Mobil memasuki kediaman pribadi Rangga di jalan Mercer. Ini disebut rumah kecil karena yang mendiaminya hanya Rangga serta beberapa pelayan sekaligus tempat untuk setiap permainan pria ini.Tasya dipersilakan masuk, meski wanita ini terkesan menolak. Tapi, dia tidak bisa apa-apa selain menuruti perintah Rangga Saputra. Pria ini bisa saja menyakitinya lagi, bahkan menjebloskannya dalam penjara kembali. Tasya patuh mengikuti dua pelayan wanita yang mengiringinya masuk ke sebuah kamar nan luas.“Nona mandi dulu. 15 menit lagi, kami kembali,” ucap salah satu pelayan. Mereka langsung pergi. Di tempat tidur ada kimono serta pakaian dalam yang baru. Untuk yang satu ini, tanpa disuruh pun Tasya akan pergi mandi. Menginap di penjara sekaligus siksaan dari wanita paruh baya itu, ia harus membersihkan dirinya.15 menit kemudian, dua pelayan tadi kembali ke kamar dan kali ini membawa beberapa pakaian untuk Tasya pakai. Keduanya menyuruh Tasya duduk di meja rias, mereka membantu mengeringkan rambu
Juna mengumpat karena mendapat telepon bernada ancaman dari istrinya. Bisa-bisanya Tasya meminta cerai bila ia tidak pulang sekarang. Padahal ia masih ingin bersenang-senang karena malam ini tidak ada pengantaran barang. Juna juga harus melepaskan pelukannya dari Mira, wanita yang kini menjadi pacarnya.“Hei, kau baru main sekali. Kenapa malah pulang?” tanya seorang pria yang merupakan teman judi Juna.“Benar, Sayang. Kau bilang ingin bersenang-senang di sini,” kata Mira seraya membelai pipi kekasihnya.“Aduh, Sayang. Aku juga ingin bermain denganmu, tapi istriku menyuruhku pulang.”“Kau begitu patuh padanya.” Mira cemberut karena Juna lebih memilih istrinya.“Jangan marah, Sayangku. Malam ini saja. Besok malam, kita senang-senang lagi.”“Aku marah.” Mira menjauh dari Juna. Melihat kekasih gelapnya yang tidak senang hati, Juna memberikan uangnya. “Aku tidak butuh.” Mira menolak.“Ambil saja buat kau pergi belanja. Besok, aku akan menghabiskan waktu bersamamu. Kau harus mengerti, Mira.
“Anda berdua, silakan ikut kami.” Dua orang penjaga mempersilakan Juna dan Tasya mengikuti mereka.“Aku sudah bilang kalau mereka tidak bisa berkutik,” ucap Juna, “jika atasanmu macam-macam, kita tinggal sebarkan videonya. Aku akan merekam setiap tindakannya itu. Kau tenang saja, Sayang. Tidak akan terjadi apa-apa padamu.”Tasya mengangguk. “Aku hanya ingin lepas dari dia.”“Kita lihat saja nanti.” Ini kesempatan, Juna akan meminta uang sebagai kompensasi kepada atasan perusahan ini karena telah berani menganggu istrinya.Penjaga mempersilakan keduanya masuk lift, lalu lantai yang familiar bagi Tasya ditekan. Jantung wanita itu berdetak kencang. Ada rasa takut serta gagal karena tahu jika Rangga bukan orang yang mudah dikalahkan.“Kau harus tenang,” ucap Juna seraya memegang tangan istrinya. Bersama Juna, barulah Tasya dapat merasakan ketenangan. Ia yakin setelah ini, Rangga tidak akan menganggunya lagi.Denting lift berbunyi, mereka keluar setelah pintu terbuka. Juna dan Tasya diarah
