Zia tertawa lepas. Ia menarik kasar kursi yang ada di depannya lalu kembali duduk dengan kasar. Pandang mata ia tujukan pada pria yang ada di depannya saat ini. Jujur saja, Zia masih tak bisa mengerti dengan jalan pikiran pria tampan yang ada di depannya itu. Bertahun-tahun lamanya sudah, tetapi Ace Brancroft masih saja bodoh dengan pemikiran konyolnya itu. Zia tak bisa bersama dengan pria yang punya alur juga jalan pikiran yang berbeda dengannya seperti ini.
"Jika kau merindukanku, mengapa tak mencariku? Sudah nyaman dengan Harry Tyler Lim?" tanyanya sembari tersenyum seringai. Ia terus saja menatap pria yang ada di depannya saat ini. Sesekali dirinya mendengus untuk Ace. Ingin marah, ingin memaki habis-habisan, itulah yang dulu direncanakan oleh Zia Eleanor kala dirinya diberi kesempatan untuk bisa bertemu dengan pria yang dulu sempat mencuri hatinya ini. Namun, naas! Ia hanya bisa terus merengek bak bocah sok kuat dengan memberikan kalimat tegas bernada tinggi. Zia masih t
"Alexa pergi ke luar negeri tanpa ada catatan penerbangan yang resmi?" Wanita tua itu memutar tubuhnya. Ia menatap pria dengan keadaan wajah yang sudah tak sehat lagi. Mr. Chloe ditangkap oleh anak buah milik Nyonya Lucy Samantha. Ia tak mau mengaku dimana perginya Alexa dua hari terakhir ini. Benar-benar hilang! Tak ada catatan apapun yang ada di dalam aktivitas kerja milik wanita muda itu. Selepas membuat konferensi pers mendadak dengan menggunakan topeng terbaik, Alexa menghilang begitu saja. Bahkan ponselnya dimatikan dan tak ada titik lokasi yang bisa membuat Nyonya Lucy Samantha melacak keberadaan anak tirinya.Hanya Mr. Chloe yang selalu wara-wiri juga keluar masuk bangunan Joy Holding's Company. Jika pun, Alexa benar-benar berangkat ke luar negeri, pasti pria itu akan mengekorinya. Alexa tak bisa benar-benar pergi dan mengurus semuanya sendirian. Toh juga, Harry Tyler Lim ada di London saat ini."Kau pikir aku akan percaya dengan kebohongan itu, Mr. Chloe?" Kem
Harry adalah penyelamat untuk Mr. Chloe sekarang ini. Untung saja pria itu melihat Mr. Chloe berjalan tergopoh-gopoh tanpa alas kaki yang membalut jari jemarinya. Pria itu berjalan di tepi jalan yang sepi dengan aspal panas yang menjadi alas pijakannya. Suhu di London kalau siang hari tepat di musim panas datang tak pernah mau diajak bersahabat. Mentari yang menurunkan sinarnya di tengah hari, sungguh keterlaluan kadang kala. Seakan-akan tak lagi hanya ingin membuat bumi menjadi lebih terang dan cerah dari malam hari, raja siang yang datang memanggang semua komponen yang ada di bawahnya saat ini. Ingin membakar sampai hangus kiranya."Kita terlalu banyak tamu belakangan ini, Harry!" Seorang pria yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu mulai memprotes kala tahu siapa yang sedang duduk dan menyandarkan tubuhnya ke belakang sembari sesekali mengerang merasakan tubuhnya yang tak hanya panas, tetapi juga perih dan sakit. Lukanya tak kunjung mendapat obat. Har
"Aku berharap banyak padamu, Harry. Hanya ini yang bisa aku katakan sekarang. Aku terlalu menyayangi Nona Alexa seperti diriku menyayangi putriku sendiri meksipun aku belum menikah," tuturnya dengan lembut. Ia melirik pria yang ada di sisinya saat ini. Mencoba untuk bersahabat dengan keadaan yang ada di sekitarnya. Mr. Chloe tak bisa berbuat banyak. Ia tak bisa langsung pergi menemui Alexa sekarang ini. Alasannya hanya ada dua, pertama Nyonya Lucy Samantha pasti akan mengirimkan anak buah untuk mengikuti dan mengawasinya sekarang ini. Kedua, ia tak bisa bertemu dengan Alexa dalam keadaan yang mengenaskan. Wanita itu pasti akan berbuat nekat kalau tahu Nyonya Lucy Samantha sudah melukai wajah dan menyiksa tubuh tua milik Mr. Chloe. Ia tak akan tinggal diam dan tak akan menerima semua perlakuan ini begitu saja. Mr. Chloe mengenal baik siapa itu Sherina Alexander Lansonia. "Jujur saja, Mr. Chloe. Awal kali aku mengira kau jatuh cinta pada bosmu sendiri. Aku mengi
