Share

Bab 3 Tak Jera

Author: Renita April
last update Last Updated: 2025-03-02 12:16:37

Rangga Saputra, seorang CEO muda berusia 30 tahun yang merupakan pebisnis serta keturunan dari keluarga konglomerat. Dia dijuluki sebagai Titan Kapitalis. Ini karena Rangga mendominasi bisnis, keuangan, serta koneksi yang begitu luas. Ditambah dia dikaruniai fisik tampan.

“Astaga!”

Tasya memalingkan wajah, dan langsung pergi saat merasa pria itu melihat ke arahnya. Hatinya berkata jika pria itu adalah orang berbahaya. 

Tidak ada yang berjalan lancar. Tasya merasa kesialan terus saja menghampiri. Ini sudah 30 hari semenjak Juna kabur dari sisinya.

Karena tidak mendapatkan apa-apa, Tasya segera pulang. Ia akan mencari pekerjaan lewat internet saja. Umurnya masih 25 tahun, ia masih punya kesempatan untuk membuat hidupnya menjadi lebih baik. 

Ya, buat apa diratapi lagi orang yang sudah pergi. Hidup terus berlanjut.

Sesampainya di rumah, Tasya berbaring di atas tempat tidur kecil miliknya sembari mencari lorongan pekerjaan.

Namun, tiba-tiba telinga Tasya mendengar suara langkah kaki karena memang rumah di sini berdekatan dan tetangga banyak yang berlalu lalang. Jadi, Tasya tidak menghiraukannya. Ia fokus pada layar ponsel.

Sementara di luar rumah, tetangga yang melihat seorang pria berdiri di depan rumah Tasya, kembali bertanya-tanya.

"Apa itu rentenir lagi? Kasihan sekali Tasya. Dia ditagih rentenir terus," ucap tetangga sebelah kiri rumah Tasya.

"Eh, Bu. Sepertinya itu suami Tasya. Wah, bakal seru nih."

"Serius kamu?"

"Iya, dia itu Juna."

Pria ini memang Juna setelah kabur selama 1 bulan, dia malah kembali lagi. Tangan Juna takut mengetuk pintu rumah, tetapi di sinilah tempatnya kembali.

"Tasya pasti sangat marah. Bagaimana aku menjelaskannya?" Juna garuk-garuk kepala. Saat kabur tinggal pergi saja. Sekalinya kembali, ia harus menyampaikan beragam alasan. Juna memberanikan diri, ia ketuk pintu rumah Tasya beberapa kali.

Tasya yang berada di kamar, mendengar ketukan pintu beberapa kali. Dengan malasnya, ia beranjak dari kasur.

"Siapa?" tanya Tasya. Sebelum itu, ia mengintip dari balik tirai. Keningnya berkerut, yang ada malah tetangga julid itu berlalu lalang di depan rumahnya. "Mau apa mereka?" Tasya mulai emosi. Ia memutar anak kunci, lalu membuka pintu. Ia terperanjat kaget. "Juna!"

"Juna!" teriak Tasya. "Tega sekali kau."

Tasya memukul pria ini sekuat tenaga. Setelah semua masalah ia bereskan, Juna baru kembali.

"Sayang, kita masuk dulu. Malu dilihat tetangga." Juna lekas menarik Tasya masuk, lalu menutup pintu rapat.

"Kau ... bagaimana bisa kau menipuku?!" Tasya menampar Juna saking kesalnya. Tidak cukup sampai di situ, ia kembali memukulnya.

"Dengarkan aku dulu, Tasya. Ada alasan kenapa aku pergi," ucap Juna, mencoba menenangkan istrinya ini.

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi Juna. Alasan apa lagi yang ingin pria ini utarakan? Semua sudah jelas kalau Juna hanya ingin memanfaatkannya.

"Bajingan! Beraninya kau meminjam namaku sebagai jaminan utang. Kau tidak waras, hah!?"

"Cukup, Tasya! Aku ini suamimu."

Plak!