Tubuh ini terasa berat, seperti ada yang menindih. Perlahan Tasya membuka matanya, dan betapa kagetnya ia mendapati Rangga sudah berada di atas tubuh ini.“Menyingkir! Kau mau apa?” Tasya berusaha bangkit dari tidurnya, tetapi tangannya ini terikat. Sejak kapan? Tasya sungguh tidak sadar, dan apa-apaan ini? Bajunya tersingkap, lalu celananya juga sudah melorot ke bawah. “Minggir!” teriak Tasya.“Waktu pertama kali, kau begitu pasrah. Kedua kalinya kau tidak sadarkan diri karena pengaruh obat. Sekarang, kau harusnya tidak perlu malu lagi. Aku sudah melihat dan merasakan tubuhmu berulang kali. Kenapa tidak kita nikmati saja siang ini, Sayang?” Rangga membelai wajah simpanannya ini.“Aku terpaksa melakukannya. Sama sekali aku tidak berniat menjual diriku padamu. Mengertilah.”“Kau di sini karena kesalahanmu sendiri dan suamimu juga mengizinkan. Sudah kubilang, kan, kalau kau tidak mau berada di bawahku, maka berikan aku uang 10 miliar.”“Kau memeras seorang wanita yang tidak tahu apa-apa
Tanpa bisa menolak, Tasya mengikuti keinginan Rangga yang membawanya ke rumah itu lagi. Di mana Tasya dapat melihat dua pelayan yang sama kemarin lalu.Kali ini pun keduanya masih diperintahkan melayani seorang wanita yang dicap sebagai simpanan. Pakaian ini dilucuti, dibuang, digantikan dengan baju-baju dari merek ternama sesuai selera Rangga, pria yang pikirannya hanya pada aktivitas ranjang saja. Selain baju yang dipakai hari-hari, Tasya juga mendapat pakaian untuk dikenakan pada malam harinya. Gaun-gaun tipis yang bisa langsung sobek harus dipakai setiap malamnya. "Nona Tasya sudah selesai mandinya?" tanya pelayan. "Aku lapar." Karena ini memang sudah malam dan Tasya belum makan malam. "Biar saya ambilkan, Nona. Barusan Tuan Rangga pergi lagi. Dia akan kembali secepatnya." "Aku tidak boleh keluar?" tanya Tasya. "Lebih baik di dalam kamar saja." "Kalian pikir aku bisa lari ke mana dari dia?" Tasya jadi kesal. "Maaf, Nona. Kami hanya menjalankan perintah saja." Pelay
"Apa kau mendengar sesuatu di dalam kamar mandi sana?" tanya pelayan pada rekannya. Temannya ini berdeham. Suara helaan napas dan teriakan terdengar dari dalam kamar mandi. Rangga dan Tasya ada di sana. Sudah pasti keduanya tengah melakukan hal-hal nikmat. "Cepat bersihkan kamar ini. Bisa jadi Tuan akan membawa wanita itu ke tempat tidur." "Pikiranmu sama sepertiku." Bergegas keduanya membereskan kamar ini termasuk mengganti seprainya secepat mungkin. Setelah itu, mereka keluar. Di dalam kamar mandi, Tasya tertunduk-tunduk karena ulah Rangga. Pria ini menarik rambutnya, mencengkeram leher dengan napas yang menderu."Kau tahu alasan kenapa aku tertarik padamu? Itu karena kau selalu berpura-pura berakting polos. Kau itu munafik. Tadinya kau menolak, tapi lihatlah dirimu sekarang. Lihat di cermin itu, kau menikmatinya." "Lakukan sepuasmu," ucap Tasya. "Dengan senang hati, Sayang. Setelah mandi bersama, kita lanjutkan di tempat tidur." Air dingin membasahi seluruh tubuh Tasya dan
Juna melakukan ini karena terpaksa. Jika ada penagih, maka hidup Tasya juga bahaya. Jadi, ia memutuskan untuk meminta bantuan kepada Rangga Saputra. Yang terpenting adalah mendapatkan uang. Sisanya akan diurus belakangan.Sesuai dengan permintaan Juna, maka Doni membawa temannya ini menemui Rangga Saputra di kediaman. Rumah yang besar sekali sampai Juna begitu menggaguminya. Ia berkhayal jadi orang kaya dengan harta yang tidak pernah habis.Setelah tiba di sini, Juna memikirkan istrinya. Di mana Tasya? Apa dia sudah tidur? Bersama siapa? Juna penasaran apakah istrinya itu melayani Rangga? Membayangkannya membuat perasaan Juna tidak karuan.“Don, istriku di mana?” tanya Juna.“Kau tidak berhak bertanya di mana keberadaan istrimu karena dia bukan lagi milikmu.”“Tetap saja dia istriku.”“Fokus dengan tujuanmu datang ke mari.”Sekitar 10 menit, orang yang ditunggu-tunggu akhirnya, muncul juga. Rangga keluar dari sebuah kamar dengan memakai kimono satinnya. Terlihat rambut pria ini basah
