Share

Bercerita

Author: Temi Pratomo
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Menghela nafas Panjang, Arzan tidak menyembunyikan raut wajah kecewanya pada Anisa.  Baru saja mereka mengantarkan sang ayah ke tempat istirahat terakhirnya, dengan segala emosi akan kehilangan belum reda, Arzan masih harus merasa tidak nyaman dengan pertemuan dengan salah satu ‘Client’ Anisa.

“Apakah kamu marah kalau saya ingin tahu siapa saja client kamu selama ini?”  Arzan bicara sambil menjatuhkan tubuhnya ke Sofa single di kamar tidur mereka.

Anisa duduk di pinggir tempat tidur.  Dia sangat paham dengan perasaan Arzan.  Tapi mau gimana lagi, kejadian seperti ini sangat mungkin akan mereka temui lagi.  Paling tidak Anisa tidak pernah menutupi sejarah masa lalunya.  “Laki-laki pertama yang menjamah saya adalah Mr. Lin.  Pengusaha asal Singapura yang istrinya terkena kanker rahim hingga tak lagi bisa memenuhi kebutuhannya.  Sang istri mengijinkan suaminya tidur dengan wanita lain, asalkan wanita itu masih perawan dan memastikan wanita itu tidak tidur dengan siapapun selain sang suami.  Maka dikontraklah saya selama dua tahun. saat itu saya berusia 17 tahun, baru saja lulus SMA. Dalam seminggu tiga hari Mr. Lin ada di Batam.  Saya mendapatkan fasilitas rumah mewah yang disewanya khusus untuk saya, dan sebuah mobil.  Saya tinggal rumah itu dalam pengawasan ketat dari Mami Susan.  Kontrak saya berakhir, ketika Istri Mr.Lin meninggal dunia, dan akhirnya beliau menikahi seorang model dengan kewarganegaraan yang sama.”

Anisa menghela nafas Panjang.  “Laki-laki ke dua, Nathan Whiery, asal Eropa Barat.  Yang tadi abang temui.  Dia mengontrak saya selama satu setengah tahun.  dia pemilik sebuah perusahaan online shopping untuk Asia Tenggara.  Domisilinya satu bulan di Bangkok, satu bulan di Philipina dan satu bulan di Singapura.  Begitu seterusnya.  Setiap kali dia ada di Singapura saya harus ada di sana menemaninya.  Artinya saya bekerja sebulan penuh, dan baru akan bekerja lagi dua bulan kemudian.  Biar begitu, dia tetap membayar saya tiap bulannya.”

“Dan yang ketiga, Om Dandy.  Konglomerat asal Medan yang sedang ada projek di Batam.  Selama di Batam dia minta saya full menemaninya.  Dia mengontrak saya satu tahun.  tapi baru berjalan enam bulan, Pak Ferdinan berhasil menjemput saya.”

Arzan benar-benar menyenderkan seluruh tubuhnya pada sofa.  Benar-benar tak punya tenaga untuk mencerna semua informasi, dia telah tahu, tapi tetap saja rasanya tidak nyaman… hadeuh… susah untuk diungkapkan.  Dia memijit-mijit pangkal hidungnya.  Pusing tapi bukan sakit.

Tiba-tiba Arzan bangkit.  “Saya menginginkannya!”

Anisa dari tadi menunduk pun mendongak. “Abang yakin?”  Selama tiga bulan menikah, Arzan memang belum meminta haknya.  Karena dia belum sepenuhnya ikhlas melepas keperjakaannya untuk Anisa.

“Layani saya sebaik mungkin!”

Anisa pun mengangguk dan membimbing Arzan ke tempat tidur.  Dia bertekad memberikan yang terbaik untuk sang suami.

Tiga puluh menit kemudian….. tubuh mereka hanya tertutupi selimut hangat.  Arzan memejamkan matanya, tapi Anisa tahu laki-laki itu tidak tidur.

“Abang nggak papa?”  Dia pun membelai kepala sang suami.  Apakah Arzan menyesal?

Arzan melepas nafasnya dengan pelan.  “Saya merasa menjadi laki-laki paling munafik sedunia.  Di satu sisi saya begitu menikmati apa yang kamu berikan tadi.  Tapi hati saya belum mampu menerima masa lalu kamu dengan ikhlas.”

Sedih sih mendengarnya.  Tapi ini memang kenyataan yang harus dihadapi Anisa.  “Abang nggak salah kok punya perasaan itu.  Mau gimana lagi?”

