Share

Bab 5 Dia Lagi

Author: Renita April
last update Last Updated: 2025-03-02 12:26:08

Juna seakan tidak rela, tetapi ia sudah berjanji akan memberikan Tasya kepada pria lain. Meski sudah memantapkan diri tetap saja rasanya rugi menyerahkan kehormatan istrinya.

"Ah, sialan!" Juna mengumpat.

Sopir taksi melirik Juna dan Tasya yang tengah dalam keadaan tanda tanya. Pria ini jadi curiga.

"Kau lihat apa? Dia istriku," ucap Juna, dengan pandangan tajam

"Maaf, Tuan. Kita akan segera sampai ke tujuan." Bagaimana tidak curiga jika wanita itu seperti terkena obat yang mengandung zat afrodisiak.

Tasya merasa gelisah. Ia mulai membuka kancing baju yang dipakai, tetapi Juna mencegahnya. Bisa gawat kalau istrinya sampai membuka baju di mobil.

"Cepat sedikit, Pak." Juna kewalahan kalau begini.

"Iya, Tuan." Sopir mempercepat laju kendaraan. Untungnya tempat yang dituju masih satu kawasan dengan Midnight Club.

Hanya perlu 10 menit sampai mobil ini tiba di hotel bintang lima. Juna juga sudah mengirim pesan kepada Doni agar menunggu di loby.

Benar saja kalau Doni memang menunggu kedatangannya, tetapi pria itu bersama dengan beberapa orang lainnya.

"Dia pengawal atasanku," ucap Doni.

"Ikuti kami." Salah seorang pengawal memerintahkan Juna serta Tasya masuk dalam lift lebih dulu. Disusul Doni serta lainnya. Kotak besi itu mengantar mereka menuju kamar paling atas.

"Sayang, tubuhku panas." Tasya tidak sadar. Pandangannya samar-samar. Yang ia tahu bahwa pria yang memeluknya adalah Juna.

"Sabar, Sayang."

"Ruangan yang akan kalian tuju adalah milik Rangga Saputra. Dia atasanku," ucap Doni.

"Pasti dia orang yang luar biasa."

"Kau sungguh tidak tahu siapa itu Rangga Saputra? Setelah ini, kau cari berita tentangnya."

"Ya, baiklah."

Satu ruangan ini adalah milik Rangga Saputra karena sepanjang lorong, Juna hanya melihat pengawal saja. Juna meneguk ludah. Kenapa ia merasakan hawa mengintimidasi? Apa ini akan baik-baik saja? Tapi, jika ia berhenti di sini, maka uang orang lain yang ia pakai tidak akan bisa terbayarkan.

"Silakan." Pengawal membuka pintu untuk mereka masuk.

"Sayang, aku tidak tahan lagi." Tasya sudah gelisah, dan Juna berusaha menahan kedua tangan istrinya yang ingin membuka pakaian.

"Tuan, saya sudah membawa wanita itu." Doni menghadap.

Pria yang tengah menatap kusen jendela dengan hanya memakai handuk ini, belum berbalik sama sekali. Hanya Doni saja yang mempersilakan Juna agar meletakkan Tasya di atas tempat tidur.

"Berikan yang dia mau, Doni," ucap Rangga.

"Baik, Tuan."

Doni memberikan cek dengan nominal yang tertera sesuai permintaan kepada Juna. "Besok, kau bisa menjemput istrimu. Lebih baik kau menginap di sini. Aku akan siapkan kamarnya."

"Oke." Juna menundukkan sedikit tubuhnya di depan Rangga Saputra. "Terima kasih, Tuan Rangga."

"Sekarang pergilah."

Doni mempersilakan Juna keluar. Lalu ia menghadap Rangga. "Apa ada lagi yang Tuan perlukan?"

"Tidak ada. Kau boleh beristirahat, Don." Rangga berbalik menatapnya.

Doni menundukkan kepalanya, kemudian undur diri. Tinggal Rangga dan Tasya saja di ruangan ini.