Tasya menampar Juna sekali lagi. "Tamparan ini agar kau sadar kalau aku sangat muak denganmu. Pergi dari rumahku!"

"Dengarkan dulu alasanku, Sayang. Kumohon." Juna memelas.

"Aku tidak butuh alasan darimu. Yang jelas kau sudah menipuku. Apa kau tahu betapa takutnya aku, Juna? Mereka meneror, mereka ingin mengambil organ tubuhku jika aku tidak membayar semua hutang-hutangmu."

"Maafkan aku, Sayang. Aku memang salah, dan aku kembali karena ingin bertanggung jawab atas semua perbuatan yang kulakukan."

"Bertanggung jawab kau bilang? Bagaimana caranya, Juna!?" Sorot mata tajam Tasya menusuk hingga ke dalam hati Juna. Siapa pun pasti akan marah. 

"Kau pergi ke mana, Juna?" Tasya bertanya lagi ketika Juna tak kunjung menjawab.

"Aku ke luar kota untuk menenangkan diri. Aku salah, Sayang. Aku tidak berpikir panjang. Itu sebabnya, aku kembali dan akan bertanggung jawab. Aku bersedia menjual salah satu ginjalku untuk melunasi utang-utang itu. Sisa uangnya bisa kita buat untuk usaha."

Dengan mudahnya Juna berkata demikian. Andai dia datang dua hari yang lalu, maka Tasya tidak akan mengorbankan dirinya.

"Mana perhiasanku?" Tasya mengulurkan tangan.

"Perhiasan?" Juna yakin ia akan dimarahi lagi. "A-aku menjualnya untuk biaya hidup."

Tubuh Tasya merosot jatuh ke lantai. Di sini ia menangis, bahkan berteriak. Tega sekali Juna memperlakukannya seperti ini.

"Sayang, maafkan aku. Kumohon. Aku janji akan menebus semua kesalahanku." Juna bersujud dan berkali-kali memohon ampun pada Tasya. "Aku pergi sekarang. Aku bakal bawa uangnya."

"Sebaiknya kau urus perceraian kita." Tasya mengatakan itu, meskipun dalam hatinya masih tersisa perasaan untuk pria ini. Tapi ia sudah telanjur sakit hati.

Juna menggeleng mendengar ucapan Tasya tersebut. "Aku mencintaimu, Tasya. Bagaimana bisa kau meminta perceraian dariku?” Juna menggengam tangan istrinya. “Jangan begitu. Aku … aku sudah berubah. Aku akan membahagiakanmu.”

“Omong kosong. Lepaskan tanganku!” Tasya melangkah pergi. 

"Sayang! Ini buktinya. Ini uang yang kupunya.” Juna menahan Tasya bersamanya. “Aku baru saja dapat pekerjaan dengan gaji yang lumayan." 

Juna mengeluarkan uang senilai 3 juta rupiah. “Lihat.”

"Dari mana kau dapatkan uang ini?" Tasya menatap selidik.

"Ini uang muka. Aku akan bekerja sebagai pengantar alat berat. Aku mungkin jarang pulang karena harus mengantar alat tersebut ke luar kota. Sayang ... kita mulai dari awal lagi. Aku mencintaimu," ucap Juna. “Aku janji aku akan bekerja keras untuk melunasi utang itu.”

Tasya memandang Juna. Mungkin satu kesempatan bisa untuk memulai kembali hubungan ini. Tasya mengambil uang yang disodorkan oleh Juna.

"Aku sudah melunasi hutang itu," ucap Tasya.

Juna terkejut. "Kau dapat uang dari mana?"

"Kau tidak perlu tahu. Ini kesempatan terakhirmu, Juna. Jika kau kembali berhutang, aku akan benar-benar menceraikan dirimu."

"Aku janji padamu, Sayang. Aku pergi dulu karena malam ini aku harus bekerja."

"Tapi, kau baru kembali."

"Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu, tetapi pekerjaan memanggilku. Pulang nanti, kita habiskan waktu bersama." Juna mengecup kening Tasya, kemudian pergi lagi.