“Nisa, apa kamu menikmati saat melakukannya?”

“Bang, hidup saya dipertaruhkan saat itu.  Saya harus berpura-pura bahagia melakukannya.  Tapi bukan berarti saya menikmatinya.”

“Apa kamu menikmati saat bersama saya?”

Anisa mengangguk.  “Sama sekali nggak terpaksa.  Dan perlu abang tahu energi yang saya curahkan tadi dua kali lipat dari biasa yang saya lakukan.”

Arzan tertawa.  “Waduh, pantes saja pedang saya jadi keris sekarang.”

Anisa tergelak.

“Apa kamu mencintai saya, hingga mau melakukan yang terbaik untuk saya?”

“Saya istri abang, ingin selalu melakukan yang terbaik.”

“Saya nggak tanya itu.”

Terdiam sesaat. “Saya belum tahu bang, saya belum pernah jatuh cinta.”

Arzan pun terdiam.  “Nggak ada salahnya kita belajar untuk saling mencintai.”  Berujar pelan.  Seakan meyakinkan diri sendiri.

“Saya takut bang.”

Arzan terheran.

“Saya sadar siapa saya, saya sedang mempersiapkan mental saya untuk sewaktu-waktu abang melepas saya, atau pun berniat poligami.  Apapun nanti yang akan abang lakukan, saya nggak bisa mencegah.  Walau jangan bertanya sesakit apa saya nanti.”

“Lepaskanlah apa yang kamu rasa Nis, Jangan takut!  Saya berjanji walaupun mungkin kita tak bisa saling mencintai paling tidak kita tidak saling menyakiti.  Suatu saat apabila saya melepasmu, itu dengan kesepakatan kita bersama dan pastinya kamu sudah benar-benar mampu mandiri.”

Anisa terdiam.  Bagaimana ia mampu melepas semua yang ia rasakan pada Arzan, kalau perjalanan pernikahan ini hanya ada satu keyakinan: tidak saling menyakiti.

“Bang, boleh saya meminta sesuatu?”

Masih dalam keadaan berbaring, Arzan mengubah posisinya untuk menghadap pada Anisa. “Apa itu?”

“Bolehkah saya minta anak dari abang?”

Arzan agak kaget sebenarnya.

“Apabila suatu saat nanti abang melepas saya.  Saya berniat tidak akan menikah lagi.  Tapi saya ini sebatang kara.  Saya membutuhkan seorang anak yang menemani saya.”

Arzan kaget mendengarnya.  “Kamu nggak akan sebatang kara Nis, kamu punya adik.  Dan saya akan tetap menjadi kakak untuk kamu kalaupun kita berpisah.”

Anisa berbaring terlentang.  Dia pun menatap langit-langit ruangan itu dan menggeleng. “Kalau nanti kita berpisah bang, saya akan pergi jauh dari kalian.  Saya hanya akan membawa apa yang menjadi hak saya, dan sangat berharap saat itu ada seorang anak yang bersama saya.  Saya nggak mau lagi mengganggu abang dan Aurel.  Kalian sudah sangat baik pada saya.”

Arzan terpana mendengar pernyataan Anisa.  Seketika dia merasakan dadanya begitu sakit.  Apakah mulai sekarang sebaiknya kita tak bicara tentang perpisahan lagi ya?

Related chapters

  • Tolong ayah, Nak!   Tantangan

    Anisa sudah mulai kuliah, dia diterima di salah satu universitas swasta bereputasi baik, dan juga mahal…. Hm… kalau tanpa bantuan Arzan, nggak mungkinlah ia kuliah di tempat sebonafit ini. Anisa sebenarnya agak minder, karena mahasiswa di kampus ini umumnya dari golongan kelas atas, usianya para mahasiswa baru itu jauh dibawahnya. Yah… usia lulus SMA langsung kuliahlah. Sedangkan dia, kini hampir menginjak 22 tahun.Dia masuk di jurusan ekonomi manajemen. Sejak dari ospek, sebenarnya dia sudah jadi incaran banyak kakak kelas laki-laki. Dari cari-cari perhatian sampai cari-cari kesalahan agar bisa berlama-lama menghadap para senior. Karena bagaimanapun Anisa begitu cantik, dan juga baby face, nggak ada yang menyangka kalau usianya justru sudah sepantasnya menyandang gelar sarjana. Padahal ya, Anisa sudah berusaha untuk membumi banget deh. Selalu berpakaian ala kadarnya, wajah tanpa make up

