang buruk. Ibunya adalah seorang selir, mati di tangan raja yang sudah meminangnya. Kakak dan ibu tirinya bersekongkol untuk hidup di atas penderita Alexa dan rasa sakit hatinya. Kisah ia persingkat, Alexa tak mau banyak berbasa-basi hanya untuk memperpanjang kalimat dan durasi berkunjung ke rumah istri Mate Xavier. Hal mengejutkan yang membuat air mata jatuh dari tempat persembunyiannya adalah kala Alexa berkata bahwa Mate adalah pria berengsek yang hampir memperkosa dirinya. Ia juga mengkhianati cinta dan kepercayaan Alexa dengan tidur bersama sahabatnya sendiri, Xena. Kiranya, Alexa punya satu alasan yang jelas mengapa ia menusuk mata Mate dan mendorongnya ke dalam sungai dengan aliran air yang sed
Sobraine Black Russians menjadi fokus pandangan pria gempal yang baru saja menyelesaikan tugasnya. Ia duduk bersandar tepat pada sofa besar yang di sisi ruangan. Pandangan matanya fokus menuju tepat ke arah pria muda yang ada di depannya. Harry Tyler Lim datang menyela fokus dan pekerjaan pria tua satu ini. Ia menghentikan aktivitasnya dan mulai fokus pada Harry yang baru saja melemparkan setumpuk kertas yang dikaitkan menjadi satu. Kiranya Harry datang membawa sebuah informasi untuknya. Ekspresi wajah yang tak mendukung, kiranya pria itu sedang memendam amarah yang menggebu-gebu di dalam hatinya saat ini. Harry datang dengan setumpuk dokumen yang berisi beberapa informasi aneh untuknya. Dokter Lim tak tahu apa tujuan dan maksud si ke ponakan datang dengan ekspresi wajah seperti itu."Duduklah, jangan hanya diam saja di sana. Katakan apa yang ingin kau katakan sekarang ini, Harry. Jangan membuatku banyak menunggu." Dokter Lim memprotes, membuat Harry menghentikan sejena