Rangga menghabiskan minuman beralkoholnya. Ia letakkan gelas itu di meja dengan kasar. Pandangannya mengarah pada Tasya yang tengah berusaha membuka gaunnya.

Handuk itu dibuka begitu saja. Rangga berjalan mendekat ke tempat tidur. Namun, ini di luar dugaan. Keningnya berkerut, merasa familiar pada wanita ini.

"Berengsek! Apa Doni tidak mengecek wanita ini dulu?!" Rangga ingat betul perempuan ini adalah wanita yang menjual kehormatannya, meski sudah lewat beberapa waktu.

"Sayang, aku sudah tidak tahan. Cepatlah." Tasya meraih tangan Rangga. Ia mendekatkan tangan pria itu ke pipi. Tiba-tiba Tasya terisak. "Sayang, aku sudah salah padamu."

"Kenapa, Sayang?" Rangga melepaskan pakaian yang melekat di tubuh Tasya. Ia jadi ingin meladeni wanita ini.

"Aku menjual diriku kepada seorang pria."

"Kau sangat nakal rupanya."

"Ini semua karena dirimu. Kau berengsek, Juna! Aku benci padamu."

"Sayang, tidak baik membenciku, sepertinya kau harus di hukum." Rangga membelai tubuh indah ini.

"Aku bersumpah hanya dia. Setelah ini, aku akan menyerahkan diriku padamu." Tasya mengalungkan kedua tangannya ke leher Rangga. "Sentuh aku, Sayang."

"Kau ini bodoh atau terlalu pintar? Kau menjual dirimu padaku, lalu kekasihmu menjual dirimu lagi padaku. Baiklah, aku juga tidak mau rugi. Malam ini, kita ulang seperti malam kemarin." Rangga memiringkan kepalanya, lalu mengecup lembut bibir Tasya.

Sementara Juna berada di kamar hotel yang berbeda. Uang telah didapat, dan ia tidak dapat tidur karena memikirkan istrinya.

Kembali ke kamar Rangga yang saat ini tengah memuaskan Tasya. Ini bukan dirinya yang dilayani, tetapi ia yang harus memuaskan wanita ini karena pengaruh obat afrodisiak.

"Apa aku sudah tua? Pinggang dan lututku." Rangga terengah-engah. Ia mengatur napas lebih dulu. Wanita di sampingnya telah terlelap, kemudian ia bangkit dari tempat tidur. Ponselnya memancarkan sinar serta getaran. Rangga melihat nama kekasihnya tertera di layar.

Hubungan asmara ini sudah merenggang, tetapi Rangga tidak ingin berpisah dari kekasihnya.

"Dia sok mencariku." Rangga tidak peduli. Sekarang, ia akan berbuat sesuka hati.

Pukul 6 pagi, Rangga siap untuk pergi. Wanita yang menemaninya masih bergelung dalam selimut. Doni pun sudah ada di kamar itu.

"Siapa dia, Don? Apa kau tahu wanita itu adalah perempuan yang sama seperti malam itu."

"Maksud, Tuan?" tanya Doni.

"Dia menjual dirinya waktu kita berada di hotel Nebula."

Doni kaget mendengarnya. Jelas ia ingat wanita itu memang masih perawan, lalu yang berbaring di sini ... ah, otaknya tidak bisa mencerna.

"Maafkan saya, Tuan. Wanita ini ... dia jual oleh suaminya sendiri." Tidak ada alasan bagi Doni untuk berbohong. "Suaminya bilang jika istrinya masih perawan." Doni mengatakan apa yang ia ketahui dari Juna.

"Malam itu dia memang masih perawan. Apa mereka bertengkar?" tanya Rangga.

"Dia hanya bercerita sedikit."

"Aku suka dia. Cari tahu latar belakangnya," kata Rangga.

"Baik, Tuan."

"Kita pergi sekarang." Rangga berjalan lebih dulu, disusul oleh para bawahannya.

Di lantai dasar, Juna telah sedari tadi menunggu Rangga lewat. Ketika mendapati pria itu, ia segera naik ke lantai teratas di mana istrinya berada.