Bagaimana cara memberitahu pria ini? Tasya sudah memikirkan banyak cara yang pasti berakhir pada satu titik di mana ia harus menerima semua pemberian dari Rangga. "Apa aku boleh bolos bekerja?" tanya Tasya. Saat ini, keduanya tengah berada di ruang makan. Menyantap makanan pagi bersama-sama."Memangnya kau mau ke mana? Kau juga tidak punya pekerjaan di rumah ini?" Lebih baik ke kantor yang sudah jelas ada pekerjaan."Aku ingin izin sehari saja." "Kuizinkan. Mulai besok, kau boleh kembali ke perusahaan sebagai sekretaris pribadi." "Aku tidak sekolah setinggi itu sampai bisa menjadi sekretarismu. Apa kata yang lain nanti?" "Kenapa kau memikirkan orang lain? Yang gaji kau itu adalah aku." "Kalau kau belum pernah merasakan hidup seperti diriku, lebih baik diam saja." "Kau cukup membuatkanku kopi, bersih ruangan, mengantar dokumen, menemaniku ketika aku butuh, termasuk aktivitas ranjang." Rangga tertawa. Pria berengsek! Dua kata itu hanya bisa Tasya lontarkan dalam hati saja. Tapi,
Teriakan Tasya membuat semua yang ada di meja itu kaget. Tasya melangkah mendekati kerumunan dan langsung menarik rambut Juna, ia bahkan memberi pukulan pada pria tidak tahu diuntung itu. "Aku membayar hutangmu dengan mempertaruhkan harga diri, dan kau di sini seenaknya menghabiskan uang. Berjudi dan bermain wanita. Kau pikir dirimu siapa, hah?!" teriak Tasya, yang berhasil membuat rekan Juna menyingkir dari meja. "Lepaskan aku!" Juna menepis tangan Tasya. "Memangnya aku memaksamu? Kau sendiri yang berniat membayarnya. Kau juga istriku. Sudah sewajarnya kau itu bertanggung jawab atas apa yang kulakukan. Memangnya kau saja yang ingin bersenang-senang? Aku juga, Tasya." Plak ! Entah berapa kali Tasya melayangkan tangannya hari ini. Sakit hati tidak bisa sembuh dengan hanya satu tamparan atau pukulan. Perihnya begitu nyata. Juna berhasil mengiris-iris sanubarinya. Cinta kini telah berganti dengan luka. "Puas? Pergi dari sini. Kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi. Kita sudah
Ketika tiba di kediaman, Rangga sudah menunggu serta menyerahkan sebuah dokumen dalam map biru. Tasya membuka dan membaca kata per kata isi dari surat tersebut. Ya, yang berada di tangan Tasya saat ini adalah surat perceraian yang sudah ditandatangani oleh Juna. Yang dikatakan oleh Mira, kekasih gelap pria itu, benar adanya.“Tinggal kau saja yang belum tanda tangan,” ucap Rangga.“Apa ini semua ulahmu? Kau bukan hanya memaksa, tetapi juga ikut campur dalam urusan rumah tanggaku.”“Harusnya kau berterima kasih, Tasya. Aku menyelamatkanmu dari pria berengsek itu.”“Kau menyelamatkanku? Kalau kau tidak hadir dalam hidupku, pernikahan ini tidak akan hancur!” Tasya meninggikan suaranya.“Ternyata kau sangat mencintai pria itu. Sampai kau lupa apa yang telah dia lakukan. Bukan aku yang membuatmu bercerai, tetapi mantan suamimu itu yang datang padaku. Dia meminjam uang dengan jaminan dirimu.”“Bohong!” Mata Tasya melotot. “Setelah apa yang terjadi, apa aku harus percaya padamu? Kau itu pria
