Rania menatap ke arah seorang pria yang berdiri di hadapannya sambil mengeluarkan tatapan dingin dengan tangan terlipat di dada. Wanita itu pun menarik napas dalam lalu mengembuskannya perlahan. Kembali dipegangnya pintu hendak menurutnya karena tidak mau bertemu dengan pria tersebut. Sesaat sebelum Rania menutup pintu, dengan cekatan tangan pria yang berdiri di hadapannya menahan pintu agar tidak tertutup."Aku ingin bertemu dengan Noah," tegas pria tersebut yang tak lain adalah Farhan. Dirinya menyempatkan untuk datang menjenguk Noah sepulang kerja. Memang ini sudah malam, tapi menurut Farhan ia masih memiliki hak untuk bertemu anaknya dan tidak ada waktu khusus untuk mengunjungi anaknya. Rania memalingkan wajahnya, ia bersikeras untuk menutup pintu tetapi lagi dan lagi Farhan menghentikannya sambil menatap ke arah Rania geram. "Kamu nggak punya hak untuk melarangku bertemu dengan Noah," ucapnya sambil melotot ke arah Rania."Kamu tahu kan ini sudah jam berapa? Seharusnya tau kap
Farhan melajukan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata meluapkan segala emosi yang dirasakannya setelah pergi dari rumah Rania. Tidak tahu kenapa ia merasakan saat melihat Kendrick dan Rania kemarahannya langsung meluap-luap. "Ck! Dia nggak ngizinin aku datang malam-malam tetapi Kendrick bisa sesukanya masuk ke dalam rumahnya. Muak aku lihat sikap kamu Rania." Farhan semakin menginjak gas tidak mempedulikan klakson dari orang-orang sekitar. Pria itu sampai di rumah lebih cepat karena mengemudi dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia pun keluar dari mobil dan membanting pintu cukup keras lalu berjalan ke dalam rumah dengan hentakan kaki mengagetkan seorang wanita yang sedang bermain ponsel. "Farhan, jangan buat kegaduhan. Aku sedang sibuk," protes wanita itu tanpa menatap ke arah Farhan sedikit pun. "Apa pedulimu? Tolong ambilkan aku segelas air!"Dinar langsung menjauhkan ponsel dari matanya lalu menatap ke arah Farhan sambil menunjuk dirinya. "Kamu nyuruh aku ngambil air? Mas
Berhasil menghasut Farhan tidak membuat Dinar puas. Dirinya juga harus melakukan sesuatu agar tidak hanya Farhan yang berusaha mengeluarkan Rania dari perusahaan. Dinar membutuhkan bantuan dari orang-orang yang memiliki pengaruh penting dalam perusahaan. Kini giliran dewan direksi, sebenarnya Dinar tidak perlu berusaha terlalu keras karena Dinar sebelumnya sudah memprovokasi dewan direksi untuk tidak memberikan kepercayaan kepada Rania.Dinar sedang berpikir apalah yang harus dilakukan untuk menambah kebencian dewan direksi kepada Rania. Ia sudah mengatakan bahwa Rania terlalu sibuk jangan urusan pribadinya dibanding pekerjaan kantor, ia merasa itu tidaklah cukup untuk membuat rewan direksi membenci Rania."Apa yang harus aku lakukan? Aku harus membuat dewan direksi membenci Rania bagaimanapun caranya." Dinar mengetuk-ngetuk pena yang ada di tangannya ke meja mencoba mencari ide. "Tapi apa yang harus kulakukan?" Dinar mengerang frustrasi sambil mengacak rambutnya.Dinar yang saat ini
Akibat semalaman mondar-mandir ke kamar mandi membuat Rania pagi ini kehilangan tenaga. Dirinya berjalan memasuki kantor dengan wajah pucat dan jalan sempoyongan. Ia tidak bisa mengabaikan pekerjaannya begitu saja mengingat sebelumnya ia sedang mengambil libur untuk mengurus Noah. Akan ada gosip tidak enak lagi bila dirinya terus libur. Rania tidak menyadari akan kekacauan yang dibuat Dinar di kantor pagi ini. Ia hanya fokus dengan dirinya yang sudah lemas dan buru-buru masuk ke dalam ruangannya. Berjalan dari parkiran menuju ruangan yang sudah membuat tenaga yang terkuras habis. Beberapa orang yang dilewati oleh Rania yang berbisik membicarakan mengenai Rania dan juga Kendrick."Lihat, Bu Rania lemas pagi ini. Jangan-jangan terjadi sesuatu tadi malam." "Ck! Memang kita nggak bisa menilai orang dari covernya aja. Lihat Bu Rania, dia yang terlihat baik dan alim melakukan sesuatu yang membuat kita terkejut." "Dasar sok lugu.""Lebih aku yang apa adanya dan tidak munafik dibanding Bu