Juna tiba di kamar yang di tempati Tasya. Ia masuk begitu saja karena memang pintu itu tidak ditutup rapat. Ini karena lantai hotel ini adalah milik Rangga. Tidak ada yang berani memasuki lantai paling atas kalau bukan atas perintah langsung. Lagi pula kartu kunci sengaja ditinggal.

Mendapati istrinya yang masih terbaring, ada sedikit penyesalan. Juna menarik turun selimut yang menutupi tubuh istrinya. Matanya membulat melihat tubuh mulus itu kini dinodai bercak merah. Jelas sekali permainan Rangga sangat brutal.

"Sayang ... Tasya." Sudah terjadi, Juna pun tidak bisa berbuat apa-apa. "Sayang, kita pulang sekarang." Entahlah, ia tidak mampu untuk berbaring di samping Tasya. Lebih baik langsung dibawa pulang saja.

Tasya mengeliat. Ia hanya bergumam karena kantuk masih mengambil alih dirinya. Juna terus membangunkan istrinya sampai Tasya membuka mata.

"Sayang ...." Tasya mengerjap beberapa kali.

"Ini sudah pagi. Kita harus pulang."

"Memangnya ini di mana?" Tasya mencoba duduk. "Kenapa aku merasa sangat lelah? Sayang ...." Tasya memerhatikan ruang yang asing baginya. "Loh, ini di mana?"

"Hotel. Kita bermalam di sini. Kau tidak lupa, kan? Kita sedang merayakan malam pertama."

Wajah Tasya merona malu. "Sayang, aku tidak ingat kita melakukannya."

"Kau bisa melihat tanda di tubuhmu."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
lanjut kk ...
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Apa Tasya ntar hamil yah ???
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Kasihan Tasya ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Bab 6 Dipanggil Kerja

    “Data wanita itu sudah ditemukan, Tuan.” Doni memberikan map biru kepada Rangga. Ini cukup mudah menyelidiki latar belakang Tasya karena suami wanita itu adalah teman sendiri. Hanya saja, Doni tidak memberitahu Juna tentang keinginan atasannya. “Dia sempat melamar sebagai office girl di kantor kita.” Rangga membuka map itu, lalu membacanya. Dilihat dari foto setengah badannya, memang dialah wanita yang ia cari. Sudah berkali-kali bertemu dan menghabiskan malam bersama, lalu kenapa Rangga tidak menjadikan wanita ini sebagai miliknya saja. “Terima dia, tapi tugaskan wanita itu hanya di lantai ini saja. Dia hanya boleh melayaniku,” ucap Rangga. “Baik, Tuan. Saya akan menghubunginya.” “Kau bilang dia punya suami, kan? Apa pekerjaan suaminya?” Sebenarnya Doni tidak mau memberitahu, tetapi jujur lebih baik daripada berbohong. “Suaminya bernama Juna dan dia teman sekolahku.” “Kau mengenalnya, Don?” Tidak ada yang perlu Doni sembunyikan, ia mengangguk. “Juna pernah menyelamatkan saya ke

    Last Updated : 2025-03-20
  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Bab 7 Situasi Canggung

    Tasya terperanjat kaget, bahkan lap dan semprotan pembersih kaca terlepas begitu saja. Jantungnya berdegup kencang. “A-Apa?” tanyanya, ia takut untuk menoleh karena merasakan pria ini terlalu dekat dengannya.“Maksudku, kau menikmati pekerjaannya?” Rangga mengambil lap dan pembersih itu, lalu mengulurkannya kepada Tasya. “Milikmu.”“Te-Terima kasih.” Tangan Tasya bergetar, ia tidak berani menatap Rangga.“Buatkan aku kopi hitam tanpa gula.”Tasya mengangguk, lalu lekas pergi. Ia melirik pria itu karena merasakan keanehan. Tidak mungkin Rangga mengingat dirinya, Tasya terlalu banyak berpikir. Sebaiknya ia lekas keluar dari ruangan ini.Rangga tersenyum penuh arti. “Kelinci yang penakut ternyata saat menggoda. Aku jadi menginginkannya lagi.” Ide jahat Rangga mulai memberitahu apa yang akan ia lakukan selanjutnya.Tidak lama, Tasya kembali dengan membawa secangkir kopi hitam untuk Rangga. Ia meletakkan minuman itu di samping pria yang tengah fokus menatap layar laptop.“Saya permisi, Pak

