"Kau mengancam diriku, Mate?" Alexa kembali menampilkan senyum yang mengerikan. Perlahan-lahan jari jemarinya mulai mengepal seiring dengan pandangan mata yang terus saja kokoh menatap pria jangkung di depannya itu.
Mate kembali memakai penutup matanya. Ia masih diam enggan untuk berucap sepatah katapun untuk saat ini. Alexa benar-benar tak berubah. Tatapan mata itu tetap sama. Hanya penuh dengan kebencian dan amarah yang membara di dalam dirinya. Perihal kematian sang ibunda, tentunya.
"Alice sudah tak ada lagi di dunia ini. Aku turut berduka cita atas kematian kakakmu, Alexa." Pria itu berbasa-basi. Tak mau langsung pergi pada pointnya. Terus saja mencoba untuk mencuri segala emosi yang dipunyai oleh Alexa. Ia ingin wanita di depannya itu mulai mengamuk.
"Kau masih dendam dengan apa yang dilakukan oleh Alice pada ibu kandung kalian? Aku bisa membuka kasus itu kembali jika kau memenuhi syaratku," ucapnya tiba-tiba. Mencoba membuat penawaran bagus untuk pria yan
"Terus selidiki apapun yang berhubungan dengan Mr. Mate sampai sidang dua hari lagi digelar. Aku harus tahu semuanya tentang musuhku." Pria itu menepuk ringan pundak Ace. Ia tersenyum tipis lalu memutar tubuh dan berjalan menjauh dari hadapan pria yang sudah bertahun-tahun menemani hidupnya itu. Jika saja Ace adalah seorang wanita, mungkin saja Harry sudah menikahinya."Kau mau pergi ke suatu tempat sekarang?" tanya Ace menyela langkah kaki pria yang baru saja ingin meninggalkan dirinya. Harry kembali dipaksa untuk berbalik badan dan kembali menatap paras tampan milik Ace.Untuk"Menemui Dion Julio," sahutnya dengan tegas. Ia tersenyum ringan pada pria yang mulai mengerutkan dahinya."Untuk apa? Kalian akan menjadi musuh nantinya."Harry diam sejenak. Ia menarik sisi bibirnya untuk mengembangkan senyum ringan penuh makna. Di balik mata itu, Ace bisa membaca arti dan maknanya dengan benar. "Janga
Jalanan padat yang amat Alexa rindukan. Ia sudah berhari-hari tak menghirup udara segar di lingkungan luar Kota Londo. Senja indah membentang di atas sana. Langit jingga dengan semburat awan yang menghiasi, kiranya musim panas yang baik untuk dinikmati kalau saja baju tahanan juga borgol tak menghias di kedua pergelangan tangannya. Kasus terus bergulir. Waktu seakan mengatakan pada Alexa untuk lebih sabar dalam menunggu. Harry menepati janjinya. Pria itu mengajukan sidang lebih cepat dari dugaan. Ia ingin Alexa segera diadili dan hukuman yang pas segera dijatuhkan padannya. Meksipun sudah tahu akan bebas dari tempat ini, tetapi tetap saja ia was-was pasal semua yang ada di dalam bangunan Joy Holding's Company. Alexa tak bisa membayangkan kalau polisi datang dan membongkar apapun yang di balik bangunan megah miliknya. Ini yang mengganggu tidur Alexa sepanjang malam. Ia terjaga hingga tubuhnya sedikit lebih kurus dari sebelumnya.Mobil itu akan membawa Alexa pergi
"Kenapa kau mengingkari janjimu, Mr. Mate?" tanya pria itu senantiasa membangun suasana penuh ketegangan dengan pria yang masih kokoh mengisap rokok di sela jari jemarinya. Ia diam, lalu melirik ke arah Harry. Tak ada yang lucu memang, sebab tawa yang dikeluarkan oleh Mr. Mate adalah tawa penuh dengan penghinaan untuk Alexa. Pria inilah yang membawa media untuk datang meliput. Ia mengkhianati perjanjian dengan Harry."Sekarang aku tahu mengapa Alexa berusaha membunuhmu." Pria itu kembali melanjutkan. Ia tersenyum kikuk pada pria yang ada di depannya. Harry ingin menghina, sebab Mr. Mate juga melakukan hal yang sama. "Kau adalah pengkhianat dan bajingan yang tak patuh pada janjimu sendiri, Mr. Mate. Kau tak pantas mendapatkan gelar yang kau punyai sekarang."Tawa muncul begitu saja. Memecah keheningan di antara Harry juga pria bermata satu itu. Mr. Mate berjalan mendekati Harry. Ia berdiri tepat di depan pria yang masih kokoh berm
"Kau akan mengaku apapun itu dengan syarat kau bisa bebas besok pagi?" tanya Harry mengulang kalimat wanita yang ada di depannya. Selepas dirinya kembali dari kediaman pribadi milik Mate Xavier, sebuah panggilan datang melalui ponselnya. Kiranya nama Mr. Chloe menghias di atas layar ponsel itu. Meminta Harry untuk lekas datang ke kantor polisi dan menemui bosnya yang sedang kalut. Hati Alexa tentu saja tak baik-baik saja. Wajahnya terpampang nyata siang ini di layar berita harian. Wartawan mulai mengerumuni bangunan Joy Holding's Company untuk membuat sebuah berita baru yang akan memperkeruh suasana. Kiranya mereka semua benar-benar menunggu kabar mengejutkan datang dari bangunan itu.Tak ada yang pernah menyangka tentunya, Alexa akan ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara sebab sebuah kemarin yang tak jelas asal usulnya. Semua mata dan telinga kini dipersiapkan untuk sidang besok pagi."Apapun yang kau butuhkan untuk memenangkan sidang, maka aku akan memberikannya
