"Ini adalah rekaman asli kamera pengawas dari rumah Mrs. Marina. Terlihat Nona Alexa masuk ke dalam rumah dan tertangkap kamera keluar setelah beberapa menit kemudian." Pria dengan jubah hitam bercampur merah tua itu memulai. Tangannya menunjuk ke arah layar besar yang ada di sisi ruangan. Menyita beberapa fokus orang yang ada di sana untuk mengarahkan pandangannya masuk ke dalam layar besar itu. "Waktu yang cukup untuk melakukan pembunuhan dengan memberikan racun VX untuk menginfeksi tubuh dan jaringan syaraf milik Mrs. Marina," imbuhnya lagi. Sidang dimulai, semua dilakukan secara tertutup dengan hanya ada tiga media perwakilan saja yang boleh masuk dan menontonnya. Bahkan tak boleh melakukan siaran langsung untuk ini. Cukup, sampai kemarin saja kekacauan dan banyak berita bohong datang untuk menghantam pendirian Alexa juga Joy Holding's Company. Kini waktunya fakta terungkap, dan mata berbalik dari wajahnya. Alexa sudah cukup muak dengan semua yang terjadi.
"Jadi ... kenap
"Kau punya buktinya?" Alexa melirih. Ia menarik pergelangan tangan pria yang baru saja bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan untuk mendekat ke arah wanita yang duduk di atas kursi terdakwa. Harry melirik sekilas Alexa yang ada di sisinya. Ia tersenyum manis lalu melepaskan genggaman tangan wanita itu dengan perlahan. "Masih tak mempercayai diriku?" ucapnya tertawa kecil. Setelah sekian lama dirinya tahu bagaimana seorang Harry Tyler Lim kalau berada di dalam ruang sidang. Etikanya sebagai pengacara benar-benar unik dan berbeda dari yang lainnya. Ia menganggap ruangan suci ini sebagai arena bermain untuk dirinya. Ah, benar. S.E Association lah yang menjadi guru utama untuk Harry. Pasti ajaran yang didapat oleh pria itu berbeda dengan ajaran seorang pengacara pada umumnya."Ini adalah rekaman yang dipasang oleh Mrs. Marina ditempat yang pribadi. Seperti ada di dalam sela-sela pohon hias yang ada di sudut ruangan. Aku menemukannya beberapa jam sebelum si
"Ambilah, aku memberikan apa yang kau minta," ucap Mr. Aric meletakan dokumen yang ada di dalam genggamannya itu tepat di atas meja kaca yang menjadi sekat duduk sang istri dengan jendela besar yang menghadap ke luar ruangan. Ia tersenyum aneh kala wajah Lucy memandang ke arahnya dengan sedikit semburat ketidakmengertian, Lucy kiranya belum bisa benar-benar menerima kedatangan sang suami. Kiranya Aric banyak memberikan kejutan untuknya belakang ini."Kau yang meminta kuasa untuk mendampingi Alexa, maka aku akan memberikan itu. Kau boleh tinggal di dalam rumah Alexa dan menjadi walinya. Kau hanya perlu persetujuan dari Alexa," ucapnya menuturkan. Kali ini Lucy mulai mengerti, Aric berusaha melakukan yang terbaik yang bisa ia lakukan. Untuk sang putri tentunya."Bagaimana jika Alexa tak mau? Haruskah aku memaksanya?" tanya Lucy dengan memunculkan senyum yang aneh. Ia menatap ke arah pria tua yang kini duduk di atas sofa sembari men
"Kabar terkini! Pengadilan negeri menyatakan bahwa Nona Sherina Alexander Lansonia dinyatakan bebas pagi ini. Terdakwa dinyatakan tidak bersalah setelah sang pengacara menyanggah dan mampu menyerahkan semua bukti yang menyanggah bahwa Nona Sherina Alexander Lansonia bukanlah pelaku atas kasus kematian yang menimpa seorang wanita tuna wisma bernama Mrs. Marina. Kejaksaan ...." Volume radio yang ada di sisi stir mobil mulai hilang seiring dengan pria dewasa yang memutar tombol suara untuk mengecilkannya. Bukan tanpa sebab, semua adalah perintah dari wanita yang duduk di atas kursi penumpang, sejajar dengan Mr. Chloe. Kabar yang baik, Alexa dibebaskan hari ini. Namun, entah mengapa, wajah Alexa tak benar-benar bahagia untuk itu. Bahkan mendengar pasal kabar kebebasannya saja, sudah membuat hatinya bercampur aduk."Apa yang akan kau lakukan setelah ini, Nona? Memecat para pegawai dan relasi yang tak setia padamu?" tanya Mr. Chloe memecahkan keheningan yang ada