    Last Updated : 2025-03-21
  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Bab 8 Ide Licik Rangga

    Keringat meleleh dari kening, turun ke pipi serta dagu. Tasya meneguk ludah, kedua matanya ini tidak bisa mengalihkan pandangan dari dua anak manusia yang tengah memadu kasih di atas ranjang. Suara berat keduanya membuat tubuh Tasya semakin panas sekaligus takut. Ia tidak boleh bergerak, membuat suara apalagi. Hidupnya bisa bahaya bila sampai ketahuan.Tasya mohon agar permainan mereka cepat selesai. Kakinya keram, ia mulai gelisah. Jika lebih lama lagi, Tasya yakin ia akan mati lemas dalam lemari. Kedua tangannya mengepal. Napasnya megap-megap.Suara Rangga terdengar puas. Pria itu menarik dirinya, lalu berbaring di sisi tempat tidur yang kosong. Sedangkan Bella, turun dari ranjang, lalu masuk kamar mandi. Tasya hanya perlu menunggu sedikit lagi sampai mereka semua selesai membersihkan diri. Ia mengintip dari celah lemari. Rangga yang baru saja berbaring, tiba-tiba bangun, lalu berjalan ke arah lemari tanpa sehelai pakaian pun.Tasya menutup bibir agar ia tidak berteriak. Jaraknya su

    Last Updated : 2025-03-22
  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Bab 9 Jebakan

    Tengah menyantap makanan, dering ponsel Bella terdengar. Wanita ini mengambil telepon genggamnya itu dengan sangat hati-hati agar Rangga tidak marah. "Angkat saja," ucap Rangga. Tidak perlu berpura-pura karena ia tahu jika kekasihnya ini sangat sibuk. Banyak orang yang ingin meneleponnya. Bella tersenyum tidak enak, ia mengiakan ucapan Rangga, lalu mengangkat panggilan itu. "Aku sedang makan siang bersama tunanganku. Kenapa kalian selalu menganggu?" Bella mendengarkan apa yang diucapkan oleh si penelepon. "Ada masalah dengan kontraknya? Baiklah ... aku segera ke kantor." "Ada apa?" tanya Rangga. "Ada masalah di kantor. Kontrak salah satu talent bermasalah. Aku harus menyelesaikannya." "Mau kuantar?" "Aku tidak mau merepotkanmu. Kau juga sibuk. Sayang, maaf karena tidak selalu hadir di sisimu. Padahal aku ingin menghabiskan waktu siang ini denganmu." Wajah Bella memelas. Terlihat jika ia sangat menyesal. "Kau juga sibuk. Aku tahu itu. Panggil sopirmu biar dia jemput ke restoran

    Last Updated : 2025-03-23
  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Melancarkan Aksi

    Hari yang melelahkan telah Tasya lewati. Ia kembali ke rumah dan mendapati Juna. Syukurlah, paling tidak ia bisa bersandar di pelukan suaminya itu.“Wajahmu kusut. Apa ada masalah?” tanya Juna.Tasya menggeleng. “Ini hari pertama kerja dan aku cukup sibuk. Kamu belum makan, kan? Kita beli aja, ya? Aku capek buat masak.”“Pakai uangmu dulu. Atasan belum membayar komisiku."“Uangmu habis?” tanya Tasya.“Kan semua uangku kukasih kamu.” Juna berkata begini karena Tasya tahunya gaji suaminya ini hanya 3 juta saja.“Ya, udah. Sama beliin air mineral.” Tasya memberi beberapa lembar uang kepada Juna.“Aku pergi beli dulu.”Sebenarnya Tasya punya sedikit trauma pada Juna yang sempat melarikan uang serta perhiasan miliknya. Itu sebabnya, ia sangat sensitif bila suaminya itu membahas soal uang. Seakan-akan Juna akan mengambil kembali hak yang bukan miliknya.Pikiran Tasya teralih pada kejadian di kantor. Besok, ia tidak ingin bekerja. Ia juga ragu membicarakan ini kepada Juna. Apa kata suaminya