"Katakan sekali lagi." Tasya memang mendengar apa yang diucapkan oleh Mira, tapi ia ingin memastikan lagi apakah telinganya ini benar-benar menangkap perkataan yang wanita itu lontarkan. "Aku, kekasih Juna. Kau tidak lihat kunci rumah ini ada padaku?" Tasya berjalan mendekat. Mengangkat tangan, lalu menampar pipi Mira. "Kau sungguh tidak tahu malu. Ini rumahku dan Juna adalah suamiku, tapi kau berani mengaku sebagai kekasihnya.""Memang itu faktanya. Biar kuberitahu padamu jika aku dan Juna pernah bercinta di rumah ini." Mira tersenyum penuh arti. "Kau bilang apa?!" Tasya menarik rambut Mira. Wanita itu berteriak. "Lepaskan tanganmu!""Kau bercinta dengan suamiku. Berani sekali kau. Perebut sepertimu memang harus diberi pelajaran." Tasya menyeret Mira keluar. Karena teriakan wanita itu, tetangga sekitar keluar dari kediaman masing-masing. Bukannya melerai, tetapi mereka malah merekam aksi pertengkaran itu. "Kau itu tidak dicintai oleh Juna. Hanya aku, wanita yang paling dia cinta
Bagaimana cara memberitahu pria ini? Tasya sudah memikirkan banyak cara yang pasti berakhir pada satu titik di mana ia harus menerima semua pemberian dari Rangga. "Apa aku boleh bolos bekerja?" tanya Tasya. Saat ini, keduanya tengah berada di ruang makan. Menyantap makanan pagi bersama-sama."Memangnya kau mau ke mana? Kau juga tidak punya pekerjaan di rumah ini?" Lebih baik ke kantor yang sudah jelas ada pekerjaan."Aku ingin izin sehari saja." "Kuizinkan. Mulai besok, kau boleh kembali ke perusahaan sebagai sekretaris pribadi." "Aku tidak sekolah setinggi itu sampai bisa menjadi sekretarismu. Apa kata yang lain nanti?" "Kenapa kau memikirkan orang lain? Yang gaji kau itu adalah aku." "Kalau kau belum pernah merasakan hidup seperti diriku, lebih baik diam saja." "Kau cukup membuatkanku kopi, bersih ruangan, mengantar dokumen, menemaniku ketika aku butuh, termasuk aktivitas ranjang." Rangga tertawa. Pria berengsek! Dua kata itu hanya bisa Tasya lontarkan dalam hati saja. Tapi,
Juna melakukan ini karena terpaksa. Jika ada penagih, maka hidup Tasya juga bahaya. Jadi, ia memutuskan untuk meminta bantuan kepada Rangga Saputra. Yang terpenting adalah mendapatkan uang. Sisanya akan diurus belakangan.Sesuai dengan permintaan Juna, maka Doni membawa temannya ini menemui Rangga Saputra di kediaman. Rumah yang besar sekali sampai Juna begitu menggaguminya. Ia berkhayal jadi orang kaya dengan harta yang tidak pernah habis.Setelah tiba di sini, Juna memikirkan istrinya. Di mana Tasya? Apa dia sudah tidur? Bersama siapa? Juna penasaran apakah istrinya itu melayani Rangga? Membayangkannya membuat perasaan Juna tidak karuan.“Don, istriku di mana?” tanya Juna.“Kau tidak berhak bertanya di mana keberadaan istrimu karena dia bukan lagi milikmu.”“Tetap saja dia istriku.”“Fokus dengan tujuanmu datang ke mari.”Sekitar 10 menit, orang yang ditunggu-tunggu akhirnya, muncul juga. Rangga keluar dari sebuah kamar dengan memakai kimono satinnya. Terlihat rambut pria ini basah
"Apa kau mendengar sesuatu di dalam kamar mandi sana?" tanya pelayan pada rekannya. Temannya ini berdeham. Suara helaan napas dan teriakan terdengar dari dalam kamar mandi. Rangga dan Tasya ada di sana. Sudah pasti keduanya tengah melakukan hal-hal nikmat. "Cepat bersihkan kamar ini. Bisa jadi Tuan akan membawa wanita itu ke tempat tidur." "Pikiranmu sama sepertiku." Bergegas keduanya membereskan kamar ini termasuk mengganti seprainya secepat mungkin. Setelah itu, mereka keluar. Di dalam kamar mandi, Tasya tertunduk-tunduk karena ulah Rangga. Pria ini menarik rambutnya, mencengkeram leher dengan napas yang menderu."Kau tahu alasan kenapa aku tertarik padamu? Itu karena kau selalu berpura-pura berakting polos. Kau itu munafik. Tadinya kau menolak, tapi lihatlah dirimu sekarang. Lihat di cermin itu, kau menikmatinya." "Lakukan sepuasmu," ucap Tasya. "Dengan senang hati, Sayang. Setelah mandi bersama, kita lanjutkan di tempat tidur." Air dingin membasahi seluruh tubuh Tasya dan