  • Tolong ayah, Nak!   Maaf

    Elvina sedang terisak di hadapan Arzan Ketika sang pengacara Arzan menyerahkan surat perjanjian untuk ditanda tangani Elvina. Mereka sedang ada di kantor polisi sekarang. Arzan sama sekali tidak menunjukan wajah bersahabat pada Elvina.“Sebegitunya kamu membela pelacur itu, sampai tega menjebloskan saya ke sini.”Arzan menggebrak meja.Elvina kaget setengah mati.“Sekali lagi kamu menyebut istri ku pelacur. Saya pastikan kamu nggak akan cuma tahu rasanya ditahan di kantor polisi, tapi saya pastikan kamu masuk penjara.”Elvina begitu syock.“Kamu mau menelepon orang tuamu atau pengacaramu?”Elvina langsung menggelengkan kepalanya dengan tegas. Dia sama sekali tak ingin orang tuanya tahu tentang masalah konyol ini. Dan dia pun nggak punya pengacara. Elvina dulu ad

  • Tolong ayah, Nak!   prolog

    “Ayah gila ya?” Arzan begitu marah mendengar permohonan sang ayah.“Bantu ayah, menebus kesalahan ayah yang tak termaafkan ini, Zan!” Ferdinan Amar sang ayah sambung Arzan begitu memohon padanya.“Kenapa harus menikahinya Yah, kita bisa memberikannya uang sebanyak yang dia mau.” Arzan masih kebingungan dengan semua ini.“Ayah mohon nak, bukan hanya uang yang dia butuhkan. Hanya sampai dia mampu mandiri nak, tolong bimbing dia!”Arzan kebingungan.“Anisa anak kandung yang ayah tinggalkan demi menikahi ibumu.”Arzan terdiam. Apa artinya dia pun ikut andil dengan kesalahan sang ayah tirinya itu?“Bertahun-tahun ayah mencari Anisa dan ibunya, sejak ibumu sakit hingga meninggal dunia. Tapi ternyata ibunya Anisa pun telah lama meninggal. Ayah h

  • Tolong ayah, Nak!   Kesepakatan

    Arzan mengetuk pintu sebuah unit apartemen di wilayah Kuningan. Unit ini terletak di lantai 9. Tak lama, seorang wanita muda membuka pintu dan tersenyum untuknya. “Anisa?” Arzan bertanya pada wanita muda itu. Wanita itu pun mengangguk tersenyum. “Pak Arzan?” Dia pun bergerak mundur memberikan ruang agar Arzan bisa memasuki unit itu. Arzan memasuki unit itu, dan langsung duduk di sofa ruang tengah. Ya… ini memang apartemen keluarganya, tak perlu sungkan sama sekali dengan tempat itu. “Jangan panggil saya pak, saya calon suami kamu. panggil saya bang!” Pintanya. “Aurel memanggil saya bang, kamu lakukan saja hal yang sama.” Anisa tersenyum miris. “Adik kita ya?” “Ya tentunya, Aurel itu satu ayah dengan kamu, dan satu ibu dengan saya.” Arzan pun memberikan penjelasan. “Dan sekarang, aba

  • Tolong ayah, Nak!   Kehidupan baru

    “Bapak tidak harus menikahi saya dengan bang Arzan. Saya bisa menjaga diri saya sendiri. Terima kasih bapak telah banyak berkorban mengeluarkan saya dari rumah Mami Susan. Saya rasa itu semua sudah cukup.” Sebelum penghulu datang, dan Anisa resmi dinikahi oleh Arzan, dia masih meminta Ferdinan membatalkan niatnya. “Anisa, saya ikhlas menikahi kamu.” Arzan menegaskan kalimatnya. “Bang, saya ini nggak pantas untuk abang. Tolong jangan memaksakan diri abang. Laki-laki ini nggak pantas melemparkan tanggung jawabnya pada kamu.” Anisa menunjuk Ferdinan dengan lugas. “Kalau memang dia nggak merasa bertanggung jawab pada saya. Saya nggak apa-apa.” Ferdinan hanya bisa terdiam. Tubuh ringkih itu memilih untuk diam dan membiarkan Anisa mengungkapkan apa yang ingin dia ungkapkan. Dia sangat ikhlas apabila dihujat sekalipun. Tapi itu semua tidak akan bisa menguba