    Last Updated : 2025-03-24
  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Di Penjara

    Rangga menarik tangan Tasya hingga tubuh keduanya saling membentur. "Mengundurkan diri? Kau ini sedang bermimpi, hah?""Lepas. Kau tidak berhak berbuat seperti ini padaku. Aku akan melaporkanmu ke pihak berwajib." "Silakan karena kau sendiri yang setuju menjadi simpananku.""Apa maksudmu?" Rangga menarik diri, bila Tasya tidak bisa menjaga keseimbangan, ia mungkin sudah jatuh. "Baca ini." Rangga menyodorkan selembar kertas, lalu Tasya menerimanya. "Kau secara sadar telah menandatanganinya." Kata demi kata Tasya baca, dan cermati. Matanya melotot, jantung Tasya berdegup kencang setelah mengetahui isi dari lembar putih yang ia pegang ini."Kau mencoba melakukan tipuan apa? Aku tidak pernah berniat menjadi partner ranjangmu." Tasya merobek kertas itu. "Orang sepertimu tahunya menindas wanita. Apa kau masih waras? Aku ini wanita bersuami." "Memangnya kenapa? Aku tidak peduli. Kau sudah menandatangani surat itu dan mulai hari hingga seterusnya, kau milikku." "Hanya dalam mimpimu. Ke

    Last Updated : 2025-03-25
  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Bebas Bersyarat

    Tasya terbatuk-batuk karena wanita itu kembali menendangnya hanya karena sepotong roti. Jika dia ingin memakannya, makan saja. Tasya harap roti itu beracun saking ia benci terhadap teman satu selnya.Ia kembali menahan lapar untuk pagi ini. Sampai makan siang tiba, Tasya diberi setengah makanan miliknya. Semua dikuasai oleh wanita rakus itu. Setidaknya dia masih berbaik hati dengan memberi setengah makanan.Bukan hanya makanan yang Tasya harapkan, tetapi ia perlu menghubungi suaminya. Ia perlu memberitahu Juna agar bisa membebaskannya dari sini. Untuk itu, ia butuh telepon.Tasya mengguncang sel penjara sekuat tenaga agar penjaga datang menghampirinya. Tidak peduli wanita tua itu kembali marah. Ini sudah sehari, kapan ia akan dibebaskan? Ia hanya melaporkan ketidakadilan, tidak mungkin ditahan sampai berbulan-bulan.“Hei! Bantu aku!” teriak Tasya. Berkali-kali sampai penjaga akhirnya muncul juga.“Kau bisa diam tidak?!” ucap sipir wanita, dengan wajah marahnya.“Mau sampai kapan kalia

    Last Updated : 2025-03-26
  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Ancaman

    Mobil memasuki kediaman pribadi Rangga di jalan Mercer. Ini disebut rumah kecil karena yang mendiaminya hanya Rangga serta beberapa pelayan sekaligus tempat untuk setiap permainan pria ini.Tasya dipersilakan masuk, meski wanita ini terkesan menolak. Tapi, dia tidak bisa apa-apa selain menuruti perintah Rangga Saputra. Pria ini bisa saja menyakitinya lagi, bahkan menjebloskannya dalam penjara kembali. Tasya patuh mengikuti dua pelayan wanita yang mengiringinya masuk ke sebuah kamar nan luas.“Nona mandi dulu. 15 menit lagi, kami kembali,” ucap salah satu pelayan. Mereka langsung pergi. Di tempat tidur ada kimono serta pakaian dalam yang baru. Untuk yang satu ini, tanpa disuruh pun Tasya akan pergi mandi. Menginap di penjara sekaligus siksaan dari wanita paruh baya itu, ia harus membersihkan dirinya.15 menit kemudian, dua pelayan tadi kembali ke kamar dan kali ini membawa beberapa pakaian untuk Tasya pakai. Keduanya menyuruh Tasya duduk di meja rias, mereka membantu mengeringkan rambu