Yang bisa Tasya lihat hanya kepergian suaminya saja. Bahkan ia belum tahu dari siapa suaminya ini mendapat pekerjaan. Juna terlalu terburu-buru.

Keluar dari rumah istrinya, Juna mengeluarkan uang 12 juta dari kantongnya. Ia sengaja membual karena uang ini akan ia pakai untuk bersenang-senang.

"Bagaimana, kau sudah berikan semua uangmu?" tanya Toni, kawan Juna.

"Enak saja. Ini uangku, dan aku bekerja untuk mendapatkannya."

"Kukira kau sangat mencintai istrimu itu."

"Aku memang mencintainya, tetapi tidak bodoh. Kita antar dulu barangnya, baru setelah itu bersenang-senang."

Juna tidak tahu barang apa yang ia antar. Yang jelas kotak-kotak itu milik seseorang. Setelah barang tersebut di antar, ia harus menyetor uang dari nilai barang tersebut, dan di situlah Juna baru mendapat komisinya.

Watak penjudi memang sulit untuk dihilangkan. Berhari-hari Juna tidak pulang dan ia juga tidak menghubungi Tasya.

Barang diantar, tetapi uang tersebut belum disetor oleh Juna. Malah uang itu dipakai untuk taruhan slot. Juna semakin tersesat.

"Sial. Uangnya kurang 70 juta." Juna menepuk keningnya sendiri. Bagaimana caranya ia mengatakan ini kepada Toni jika uang setorannya kurang? Bila dipotong komisi, maka uang tersebut kurang sekitaran 55 juta lagi.

Pesan dari Toni tentang uang itu tiba. Juna harus putar otak untuk mendapatkan uang malam ini juga karena besok ia harus menyetor uang itu.

"Aku harus minta uang pada Tasya," gumam Juna, karena waktu itu istrinya bisa melunasi hutang sebesar 500 juta. “Dia pasti punya uang.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Jangan2 Juna pengantar barang haram
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Dasar suami jahat ..... Udah Tasya cerai aja lah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Bab 4 Jebakan

    Juna kembali ke rumah pada malam harinya. Ia tidak enak hati karena tidak memberi kabar pada istrinya ini, terlebih ingin meminta uang kepada Tasya. Bisa-bisa ia di usir dari rumah ini. Ia memandang istrinya. Dalam otaknya tercetus ide di luar nalar. Dari awal pernikahan, Juna belum menyentuh Tasya dan itu artinya, istrinya ini masih perawan. Keraguan masih berada dalam hati Juna. Ia tidak mungkin melakukan ini, tetapi bila uangnya tidak disetor, maka nyawanya bisa jadi taruhan. Toni pernah mengatakan kalau barang ini milik orang yang berkuasa dan memiliki bawahan yang bisa menghilangkan hidup seseorang. Harus dengan alasan apa Juna membujuk Tasya nanti. Ia dalam kebingungan sekarang. Tasya sudah baik padanya. Mereka juga sudah menjadi pasangan suami istri. Menjerumuskan istri ke pelukan pria lain bukankah keterlaluan? Ah! Juna menggaruk kepalanya. Tiba-tiba terasa pusing karena memikirkan masalah ini. "Ada apa? Sejak kembali kau diam saja," ucap Tasya. "Tidak apa-apa, Sayang. A

    Last Updated : 2025-03-02
  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Bab 5 Dia Lagi

    Juna seakan tidak rela, tetapi ia sudah berjanji akan memberikan Tasya kepada pria lain. Meski sudah memantapkan diri tetap saja rasanya rugi menyerahkan kehormatan istrinya. "Ah, sialan!" Juna mengumpat.Sopir taksi melirik Juna dan Tasya yang tengah dalam keadaan tanda tanya. Pria ini jadi curiga. "Kau lihat apa? Dia istriku," ucap Juna, dengan pandangan tajam"Maaf, Tuan. Kita akan segera sampai ke tujuan." Bagaimana tidak curiga jika wanita itu seperti terkena obat yang mengandung zat afrodisiak. Tasya merasa gelisah. Ia mulai membuka kancing baju yang dipakai, tetapi Juna mencegahnya. Bisa gawat kalau istrinya sampai membuka baju di mobil. "Cepat sedikit, Pak." Juna kewalahan kalau begini. "Iya, Tuan." Sopir mempercepat laju kendaraan. Untungnya tempat yang dituju masih satu kawasan dengan Midnight Club. Hanya perlu 10 menit sampai mobil ini tiba di hotel bintang lima. Juna juga sudah mengirim pesan kepada Doni agar menunggu di loby. Benar saja kalau Doni memang menunggu k