  • Tolong ayah, Nak!   Ikhlas

    Wealth and Wide TBK merupakan perusahaan pemegang hak pengelolaan satu brand hotel international untuk wilayah Indonesia. Perusahaan ini telah memiliki hotel bintang lima di Medan, Jakarta, Surabaya dan Makasar. Juga memiliki tiga resort di Anyer, Bali dan Batu. Hadiutama Reganegara alm adalah orang pertama yang membuat perjanjian pemegak hak atas bisnis perhotelan ini. Dan perjalanan perusahaannya telah berjalan empat puluh tahun lamanya. Setelah Hadiutama memutuskan pensiun, tak lama kemudian meninggal dunia, kepemimpinan perusahaan dilimpahkan ke putri tunggalnya yaitu Genya Reganegara. Setelah Gennya menikah pucuk pimpinan dilanjutkan oleh dua orang yaitu ia dan sang suami Ferdinan Ammar. Setelah Gennya meninggal dunia, Arzan yang baru menyelesaikan S2 nya di Brisbane, dan berniat tinggal sementara waktu di kota itu, diminta sang ayah tiri untuk pulang. Atas bimbingan Ferdinan Ammar, Arzan kini yang memegang puncak pimpinan usaha mereka.

Latest chapter

  • Tolong ayah, Nak!   Maaf

    Elvina sedang terisak di hadapan Arzan Ketika sang pengacara Arzan menyerahkan surat perjanjian untuk ditanda tangani Elvina. Mereka sedang ada di kantor polisi sekarang. Arzan sama sekali tidak menunjukan wajah bersahabat pada Elvina.“Sebegitunya kamu membela pelacur itu, sampai tega menjebloskan saya ke sini.”Arzan menggebrak meja.Elvina kaget setengah mati.“Sekali lagi kamu menyebut istri ku pelacur. Saya pastikan kamu nggak akan cuma tahu rasanya ditahan di kantor polisi, tapi saya pastikan kamu masuk penjara.”Elvina begitu syock.“Kamu mau menelepon orang tuamu atau pengacaramu?”Elvina langsung menggelengkan kepalanya dengan tegas. Dia sama sekali tak ingin orang tuanya tahu tentang masalah konyol ini. Dan dia pun nggak punya pengacara. Elvina dulu ad

  • Tolong ayah, Nak!   Tantangan

    Anisa sudah mulai kuliah, dia diterima di salah satu universitas swasta bereputasi baik, dan juga mahal…. Hm… kalau tanpa bantuan Arzan, nggak mungkinlah ia kuliah di tempat sebonafit ini. Anisa sebenarnya agak minder, karena mahasiswa di kampus ini umumnya dari golongan kelas atas, usianya para mahasiswa baru itu jauh dibawahnya. Yah… usia lulus SMA langsung kuliahlah. Sedangkan dia, kini hampir menginjak 22 tahun.Dia masuk di jurusan ekonomi manajemen. Sejak dari ospek, sebenarnya dia sudah jadi incaran banyak kakak kelas laki-laki. Dari cari-cari perhatian sampai cari-cari kesalahan agar bisa berlama-lama menghadap para senior. Karena bagaimanapun Anisa begitu cantik, dan juga baby face, nggak ada yang menyangka kalau usianya justru sudah sepantasnya menyandang gelar sarjana. Padahal ya, Anisa sudah berusaha untuk membumi banget deh. Selalu berpakaian ala kadarnya, wajah tanpa make up

  • Tolong ayah, Nak!   Bercerita

    Menghela nafas Panjang, Arzan tidak menyembunyikan raut wajah kecewanya pada Anisa. Baru saja mereka mengantarkan sang ayah ke tempat istirahat terakhirnya, dengan segala emosi akan kehilangan belum reda, Arzan masih harus merasa tidak nyaman dengan pertemuan dengan salah satu ‘Client’ Anisa.“Apakah kamu marah kalau saya ingin tahu siapa saja client kamu selama ini?” Arzan bicara sambil menjatuhkan tubuhnya ke Sofa single di kamar tidur mereka.Anisa duduk di pinggir tempat tidur. Dia sangat paham dengan perasaan Arzan. Tapi mau gimana lagi, kejadian seperti ini sangat mungkin akan mereka temui lagi. Paling tidak Anisa tidak pernah menutupi sejarah masa lalunya. “Laki-laki pertama yang menjamah saya adalah Mr. Lin. Pengusaha asal Singapura yang istrinya terkena kanker rahim hingga tak lagi bisa memenuhi kebutuhannya. Sang istri mengijinkan suaminya tidur dengan wa