    Last Updated : 2025-03-27

Latest chapter

  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Pingsan

    Teriakan Tasya membuat semua yang ada di meja itu kaget. Tasya melangkah mendekati kerumunan dan langsung menarik rambut Juna, ia bahkan memberi pukulan pada pria tidak tahu diuntung itu. "Aku membayar hutangmu dengan mempertaruhkan harga diri, dan kau di sini seenaknya menghabiskan uang. Berjudi dan bermain wanita. Kau pikir dirimu siapa, hah?!" teriak Tasya, yang berhasil membuat rekan Juna menyingkir dari meja. "Lepaskan aku!" Juna menepis tangan Tasya. "Memangnya aku memaksamu? Kau sendiri yang berniat membayarnya. Kau juga istriku. Sudah sewajarnya kau itu bertanggung jawab atas apa yang kulakukan. Memangnya kau saja yang ingin bersenang-senang? Aku juga, Tasya." Plak ! Entah berapa kali Tasya melayangkan tangannya hari ini. Sakit hati tidak bisa sembuh dengan hanya satu tamparan atau pukulan. Perihnya begitu nyata. Juna berhasil mengiris-iris sanubarinya. Cinta kini telah berganti dengan luka. "Puas? Pergi dari sini. Kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi. Kita sudah

  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Watak Juna

    Ketika tiba di kediaman, Rangga sudah menunggu serta menyerahkan sebuah dokumen dalam map biru. Tasya membuka dan membaca kata per kata isi dari surat tersebut. Ya, yang berada di tangan Tasya saat ini adalah surat perceraian yang sudah ditandatangani oleh Juna. Yang dikatakan oleh Mira, kekasih gelap pria itu, benar adanya.“Tinggal kau saja yang belum tanda tangan,” ucap Rangga.“Apa ini semua ulahmu? Kau bukan hanya memaksa, tetapi juga ikut campur dalam urusan rumah tanggaku.”“Harusnya kau berterima kasih, Tasya. Aku menyelamatkanmu dari pria berengsek itu.”“Kau menyelamatkanku? Kalau kau tidak hadir dalam hidupku, pernikahan ini tidak akan hancur!” Tasya meninggikan suaranya.“Ternyata kau sangat mencintai pria itu. Sampai kau lupa apa yang telah dia lakukan. Bukan aku yang membuatmu bercerai, tetapi mantan suamimu itu yang datang padaku. Dia meminjam uang dengan jaminan dirimu.”“Bohong!” Mata Tasya melotot. “Setelah apa yang terjadi, apa aku harus percaya padamu? Kau itu pria

  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Terungkap

    "Katakan sekali lagi." Tasya memang mendengar apa yang diucapkan oleh Mira, tapi ia ingin memastikan lagi apakah telinganya ini benar-benar menangkap perkataan yang wanita itu lontarkan. "Aku, kekasih Juna. Kau tidak lihat kunci rumah ini ada padaku?" Tasya berjalan mendekat. Mengangkat tangan, lalu menampar pipi Mira. "Kau sungguh tidak tahu malu. Ini rumahku dan Juna adalah suamiku, tapi kau berani mengaku sebagai kekasihnya.""Memang itu faktanya. Biar kuberitahu padamu jika aku dan Juna pernah bercinta di rumah ini." Mira tersenyum penuh arti. "Kau bilang apa?!" Tasya menarik rambut Mira. Wanita itu berteriak. "Lepaskan tanganmu!""Kau bercinta dengan suamiku. Berani sekali kau. Perebut sepertimu memang harus diberi pelajaran." Tasya menyeret Mira keluar. Karena teriakan wanita itu, tetangga sekitar keluar dari kediaman masing-masing. Bukannya melerai, tetapi mereka malah merekam aksi pertengkaran itu. "Kau itu tidak dicintai oleh Juna. Hanya aku, wanita yang paling dia cinta