Sepasangan peep toe itu melangkah dengan tegas. Membawa setiap emosi yang ada di dalam diri Alexa untuk menemui tujuanya. Sesuai dugaan Alexa, semua pelayan rumah ini akan menyambut kedatangannya dengan penuh hormat dan rasa suka cita. Kembalinya Alexa tentunya menjadi angin segar untuk semua yang mengabdikan hidupnya untuk rumah mewah ini. Toh juga, mereka semua tahu bagaimana Sherina Alexander Lansonia itu. Tak seperti apa yang dijaga oleh dunia, bagi mereka, Alexa adalah wanita baik yang memberikan harapan dan membuat kehidupan untuk mereka semua. Wanita itu adalah wanita yang baik, tak benar-benar jahat seperti apa yang dimaksudkan oleh dunia. Kabar burung di luar sana benar-benar berbohong."Selamat kembali, Nona Alexa." Seseorang menegur. Menyapa wanita cantik yang baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.Alexa terhenti. Ia memandang jajaran pegawai dan pengurus rumah yang masih saja setia dengannya hingga saat ini. "
Jari jemari itu kuat meremas setiap helai rambut milik wanita tua yang kini merintih kesakitan. Jari Nyonya Lucy mencoba untuk membuka setiap genggaman jari jemari lentik milik Alexa. Ia sudah tak kuat menahan rasa sakit di atas permukaan kepalanya kala Alexa menarik dan menyeret tubuhnya ke tepi ruangan. Tak ada yang bisa menolong. Semuanya hanya diam berdiri di tempatnya. Sebagian pegawai sudah kembali melaksanakan tugasnya saat ini. Beberapa dari mereka tinggal untuk memastikan Alexa tak kekurangan apapun."Kau datang sebab ingin tinggal di sini dan menjadi nyonya besar?" tanya Alexa berbasa-basi. Ia terkekeh ringan untuk kalimat yang baru saja terlontar keluar dari celah bibirnya. Terus memandang wajah wanita yang ada di depannya.Dari balik bibir dengan sudut yang terluka sebab tamparan dan bogem mentah yang Alexa tujukan padanya beberapa kali sebelum ini, Nyonya Lucy tersenyum tipis. Kepalanya mengangguk dengan tatapan m
"Jika kau pergi dari sana, tak ada kesempatan untuk kembali lagi, Nona. Pikiran terlebih dahulu keputusanmu, Nona Alexa. Kau tak bisa menyesali itu di akhir kisah nanti." Pria yang duduk di sisi kursi kemudi itu menoleh. Ia menatap Alexa yang duduk tepat sembari menikmati suasana jalanan kota. Memutuskan untuk pergi dari rumah mewah itu adalah pilihan utama yang paling baik. Harry benar, sebelum pria itu pergi sebab sebuah kasus datang padanya, ia berkata bahwa Alexa tak perlu menjadi anjing liar hanya untuk melukai dan membunuh anjing liar lainnya. Tetaplah menjadi seorang Sherina Alexander Lansonia yang dikenal oleh Harry. Jangan berubah menjadi iblis rendahan hanya untuk memberi makan napsu dan egonya saja."Lakukan saja, jangan banyak bicara." Alexa menyahutnnya. Ia terlihat begitu malas dan enggan untuk membahas apapun yang terjadi sebelumnya. Lelah dirasa, bukannya disambut dengan kehangatan dan kehidupan yang nyaman, Nyonya Lucy Samantha benar-benar
"Wriston?" Xena mengulangi. Ia bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan mendekat ke arah Alexa. Berdiri sejajar dengan wanita yang kini mengangguk ringan untuk nama yang baru saja disebut olehnya."Kenapa harus kekasihku? Kau punya masalah dengannya yang tidak aku ketahui?" tanya Xena lagi. Ia mengerutkan dahinya untuk ekspresi wajah Alexa saat ini."Memangnya apa yang kau ketahui tentang bajingan itu?""Alexa!" Xena menyentak. Ia menarik perhatian si mantan kawan dekat yang baru saja ingin berpaling darinya. Berjalan menuju ke arah meja berbentuk persegi yang diletakkan di sisi jendela tempat mereka memandang keindahan kota London di musim panas."Jangan mencoba untuk memancing emosiku. ""Kalau begitu jangan datang ke sini," sahutnya dengan nada enteng. Wanita itu melepaskan kasar genggaman tangan Xena dengan kasar. Ia memilih menjauh dan berjalan ke sudut lainnya. "Aku tak meminta dirinu datang atau berbincang-bincang untuk menyambut kepulanga
Asap rokok mengepul di udara, membawa aroma tembakau yang khas masuk dan menari-nari di dalam lubang hidung satu lagi pria yang duduk memunggungi seorang pria bertubuh kekar yang baru saja datang menyambangi tempat kerjanya. Tamu ini tak diundang, bahkan jujur saja, Dokter Lim Won Shik terkejut mendengar kabar dari salah satu pegawainya yang menghantarkan sebuah pesan dari seorang pria asing yang baru saja masuk secara ilegal ke dalam bangunan kerjanya ini.Awalnya ia mengira sang keponakan sedang bergurau dengan dirinya. Mengusik ketenangan jiwa dan fokus mata untuk mengamati objek-objek kecil di dalam mikroskop miliknya itu. Namun, siapa sangka, seseorang yang selama ini ditunggu-tunggu oleh pria tua berjenggot abu-abu itu datang di saat waktu yang tak tepat, sebab Dokter Lim sedang sibuk-sibuknya saat ini.Ya, dia adalah Mr. Cristiano Bo Dalbert. Seorang pengusaha yang tiba-tiba saja namanya muncul ke permukaan sebagai seorang