    Last Updated : 2025-03-02
  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Bab 6 Dipanggil Kerja

    “Data wanita itu sudah ditemukan, Tuan.” Doni memberikan map biru kepada Rangga. Ini cukup mudah menyelidiki latar belakang Tasya karena suami wanita itu adalah teman sendiri. Hanya saja, Doni tidak memberitahu Juna tentang keinginan atasannya. “Dia sempat melamar sebagai office girl di kantor kita.” Rangga membuka map itu, lalu membacanya. Dilihat dari foto setengah badannya, memang dialah wanita yang ia cari. Sudah berkali-kali bertemu dan menghabiskan malam bersama, lalu kenapa Rangga tidak menjadikan wanita ini sebagai miliknya saja. “Terima dia, tapi tugaskan wanita itu hanya di lantai ini saja. Dia hanya boleh melayaniku,” ucap Rangga. “Baik, Tuan. Saya akan menghubunginya.” “Kau bilang dia punya suami, kan? Apa pekerjaan suaminya?” Sebenarnya Doni tidak mau memberitahu, tetapi jujur lebih baik daripada berbohong. “Suaminya bernama Juna dan dia teman sekolahku.” “Kau mengenalnya, Don?” Tidak ada yang perlu Doni sembunyikan, ia mengangguk. “Juna pernah menyelamatkan saya ke

    Last Updated : 2025-03-20
  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Bab 7 Situasi Canggung

    Tasya terperanjat kaget, bahkan lap dan semprotan pembersih kaca terlepas begitu saja. Jantungnya berdegup kencang. “A-Apa?” tanyanya, ia takut untuk menoleh karena merasakan pria ini terlalu dekat dengannya.“Maksudku, kau menikmati pekerjaannya?” Rangga mengambil lap dan pembersih itu, lalu mengulurkannya kepada Tasya. “Milikmu.”“Te-Terima kasih.” Tangan Tasya bergetar, ia tidak berani menatap Rangga.“Buatkan aku kopi hitam tanpa gula.”Tasya mengangguk, lalu lekas pergi. Ia melirik pria itu karena merasakan keanehan. Tidak mungkin Rangga mengingat dirinya, Tasya terlalu banyak berpikir. Sebaiknya ia lekas keluar dari ruangan ini.Rangga tersenyum penuh arti. “Kelinci yang penakut ternyata saat menggoda. Aku jadi menginginkannya lagi.” Ide jahat Rangga mulai memberitahu apa yang akan ia lakukan selanjutnya.Tidak lama, Tasya kembali dengan membawa secangkir kopi hitam untuk Rangga. Ia meletakkan minuman itu di samping pria yang tengah fokus menatap layar laptop.“Saya permisi, Pak

    Last Updated : 2025-03-21
  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Bab 8 Ide Licik Rangga

    Keringat meleleh dari kening, turun ke pipi serta dagu. Tasya meneguk ludah, kedua matanya ini tidak bisa mengalihkan pandangan dari dua anak manusia yang tengah memadu kasih di atas ranjang. Suara berat keduanya membuat tubuh Tasya semakin panas sekaligus takut. Ia tidak boleh bergerak, membuat suara apalagi. Hidupnya bisa bahaya bila sampai ketahuan.Tasya mohon agar permainan mereka cepat selesai. Kakinya keram, ia mulai gelisah. Jika lebih lama lagi, Tasya yakin ia akan mati lemas dalam lemari. Kedua tangannya mengepal. Napasnya megap-megap.Suara Rangga terdengar puas. Pria itu menarik dirinya, lalu berbaring di sisi tempat tidur yang kosong. Sedangkan Bella, turun dari ranjang, lalu masuk kamar mandi. Tasya hanya perlu menunggu sedikit lagi sampai mereka semua selesai membersihkan diri. Ia mengintip dari celah lemari. Rangga yang baru saja berbaring, tiba-tiba bangun, lalu berjalan ke arah lemari tanpa sehelai pakaian pun.Tasya menutup bibir agar ia tidak berteriak. Jaraknya su