  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Wanita Lain

    Bagaimana cara memberitahu pria ini? Tasya sudah memikirkan banyak cara yang pasti berakhir pada satu titik di mana ia harus menerima semua pemberian dari Rangga. "Apa aku boleh bolos bekerja?" tanya Tasya. Saat ini, keduanya tengah berada di ruang makan. Menyantap makanan pagi bersama-sama."Memangnya kau mau ke mana? Kau juga tidak punya pekerjaan di rumah ini?" Lebih baik ke kantor yang sudah jelas ada pekerjaan."Aku ingin izin sehari saja." "Kuizinkan. Mulai besok, kau boleh kembali ke perusahaan sebagai sekretaris pribadi." "Aku tidak sekolah setinggi itu sampai bisa menjadi sekretarismu. Apa kata yang lain nanti?" "Kenapa kau memikirkan orang lain? Yang gaji kau itu adalah aku." "Kalau kau belum pernah merasakan hidup seperti diriku, lebih baik diam saja." "Kau cukup membuatkanku kopi, bersih ruangan, mengantar dokumen, menemaniku ketika aku butuh, termasuk aktivitas ranjang." Rangga tertawa. Pria berengsek! Dua kata itu hanya bisa Tasya lontarkan dalam hati saja. Tapi,

  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Perpisahan

    Juna melakukan ini karena terpaksa. Jika ada penagih, maka hidup Tasya juga bahaya. Jadi, ia memutuskan untuk meminta bantuan kepada Rangga Saputra. Yang terpenting adalah mendapatkan uang. Sisanya akan diurus belakangan.Sesuai dengan permintaan Juna, maka Doni membawa temannya ini menemui Rangga Saputra di kediaman. Rumah yang besar sekali sampai Juna begitu menggaguminya. Ia berkhayal jadi orang kaya dengan harta yang tidak pernah habis.Setelah tiba di sini, Juna memikirkan istrinya. Di mana Tasya? Apa dia sudah tidur? Bersama siapa? Juna penasaran apakah istrinya itu melayani Rangga? Membayangkannya membuat perasaan Juna tidak karuan.“Don, istriku di mana?” tanya Juna.“Kau tidak berhak bertanya di mana keberadaan istrimu karena dia bukan lagi milikmu.”“Tetap saja dia istriku.”“Fokus dengan tujuanmu datang ke mari.”Sekitar 10 menit, orang yang ditunggu-tunggu akhirnya, muncul juga. Rangga keluar dari sebuah kamar dengan memakai kimono satinnya. Terlihat rambut pria ini basah

  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Terjerat

    "Apa kau mendengar sesuatu di dalam kamar mandi sana?" tanya pelayan pada rekannya. Temannya ini berdeham. Suara helaan napas dan teriakan terdengar dari dalam kamar mandi. Rangga dan Tasya ada di sana. Sudah pasti keduanya tengah melakukan hal-hal nikmat. "Cepat bersihkan kamar ini. Bisa jadi Tuan akan membawa wanita itu ke tempat tidur." "Pikiranmu sama sepertiku." Bergegas keduanya membereskan kamar ini termasuk mengganti seprainya secepat mungkin. Setelah itu, mereka keluar. Di dalam kamar mandi, Tasya tertunduk-tunduk karena ulah Rangga. Pria ini menarik rambutnya, mencengkeram leher dengan napas yang menderu."Kau tahu alasan kenapa aku tertarik padamu? Itu karena kau selalu berpura-pura berakting polos. Kau itu munafik. Tadinya kau menolak, tapi lihatlah dirimu sekarang. Lihat di cermin itu, kau menikmatinya." "Lakukan sepuasmu," ucap Tasya. "Dengan senang hati, Sayang. Setelah mandi bersama, kita lanjutkan di tempat tidur." Air dingin membasahi seluruh tubuh Tasya dan