"Pertama ... sebarkan berita bahwa aku tak akan keluar dari penjara dalam waktu dekat. Kasus rumit yang menjerat diriku inilah yang menjadi alasannya. Buatlah ayahku dan Nyonya Lucy Samantha percaya akan hal itu. Aku akan meminta akses dengan menggunakan relasi Harry Tyler Lim sebagai pengacara dari S.E Association. Meksipun ini adalah bulan terakhir jabatannya, tetapi posisi itu akan sedikit menguntungkan untuk diriku. Terlebih lagi aku adalah Sherina Alexander Lansonia.""Lalu setelah kabar itu sampai ke telinga Mr. Aric, apa yang akan lakukan, Nona?""Aku akan menyakinkan Harry dengan membuat taruhan. Aku akan mengakui semua fakta yang ingin diketahui Harry dengan menjebloskan diriku ke penjara. Aku akan membuat Harry mempercepat sidang dan aku aku akan dibebaskan paling lambat dua hari dari sekarang. Aku ingin memaafkan waktu ini untuk tahu siapa yang berada di pihakku dan siapa yang ingin mengkhianati diriku."Kalimat itulah yang menjadi dasar Mr. Chloe mel
"Ini adalah rekaman asli kamera pengawas dari rumah Mrs. Marina. Terlihat Nona Alexa masuk ke dalam rumah dan tertangkap kamera keluar setelah beberapa menit kemudian." Pria dengan jubah hitam bercampur merah tua itu memulai. Tangannya menunjuk ke arah layar besar yang ada di sisi ruangan. Menyita beberapa fokus orang yang ada di sana untuk mengarahkan pandangannya masuk ke dalam layar besar itu. "Waktu yang cukup untuk melakukan pembunuhan dengan memberikan racun VX untuk menginfeksi tubuh dan jaringan syaraf milik Mrs. Marina," imbuhnya lagi. Sidang dimulai, semua dilakukan secara tertutup dengan hanya ada tiga media perwakilan saja yang boleh masuk dan menontonnya. Bahkan tak boleh melakukan siaran langsung untuk ini. Cukup, sampai kemarin saja kekacauan dan banyak berita bohong datang untuk menghantam pendirian Alexa juga Joy Holding's Company. Kini waktunya fakta terungkap, dan mata berbalik dari wajahnya. Alexa sudah cukup muak dengan semua yang terjadi."Jadi ... kenap
"Kau punya buktinya?" Alexa melirih. Ia menarik pergelangan tangan pria yang baru saja bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan untuk mendekat ke arah wanita yang duduk di atas kursi terdakwa. Harry melirik sekilas Alexa yang ada di sisinya. Ia tersenyum manis lalu melepaskan genggaman tangan wanita itu dengan perlahan. "Masih tak mempercayai diriku?" ucapnya tertawa kecil. Setelah sekian lama dirinya tahu bagaimana seorang Harry Tyler Lim kalau berada di dalam ruang sidang. Etikanya sebagai pengacara benar-benar unik dan berbeda dari yang lainnya. Ia menganggap ruangan suci ini sebagai arena bermain untuk dirinya. Ah, benar. S.E Association lah yang menjadi guru utama untuk Harry. Pasti ajaran yang didapat oleh pria itu berbeda dengan ajaran seorang pengacara pada umumnya."Ini adalah rekaman yang dipasang oleh Mrs. Marina ditempat yang pribadi. Seperti ada di dalam sela-sela pohon hias yang ada di sudut ruangan. Aku menemukannya beberapa jam sebelum si
"Ambilah, aku memberikan apa yang kau minta," ucap Mr. Aric meletakan dokumen yang ada di dalam genggamannya itu tepat di atas meja kaca yang menjadi sekat duduk sang istri dengan jendela besar yang menghadap ke luar ruangan. Ia tersenyum aneh kala wajah Lucy memandang ke arahnya dengan sedikit semburat ketidakmengertian, Lucy kiranya belum bisa benar-benar menerima kedatangan sang suami. Kiranya Aric banyak memberikan kejutan untuknya belakang ini."Kau yang meminta kuasa untuk mendampingi Alexa, maka aku akan memberikan itu. Kau boleh tinggal di dalam rumah Alexa dan menjadi walinya. Kau hanya perlu persetujuan dari Alexa," ucapnya menuturkan. Kali ini Lucy mulai mengerti, Aric berusaha melakukan yang terbaik yang bisa ia lakukan. Untuk sang putri tentunya."Bagaimana jika Alexa tak mau? Haruskah aku memaksanya?" tanya Lucy dengan memunculkan senyum yang aneh. Ia menatap ke arah pria tua yang kini duduk di atas sofa sembari men