"Semua orang membicarakanku, Ken. Aku tidak tahu siapa yang menyebar foto kita berdua yang membuat semua pegawai kantor memandangku dengan tatapan tidak seperti biasa. Apa yang harus aku lakukan?" Kendrick menggenggam tangan Rania sambil tersenyum. "Apa kamu tahu siapa yang menyebar foto-foto itu?" Rania menggelengkan kepala lalu mengeluarkan ponsel yang berada di sakunya menunjukkan isi grup di mana orang asing secara tiba-tiba menyebarkan foto-foto tersebut dengan kata-kata yang memojokkan Rania. "Aku tidak tahu siapa orangnya, bahkan username saja anonim. Aku rasa ada seseorang yang memasukkannya ke dalam grup untuk membagikan foto-foto itu tapi siapa?" Kendrick melihat secara seksama percakapan grup yang ditunjukkan oleh Rania. "Pasti ada seseorang yang memasukkannya, biasanya akan ada pemberitahuan bahwa seseorang masuk ke dalam grup kamu bisa lihat siapa yang menambahkannya."Rania lagi dan lagi menggeleng lemah. "Jika dia masuk dengan cara ditambahkan ke dalam grup aku aka
Setelah berdiskusi cukup lama dengan pemancing tersebut akhirnya Kendrick mendapatkan kesempatan untuk berbicara di tempat terpisah mengenai kecelakaan Damar, papa Rania. Walaupun awalnya pemancing tersebut menolak untuk membahas mengenai kecelakaan yang terjadi di sungai ini. Kendrick membawa mereka di salah satu warung yang tidak jauh dari sungai. Saat sampai di sana pemancing tersebut tampak tidak nyaman dengan kendrik. "Bapak tidak perlu merasa tidak nyaman dengan saya, saya hanya bertanya untuk memastikan saja. Tadi saya tidak sengaja mendengar percakapan kalian.""Siapa kamu? Mengapa kamu secara tiba-tiba membahas mengenai kecelakaan yang terjadi disukai itu padahal kecelakaan itu sudah cukup lama."Kendrick tersenyum, ia paham akan pertanyaan yang dilayangkan oleh pemancing tersebut. Kalau dipikir-pikir terlalu lama mencari tahu mengenai kecelakaan tersebut."Saya adalah calon suami anak dari korban kecelakaan tersebut. Di sini saya ingin mencari tahu mengenai kecelakaan yang
Farhan tanggal sibuk menatap ke layar laptopnya untuk memeriksa beberapa pekerjaan yang sudah diselesaikannya sebagai tahap finishing sebelum melakukan rapat besok. Selain matanya yang sibuk menatap layar laptop telinganya pun terus mendengar sekretaris yang membacakan agenda besok pagi."Apakah meeting untuk besok pagi sudah dipersiapkan, saya tidak mau ada kekurangan dan membuat klien marah." Farhan tanpa menatap menunjuk ke arah sekretaris yang sambil menggoyangkan jari telunjuknya tersebut. "Sudah saya persiapkan semuanya."Farhan mengangguk. "Bagus. Kamu boleh pergi," titah Farhan.Sebelum sekretaris aku keluar dari ruangannya Farhan mampu menghentikannya. "Sebentar ada ingin saya tanyakan," panggil Farhan kepada sekretarisnya yang sudah berada di ambang pintu.Langsung saja sekretaris tersebut berjalan ke arah Farhan dan berdiri di hadapannya. "Apa yang ingin bapak tanyakan kepada saya?" Farhan membasahi bimbingan air liur berpikir dua kali untuk bertanya hingga pada akhirnya
Kendrick berjalan terburu-buru setelah mengetahui apa yang terjadi pada Rania. Saat ini ia berada di kantor polisi setelah mengetahui perbuatan Dinar yang berusaha mencelakakan Rania. Dari kejauhan Kendrick melihat Rania yang duduk bersebelahan dengan Farhan. Farhan terlihat berupaya menghibur Rania yang sejak tadi terdiam sambil menatap lurus ke depan. "Ran, kamu minum dulu." Farhan memberikan sebotol air mineral yang dibelinya tadi. Rania tidak menjawab dan hanya diam karena masih syok akan kejadian yang baru saja menimpanya. Tidak terbayang olehnya bila Rania tidak berlari menjauh dari Dinar. Bayang-bayang dirinya masuk ke dalam rumah sakit bahkan harus meninggalkan dunia ini membuatnya langsung menggigil takut. Bukan kematian yang ditakutkannya, melainkan Noah yang akan kehilangan dirinya. Noah masih membutuhkannya."Aku tidak akan membiarkan Dinar bebas begitu saja setelah—""Orang yang membunuh orang lain demi kekayaan berbicara seakan-akan ingin melindungi orang lain." Kehad