  • Tolong ayah, Nak!   Ikhlas

    Wealth and Wide TBK merupakan perusahaan pemegang hak pengelolaan satu brand hotel international untuk wilayah Indonesia. Perusahaan ini telah memiliki hotel bintang lima di Medan, Jakarta, Surabaya dan Makasar. Juga memiliki tiga resort di Anyer, Bali dan Batu. Hadiutama Reganegara alm adalah orang pertama yang membuat perjanjian pemegak hak atas bisnis perhotelan ini. Dan perjalanan perusahaannya telah berjalan empat puluh tahun lamanya. Setelah Hadiutama memutuskan pensiun, tak lama kemudian meninggal dunia, kepemimpinan perusahaan dilimpahkan ke putri tunggalnya yaitu Genya Reganegara. Setelah Gennya menikah pucuk pimpinan dilanjutkan oleh dua orang yaitu ia dan sang suami Ferdinan Ammar. Setelah Gennya meninggal dunia, Arzan yang baru menyelesaikan S2 nya di Brisbane, dan berniat tinggal sementara waktu di kota itu, diminta sang ayah tiri untuk pulang. Atas bimbingan Ferdinan Ammar, Arzan kini yang memegang puncak pimpinan usaha mereka.

  • Tolong ayah, Nak!   Kehidupan baru

    “Bapak tidak harus menikahi saya dengan bang Arzan. Saya bisa menjaga diri saya sendiri. Terima kasih bapak telah banyak berkorban mengeluarkan saya dari rumah Mami Susan. Saya rasa itu semua sudah cukup.” Sebelum penghulu datang, dan Anisa resmi dinikahi oleh Arzan, dia masih meminta Ferdinan membatalkan niatnya. “Anisa, saya ikhlas menikahi kamu.” Arzan menegaskan kalimatnya. “Bang, saya ini nggak pantas untuk abang. Tolong jangan memaksakan diri abang. Laki-laki ini nggak pantas melemparkan tanggung jawabnya pada kamu.” Anisa menunjuk Ferdinan dengan lugas. “Kalau memang dia nggak merasa bertanggung jawab pada saya. Saya nggak apa-apa.” Ferdinan hanya bisa terdiam. Tubuh ringkih itu memilih untuk diam dan membiarkan Anisa mengungkapkan apa yang ingin dia ungkapkan. Dia sangat ikhlas apabila dihujat sekalipun. Tapi itu semua tidak akan bisa menguba

  • Tolong ayah, Nak!   Kesepakatan

    Arzan mengetuk pintu sebuah unit apartemen di wilayah Kuningan. Unit ini terletak di lantai 9. Tak lama, seorang wanita muda membuka pintu dan tersenyum untuknya. “Anisa?” Arzan bertanya pada wanita muda itu. Wanita itu pun mengangguk tersenyum. “Pak Arzan?” Dia pun bergerak mundur memberikan ruang agar Arzan bisa memasuki unit itu. Arzan memasuki unit itu, dan langsung duduk di sofa ruang tengah. Ya… ini memang apartemen keluarganya, tak perlu sungkan sama sekali dengan tempat itu. “Jangan panggil saya pak, saya calon suami kamu. panggil saya bang!” Pintanya. “Aurel memanggil saya bang, kamu lakukan saja hal yang sama.” Anisa tersenyum miris. “Adik kita ya?” “Ya tentunya, Aurel itu satu ayah dengan kamu, dan satu ibu dengan saya.” Arzan pun memberikan penjelasan. “Dan sekarang, aba

  • Tolong ayah, Nak!   prolog

    “Ayah gila ya?” Arzan begitu marah mendengar permohonan sang ayah.“Bantu ayah, menebus kesalahan ayah yang tak termaafkan ini, Zan!” Ferdinan Amar sang ayah sambung Arzan begitu memohon padanya.“Kenapa harus menikahinya Yah, kita bisa memberikannya uang sebanyak yang dia mau.” Arzan masih kebingungan dengan semua ini.“Ayah mohon nak, bukan hanya uang yang dia butuhkan. Hanya sampai dia mampu mandiri nak, tolong bimbing dia!”Arzan kebingungan.“Anisa anak kandung yang ayah tinggalkan demi menikahi ibumu.”Arzan terdiam. Apa artinya dia pun ikut andil dengan kesalahan sang ayah tirinya itu?“Bertahun-tahun ayah mencari Anisa dan ibunya, sejak ibumu sakit hingga meninggal dunia. Tapi ternyata ibunya Anisa pun telah lama meninggal. Ayah h

DMCA.com Protection Status