Kicauan burung gereja membelah kesunyian pagi. Cahaya kuning keemasan dari sang mentari mulai merambah masuk ke dalam celah bangunan yang rapat oleh tembok-tembok besar nan kokoh. Sinarnya datang menandingi cahaya kuning dari lampu yang berada di bawah string gantung tua nan kotor itu. Alexa duduk dengan pandangan mata yang tajam. Ia tak berkedip selepas si sipir penjara meninggalkan dirinya di ruang interogasi. Sebuah baca besar dua arah menjadi fokus untuk mata bulatnya itu. Sedikit kesal, sebab Mr. Chloe tak bisa dihubungi. Namun, mau bagaimana lagi? Pria itu pasti sibuk dengan urusannya di luar sana. Mengurus Joy Holding's Company seorang diri bukankah hal yang mudah. Ditambah, ia pasti harus menjawab ribuan pertanyaan dari orang-orang yang menyadari bahwa Alexa tak terlihat selama beberapa hari terakhir. Kiranya jawaban dengan mengatakan bahwa Alexa pergi ke luar negeri tanpa ada catatan yang jelas, pasti tak akan bisa membungkam media begitu saja. Orang-orang yang harus akan i
"Kau mengancam diriku, Mate?" Alexa kembali menampilkan senyum yang mengerikan. Perlahan-lahan jari jemarinya mulai mengepal seiring dengan pandangan mata yang terus saja kokoh menatap pria jangkung di depannya itu.Mate kembali memakai penutup matanya. Ia masih diam enggan untuk berucap sepatah katapun untuk saat ini. Alexa benar-benar tak berubah. Tatapan mata itu tetap sama. Hanya penuh dengan kebencian dan amarah yang membara di dalam dirinya. Perihal kematian sang ibunda, tentunya."Alice sudah tak ada lagi di dunia ini. Aku turut berduka cita atas kematian kakakmu, Alexa." Pria itu berbasa-basi. Tak mau langsung pergi pada pointnya. Terus saja mencoba untuk mencuri segala emosi yang dipunyai oleh Alexa. Ia ingin wanita di depannya itu mulai mengamuk."Kau masih dendam dengan apa yang dilakukan oleh Alice pada ibu kandung kalian? Aku bisa membuka kasus itu kembali jika kau memenuhi syaratku," ucapnya tiba-tiba. Mencoba membuat penawaran bagus untuk pria yan
"Terus selidiki apapun yang berhubungan dengan Mr. Mate sampai sidang dua hari lagi digelar. Aku harus tahu semuanya tentang musuhku." Pria itu menepuk ringan pundak Ace. Ia tersenyum tipis lalu memutar tubuh dan berjalan menjauh dari hadapan pria yang sudah bertahun-tahun menemani hidupnya itu. Jika saja Ace adalah seorang wanita, mungkin saja Harry sudah menikahinya."Kau mau pergi ke suatu tempat sekarang?" tanya Ace menyela langkah kaki pria yang baru saja ingin meninggalkan dirinya. Harry kembali dipaksa untuk berbalik badan dan kembali menatap paras tampan milik Ace.Untuk"Menemui Dion Julio," sahutnya dengan tegas. Ia tersenyum ringan pada pria yang mulai mengerutkan dahinya."Untuk apa? Kalian akan menjadi musuh nantinya."Harry diam sejenak. Ia menarik sisi bibirnya untuk mengembangkan senyum ringan penuh makna. Di balik mata itu, Ace bisa membaca arti dan maknanya dengan benar. "Janga
Jalanan padat yang amat Alexa rindukan. Ia sudah berhari-hari tak menghirup udara segar di lingkungan luar Kota Londo. Senja indah membentang di atas sana. Langit jingga dengan semburat awan yang menghiasi, kiranya musim panas yang baik untuk dinikmati kalau saja baju tahanan juga borgol tak menghias di kedua pergelangan tangannya. Kasus terus bergulir. Waktu seakan mengatakan pada Alexa untuk lebih sabar dalam menunggu. Harry menepati janjinya. Pria itu mengajukan sidang lebih cepat dari dugaan. Ia ingin Alexa segera diadili dan hukuman yang pas segera dijatuhkan padannya. Meksipun sudah tahu akan bebas dari tempat ini, tetapi tetap saja ia was-was pasal semua yang ada di dalam bangunan Joy Holding's Company. Alexa tak bisa membayangkan kalau polisi datang dan membongkar apapun yang di balik bangunan megah miliknya. Ini yang mengganggu tidur Alexa sepanjang malam. Ia terjaga hingga tubuhnya sedikit lebih kurus dari sebelumnya.Mobil itu akan membawa Alexa pergi
"Kenapa kau mengingkari janjimu, Mr. Mate?" tanya pria itu senantiasa membangun suasana penuh ketegangan dengan pria yang masih kokoh mengisap rokok di sela jari jemarinya. Ia diam, lalu melirik ke arah Harry. Tak ada yang lucu memang, sebab tawa yang dikeluarkan oleh Mr. Mate adalah tawa penuh dengan penghinaan untuk Alexa. Pria inilah yang membawa media untuk datang meliput. Ia mengkhianati perjanjian dengan Harry."Sekarang aku tahu mengapa Alexa berusaha membunuhmu." Pria itu kembali melanjutkan. Ia tersenyum kikuk pada pria yang ada di depannya. Harry ingin menghina, sebab Mr. Mate juga melakukan hal yang sama. "Kau adalah pengkhianat dan bajingan yang tak patuh pada janjimu sendiri, Mr. Mate. Kau tak pantas mendapatkan gelar yang kau punyai sekarang."Tawa muncul begitu saja. Memecah keheningan di antara Harry juga pria bermata satu itu. Mr. Mate berjalan mendekati Harry. Ia berdiri tepat di depan pria yang masih kokoh berm