  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Terkuak

    Tanpa bisa menolak, Tasya mengikuti keinginan Rangga yang membawanya ke rumah itu lagi. Di mana Tasya dapat melihat dua pelayan yang sama kemarin lalu.Kali ini pun keduanya masih diperintahkan melayani seorang wanita yang dicap sebagai simpanan. Pakaian ini dilucuti, dibuang, digantikan dengan baju-baju dari merek ternama sesuai selera Rangga, pria yang pikirannya hanya pada aktivitas ranjang saja. Selain baju yang dipakai hari-hari, Tasya juga mendapat pakaian untuk dikenakan pada malam harinya. Gaun-gaun tipis yang bisa langsung sobek harus dipakai setiap malamnya. "Nona Tasya sudah selesai mandinya?" tanya pelayan. "Aku lapar." Karena ini memang sudah malam dan Tasya belum makan malam. "Biar saya ambilkan, Nona. Barusan Tuan Rangga pergi lagi. Dia akan kembali secepatnya." "Aku tidak boleh keluar?" tanya Tasya. "Lebih baik di dalam kamar saja." "Kalian pikir aku bisa lari ke mana dari dia?" Tasya jadi kesal. "Maaf, Nona. Kami hanya menjalankan perintah saja." Pelay

  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Ditiduri Lagi

    Tubuh ini terasa berat, seperti ada yang menindih. Perlahan Tasya membuka matanya, dan betapa kagetnya ia mendapati Rangga sudah berada di atas tubuh ini.“Menyingkir! Kau mau apa?” Tasya berusaha bangkit dari tidurnya, tetapi tangannya ini terikat. Sejak kapan? Tasya sungguh tidak sadar, dan apa-apaan ini? Bajunya tersingkap, lalu celananya juga sudah melorot ke bawah. “Minggir!” teriak Tasya.“Waktu pertama kali, kau begitu pasrah. Kedua kalinya kau tidak sadarkan diri karena pengaruh obat. Sekarang, kau harusnya tidak perlu malu lagi. Aku sudah melihat dan merasakan tubuhmu berulang kali. Kenapa tidak kita nikmati saja siang ini, Sayang?” Rangga membelai wajah simpanannya ini.“Aku terpaksa melakukannya. Sama sekali aku tidak berniat menjual diriku padamu. Mengertilah.”“Kau di sini karena kesalahanmu sendiri dan suamimu juga mengizinkan. Sudah kubilang, kan, kalau kau tidak mau berada di bawahku, maka berikan aku uang 10 miliar.”“Kau memeras seorang wanita yang tidak tahu apa-apa

  • Tolong Lepaskan Aku, Tuan CEO!   Dikorbankan

    “Anda berdua, silakan ikut kami.” Dua orang penjaga mempersilakan Juna dan Tasya mengikuti mereka.“Aku sudah bilang kalau mereka tidak bisa berkutik,” ucap Juna, “jika atasanmu macam-macam, kita tinggal sebarkan videonya. Aku akan merekam setiap tindakannya itu. Kau tenang saja, Sayang. Tidak akan terjadi apa-apa padamu.”Tasya mengangguk. “Aku hanya ingin lepas dari dia.”“Kita lihat saja nanti.” Ini kesempatan, Juna akan meminta uang sebagai kompensasi kepada atasan perusahan ini karena telah berani menganggu istrinya.Penjaga mempersilakan keduanya masuk lift, lalu lantai yang familiar bagi Tasya ditekan. Jantung wanita itu berdetak kencang. Ada rasa takut serta gagal karena tahu jika Rangga bukan orang yang mudah dikalahkan.“Kau harus tenang,” ucap Juna seraya memegang tangan istrinya. Bersama Juna, barulah Tasya dapat merasakan ketenangan. Ia yakin setelah ini, Rangga tidak akan menganggunya lagi.Denting lift berbunyi, mereka keluar setelah pintu terbuka. Juna dan Tasya diarah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status