    Last Updated : 2025-03-22
  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Bab 9 Jebakan

    Tengah menyantap makanan, dering ponsel Bella terdengar. Wanita ini mengambil telepon genggamnya itu dengan sangat hati-hati agar Rangga tidak marah. "Angkat saja," ucap Rangga. Tidak perlu berpura-pura karena ia tahu jika kekasihnya ini sangat sibuk. Banyak orang yang ingin meneleponnya. Bella tersenyum tidak enak, ia mengiakan ucapan Rangga, lalu mengangkat panggilan itu. "Aku sedang makan siang bersama tunanganku. Kenapa kalian selalu menganggu?" Bella mendengarkan apa yang diucapkan oleh si penelepon. "Ada masalah dengan kontraknya? Baiklah ... aku segera ke kantor." "Ada apa?" tanya Rangga. "Ada masalah di kantor. Kontrak salah satu talent bermasalah. Aku harus menyelesaikannya." "Mau kuantar?" "Aku tidak mau merepotkanmu. Kau juga sibuk. Sayang, maaf karena tidak selalu hadir di sisimu. Padahal aku ingin menghabiskan waktu siang ini denganmu." Wajah Bella memelas. Terlihat jika ia sangat menyesal. "Kau juga sibuk. Aku tahu itu. Panggil sopirmu biar dia jemput ke restoran

    Last Updated : 2025-03-23
  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Melancarkan Aksi

    Hari yang melelahkan telah Tasya lewati. Ia kembali ke rumah dan mendapati Juna. Syukurlah, paling tidak ia bisa bersandar di pelukan suaminya itu.“Wajahmu kusut. Apa ada masalah?” tanya Juna.Tasya menggeleng. “Ini hari pertama kerja dan aku cukup sibuk. Kamu belum makan, kan? Kita beli aja, ya? Aku capek buat masak.”“Pakai uangmu dulu. Atasan belum membayar komisiku."“Uangmu habis?” tanya Tasya.“Kan semua uangku kukasih kamu.” Juna berkata begini karena Tasya tahunya gaji suaminya ini hanya 3 juta saja.“Ya, udah. Sama beliin air mineral.” Tasya memberi beberapa lembar uang kepada Juna.“Aku pergi beli dulu.”Sebenarnya Tasya punya sedikit trauma pada Juna yang sempat melarikan uang serta perhiasan miliknya. Itu sebabnya, ia sangat sensitif bila suaminya itu membahas soal uang. Seakan-akan Juna akan mengambil kembali hak yang bukan miliknya.Pikiran Tasya teralih pada kejadian di kantor. Besok, ia tidak ingin bekerja. Ia juga ragu membicarakan ini kepada Juna. Apa kata suaminya

    Last Updated : 2025-03-24
  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Di Penjara

    Rangga menarik tangan Tasya hingga tubuh keduanya saling membentur. "Mengundurkan diri? Kau ini sedang bermimpi, hah?""Lepas. Kau tidak berhak berbuat seperti ini padaku. Aku akan melaporkanmu ke pihak berwajib." "Silakan karena kau sendiri yang setuju menjadi simpananku.""Apa maksudmu?" Rangga menarik diri, bila Tasya tidak bisa menjaga keseimbangan, ia mungkin sudah jatuh. "Baca ini." Rangga menyodorkan selembar kertas, lalu Tasya menerimanya. "Kau secara sadar telah menandatanganinya." Kata demi kata Tasya baca, dan cermati. Matanya melotot, jantung Tasya berdegup kencang setelah mengetahui isi dari lembar putih yang ia pegang ini."Kau mencoba melakukan tipuan apa? Aku tidak pernah berniat menjadi partner ranjangmu." Tasya merobek kertas itu. "Orang sepertimu tahunya menindas wanita. Apa kau masih waras? Aku ini wanita bersuami." "Memangnya kenapa? Aku tidak peduli. Kau sudah menandatangani surat itu dan mulai hari hingga seterusnya, kau milikku." "Hanya dalam mimpimu. Ke