Tanpa bisa menolak, Tasya mengikuti keinginan Rangga yang membawanya ke rumah itu lagi. Di mana Tasya dapat melihat dua pelayan yang sama kemarin lalu.Kali ini pun keduanya masih diperintahkan melayani seorang wanita yang dicap sebagai simpanan. Pakaian ini dilucuti, dibuang, digantikan dengan baju-baju dari merek ternama sesuai selera Rangga, pria yang pikirannya hanya pada aktivitas ranjang saja. Selain baju yang dipakai hari-hari, Tasya juga mendapat pakaian untuk dikenakan pada malam harinya. Gaun-gaun tipis yang bisa langsung sobek harus dipakai setiap malamnya. "Nona Tasya sudah selesai mandinya?" tanya pelayan. "Aku lapar." Karena ini memang sudah malam dan Tasya belum makan malam. "Biar saya ambilkan, Nona. Barusan Tuan Rangga pergi lagi. Dia akan kembali secepatnya." "Aku tidak boleh keluar?" tanya Tasya. "Lebih baik di dalam kamar saja." "Kalian pikir aku bisa lari ke mana dari dia?" Tasya jadi kesal. "Maaf, Nona. Kami hanya menjalankan perintah saja." Pelay
Tubuh ini terasa berat, seperti ada yang menindih. Perlahan Tasya membuka matanya, dan betapa kagetnya ia mendapati Rangga sudah berada di atas tubuh ini.“Menyingkir! Kau mau apa?” Tasya berusaha bangkit dari tidurnya, tetapi tangannya ini terikat. Sejak kapan? Tasya sungguh tidak sadar, dan apa-apaan ini? Bajunya tersingkap, lalu celananya juga sudah melorot ke bawah. “Minggir!” teriak Tasya.“Waktu pertama kali, kau begitu pasrah. Kedua kalinya kau tidak sadarkan diri karena pengaruh obat. Sekarang, kau harusnya tidak perlu malu lagi. Aku sudah melihat dan merasakan tubuhmu berulang kali. Kenapa tidak kita nikmati saja siang ini, Sayang?” Rangga membelai wajah simpanannya ini.“Aku terpaksa melakukannya. Sama sekali aku tidak berniat menjual diriku padamu. Mengertilah.”“Kau di sini karena kesalahanmu sendiri dan suamimu juga mengizinkan. Sudah kubilang, kan, kalau kau tidak mau berada di bawahku, maka berikan aku uang 10 miliar.”“Kau memeras seorang wanita yang tidak tahu apa-apa
“Anda berdua, silakan ikut kami.” Dua orang penjaga mempersilakan Juna dan Tasya mengikuti mereka.“Aku sudah bilang kalau mereka tidak bisa berkutik,” ucap Juna, “jika atasanmu macam-macam, kita tinggal sebarkan videonya. Aku akan merekam setiap tindakannya itu. Kau tenang saja, Sayang. Tidak akan terjadi apa-apa padamu.”Tasya mengangguk. “Aku hanya ingin lepas dari dia.”“Kita lihat saja nanti.” Ini kesempatan, Juna akan meminta uang sebagai kompensasi kepada atasan perusahan ini karena telah berani menganggu istrinya.Penjaga mempersilakan keduanya masuk lift, lalu lantai yang familiar bagi Tasya ditekan. Jantung wanita itu berdetak kencang. Ada rasa takut serta gagal karena tahu jika Rangga bukan orang yang mudah dikalahkan.“Kau harus tenang,” ucap Juna seraya memegang tangan istrinya. Bersama Juna, barulah Tasya dapat merasakan ketenangan. Ia yakin setelah ini, Rangga tidak akan menganggunya lagi.Denting lift berbunyi, mereka keluar setelah pintu terbuka. Juna dan Tasya diarah