    Last Updated : 2025-03-25

Latest chapter

  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Pingsan

    Teriakan Tasya membuat semua yang ada di meja itu kaget. Tasya melangkah mendekati kerumunan dan langsung menarik rambut Juna, ia bahkan memberi pukulan pada pria tidak tahu diuntung itu. "Aku membayar hutangmu dengan mempertaruhkan harga diri, dan kau di sini seenaknya menghabiskan uang. Berjudi dan bermain wanita. Kau pikir dirimu siapa, hah?!" teriak Tasya, yang berhasil membuat rekan Juna menyingkir dari meja. "Lepaskan aku!" Juna menepis tangan Tasya. "Memangnya aku memaksamu? Kau sendiri yang berniat membayarnya. Kau juga istriku. Sudah sewajarnya kau itu bertanggung jawab atas apa yang kulakukan. Memangnya kau saja yang ingin bersenang-senang? Aku juga, Tasya." Plak ! Entah berapa kali Tasya melayangkan tangannya hari ini. Sakit hati tidak bisa sembuh dengan hanya satu tamparan atau pukulan. Perihnya begitu nyata. Juna berhasil mengiris-iris sanubarinya. Cinta kini telah berganti dengan luka. "Puas? Pergi dari sini. Kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi. Kita sudah

  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Watak Juna

    Ketika tiba di kediaman, Rangga sudah menunggu serta menyerahkan sebuah dokumen dalam map biru. Tasya membuka dan membaca kata per kata isi dari surat tersebut. Ya, yang berada di tangan Tasya saat ini adalah surat perceraian yang sudah ditandatangani oleh Juna. Yang dikatakan oleh Mira, kekasih gelap pria itu, benar adanya.“Tinggal kau saja yang belum tanda tangan,” ucap Rangga.“Apa ini semua ulahmu? Kau bukan hanya memaksa, tetapi juga ikut campur dalam urusan rumah tanggaku.”“Harusnya kau berterima kasih, Tasya. Aku menyelamatkanmu dari pria berengsek itu.”“Kau menyelamatkanku? Kalau kau tidak hadir dalam hidupku, pernikahan ini tidak akan hancur!” Tasya meninggikan suaranya.“Ternyata kau sangat mencintai pria itu. Sampai kau lupa apa yang telah dia lakukan. Bukan aku yang membuatmu bercerai, tetapi mantan suamimu itu yang datang padaku. Dia meminjam uang dengan jaminan dirimu.”“Bohong!” Mata Tasya melotot. “Setelah apa yang terjadi, apa aku harus percaya padamu? Kau itu pria

  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Terungkap

    "Katakan sekali lagi." Tasya memang mendengar apa yang diucapkan oleh Mira, tapi ia ingin memastikan lagi apakah telinganya ini benar-benar menangkap perkataan yang wanita itu lontarkan. "Aku, kekasih Juna. Kau tidak lihat kunci rumah ini ada padaku?" Tasya berjalan mendekat. Mengangkat tangan, lalu menampar pipi Mira. "Kau sungguh tidak tahu malu. Ini rumahku dan Juna adalah suamiku, tapi kau berani mengaku sebagai kekasihnya.""Memang itu faktanya. Biar kuberitahu padamu jika aku dan Juna pernah bercinta di rumah ini." Mira tersenyum penuh arti. "Kau bilang apa?!" Tasya menarik rambut Mira. Wanita itu berteriak. "Lepaskan tanganmu!""Kau bercinta dengan suamiku. Berani sekali kau. Perebut sepertimu memang harus diberi pelajaran." Tasya menyeret Mira keluar. Karena teriakan wanita itu, tetangga sekitar keluar dari kediaman masing-masing. Bukannya melerai, tetapi mereka malah merekam aksi pertengkaran itu. "Kau itu tidak dicintai oleh Juna. Hanya aku, wanita yang paling dia cinta

  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Wanita Lain

    Bagaimana cara memberitahu pria ini? Tasya sudah memikirkan banyak cara yang pasti berakhir pada satu titik di mana ia harus menerima semua pemberian dari Rangga. "Apa aku boleh bolos bekerja?" tanya Tasya. Saat ini, keduanya tengah berada di ruang makan. Menyantap makanan pagi bersama-sama."Memangnya kau mau ke mana? Kau juga tidak punya pekerjaan di rumah ini?" Lebih baik ke kantor yang sudah jelas ada pekerjaan."Aku ingin izin sehari saja." "Kuizinkan. Mulai besok, kau boleh kembali ke perusahaan sebagai sekretaris pribadi." "Aku tidak sekolah setinggi itu sampai bisa menjadi sekretarismu. Apa kata yang lain nanti?" "Kenapa kau memikirkan orang lain? Yang gaji kau itu adalah aku." "Kalau kau belum pernah merasakan hidup seperti diriku, lebih baik diam saja." "Kau cukup membuatkanku kopi, bersih ruangan, mengantar dokumen, menemaniku ketika aku butuh, termasuk aktivitas ranjang." Rangga tertawa. Pria berengsek! Dua kata itu hanya bisa Tasya lontarkan dalam hati saja. Tapi,

  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Perpisahan

    Juna melakukan ini karena terpaksa. Jika ada penagih, maka hidup Tasya juga bahaya. Jadi, ia memutuskan untuk meminta bantuan kepada Rangga Saputra. Yang terpenting adalah mendapatkan uang. Sisanya akan diurus belakangan.Sesuai dengan permintaan Juna, maka Doni membawa temannya ini menemui Rangga Saputra di kediaman. Rumah yang besar sekali sampai Juna begitu menggaguminya. Ia berkhayal jadi orang kaya dengan harta yang tidak pernah habis.Setelah tiba di sini, Juna memikirkan istrinya. Di mana Tasya? Apa dia sudah tidur? Bersama siapa? Juna penasaran apakah istrinya itu melayani Rangga? Membayangkannya membuat perasaan Juna tidak karuan.“Don, istriku di mana?” tanya Juna.“Kau tidak berhak bertanya di mana keberadaan istrimu karena dia bukan lagi milikmu.”“Tetap saja dia istriku.”“Fokus dengan tujuanmu datang ke mari.”Sekitar 10 menit, orang yang ditunggu-tunggu akhirnya, muncul juga. Rangga keluar dari sebuah kamar dengan memakai kimono satinnya. Terlihat rambut pria ini basah

  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Terjerat

    "Apa kau mendengar sesuatu di dalam kamar mandi sana?" tanya pelayan pada rekannya. Temannya ini berdeham. Suara helaan napas dan teriakan terdengar dari dalam kamar mandi. Rangga dan Tasya ada di sana. Sudah pasti keduanya tengah melakukan hal-hal nikmat. "Cepat bersihkan kamar ini. Bisa jadi Tuan akan membawa wanita itu ke tempat tidur." "Pikiranmu sama sepertiku." Bergegas keduanya membereskan kamar ini termasuk mengganti seprainya secepat mungkin. Setelah itu, mereka keluar. Di dalam kamar mandi, Tasya tertunduk-tunduk karena ulah Rangga. Pria ini menarik rambutnya, mencengkeram leher dengan napas yang menderu."Kau tahu alasan kenapa aku tertarik padamu? Itu karena kau selalu berpura-pura berakting polos. Kau itu munafik. Tadinya kau menolak, tapi lihatlah dirimu sekarang. Lihat di cermin itu, kau menikmatinya." "Lakukan sepuasmu," ucap Tasya. "Dengan senang hati, Sayang. Setelah mandi bersama, kita lanjutkan di tempat tidur." Air dingin membasahi seluruh tubuh Tasya dan

  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Terkuak

    Tanpa bisa menolak, Tasya mengikuti keinginan Rangga yang membawanya ke rumah itu lagi. Di mana Tasya dapat melihat dua pelayan yang sama kemarin lalu.Kali ini pun keduanya masih diperintahkan melayani seorang wanita yang dicap sebagai simpanan. Pakaian ini dilucuti, dibuang, digantikan dengan baju-baju dari merek ternama sesuai selera Rangga, pria yang pikirannya hanya pada aktivitas ranjang saja. Selain baju yang dipakai hari-hari, Tasya juga mendapat pakaian untuk dikenakan pada malam harinya. Gaun-gaun tipis yang bisa langsung sobek harus dipakai setiap malamnya. "Nona Tasya sudah selesai mandinya?" tanya pelayan. "Aku lapar." Karena ini memang sudah malam dan Tasya belum makan malam. "Biar saya ambilkan, Nona. Barusan Tuan Rangga pergi lagi. Dia akan kembali secepatnya." "Aku tidak boleh keluar?" tanya Tasya. "Lebih baik di dalam kamar saja." "Kalian pikir aku bisa lari ke mana dari dia?" Tasya jadi kesal. "Maaf, Nona. Kami hanya menjalankan perintah saja." Pelay

  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Ditiduri Lagi

    Tubuh ini terasa berat, seperti ada yang menindih. Perlahan Tasya membuka matanya, dan betapa kagetnya ia mendapati Rangga sudah berada di atas tubuh ini.“Menyingkir! Kau mau apa?” Tasya berusaha bangkit dari tidurnya, tetapi tangannya ini terikat. Sejak kapan? Tasya sungguh tidak sadar, dan apa-apaan ini? Bajunya tersingkap, lalu celananya juga sudah melorot ke bawah. “Minggir!” teriak Tasya.“Waktu pertama kali, kau begitu pasrah. Kedua kalinya kau tidak sadarkan diri karena pengaruh obat. Sekarang, kau harusnya tidak perlu malu lagi. Aku sudah melihat dan merasakan tubuhmu berulang kali. Kenapa tidak kita nikmati saja siang ini, Sayang?” Rangga membelai wajah simpanannya ini.“Aku terpaksa melakukannya. Sama sekali aku tidak berniat menjual diriku padamu. Mengertilah.”“Kau di sini karena kesalahanmu sendiri dan suamimu juga mengizinkan. Sudah kubilang, kan, kalau kau tidak mau berada di bawahku, maka berikan aku uang 10 miliar.”“Kau memeras seorang wanita yang tidak tahu apa-apa

  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Dikorbankan

    “Anda berdua, silakan ikut kami.” Dua orang penjaga mempersilakan Juna dan Tasya mengikuti mereka.“Aku sudah bilang kalau mereka tidak bisa berkutik,” ucap Juna, “jika atasanmu macam-macam, kita tinggal sebarkan videonya. Aku akan merekam setiap tindakannya itu. Kau tenang saja, Sayang. Tidak akan terjadi apa-apa padamu.”Tasya mengangguk. “Aku hanya ingin lepas dari dia.”“Kita lihat saja nanti.” Ini kesempatan, Juna akan meminta uang sebagai kompensasi kepada atasan perusahan ini karena telah berani menganggu istrinya.Penjaga mempersilakan keduanya masuk lift, lalu lantai yang familiar bagi Tasya ditekan. Jantung wanita itu berdetak kencang. Ada rasa takut serta gagal karena tahu jika Rangga bukan orang yang mudah dikalahkan.“Kau harus tenang,” ucap Juna seraya memegang tangan istrinya. Bersama Juna, barulah Tasya dapat merasakan ketenangan. Ia yakin setelah ini, Rangga tidak akan menganggunya lagi.Denting lift berbunyi, mereka keluar setelah pintu terbuka. Juna dan Tasya diarah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status