Kevin melangkah keluar dari kantor polisi dengan perasaan campur aduk. Hatinya bergejolak, penuh dengan amarah dan kebingungan. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Bagaimana mungkin Nora, yang selama ini menjadi bagian dari hidupnya, tiba-tiba pergi begitu saja? Dan di balik semua ini, ada Alexa, dengan segala alibi dan pembelaannya. Di matanya, Alexa selalu tampak seperti orang yang punya jawaban untuk segalanya, orang yang selalu merasa dirinya benar.Di sisi lain, Alexa masih berada di dalam kantor polisi, duduk sendirian di kursi ruang tunggu. Tangannya bergetar, hatinya dipenuhi kecemasan. Dia tidak pernah membayangkan hal ini akan menjadi sebesar ini. Dia hanya ingin memastikan bahwa semuanya baik-baik saja, tapi sekarang Kevin melihatnya seolah-olah dia adalah penyebab utama tragedi ini. Rasanya seperti terperangkap dalam mimpi buruk yang tak ada ujungnya.Sementara itu, di luar, Alex berjalan mendekati Kevin. Ia meletakkan tangannya di bahu Kevin dengan sikap penuh simpati. “K
Alexa merasa tertekan dan putus asa saat dia menyadari betapa besar kemungkinan dia akan kehilangan segalanya—namun dia juga tahu bahwa dia harus bertindak jika ingin membuktikan dirinya tidak bersalah. Kebenaran harus diungkap, dan dia tidak akan membiarkan Alex atau siapapun merusak hidupnya lebih jauh tanpa upaya. Dia mulai menyelidiki kasus ini sendiri, berusaha menemukan petunjuk yang mungkin bisa membantunya membersihkan namanya. Alexa mengunjungi tempat kecelakaan dan mencoba berbicara dengan saksi-saksi yang mungkin berada di sekitar lokasi. Dia memeriksa rekaman CCTV yang bisa saja memperlihatkan kejadian sebelum kecelakaan terjadi. Namun, upayanya tampaknya sia-sia; banyak rekaman yang telah dihapus atau mengalami kerusakan.Dalam salah satu pertemuan dengan saksi, seorang pria yang bekerja di dekat lokasi kecelakaan, Alexa mencoba mendapatkan informasi berharga. Dia memeriksa setiap rincian yang bisa membantunya menemukan bukti bahwa dia tidak bersalah. Namun, setiap kali
Setelah kecelakaan yang mengerikan, Alexa memutuskan untuk mengambil langkah ekstrem demi keselamatannya. Ia menyadari bahwa jika dia tetap berada di bawah sorotan publik, risiko untuk dirinya semakin tinggi. Keputusannya untuk menghilang dari pandangan umum menjadi satu-satunya cara untuk melindungi dirinya dari ancaman yang ada, terutama dari Alex dan segala intrik yang terlibat.Saat malam gelap menyelimuti tempat kecelakaan, seorang pria misterius muncul dari bayang-bayang. Dia adalah seorang dokter yang secara kebetulan berada di dekat lokasi kecelakaan dan merasa tergerak untuk membantu. Pria ini telah mengikuti berita tentang Alexa dan mengetahui situasi sulit yang dia hadapi. Mengetahui bahwa Alexa membutuhkan bantuan segera, dia memutuskan untuk bertindak.Pria itu menolong Alexa dan membawanya ke sebuah tempat aman—sebuah rumah sakit rahasia yang terletak di lokasi terpencil. Di sini, Alexa diterima dan dirawat dengan hati-hati. Dokter ini, yang memiliki koneksi dengan beber
Setelah berhasil mengubah identitasnya dan mulai hidup baru sebagai Gina, Alexa tidak pernah membayangkan bahwa kehidupannya yang penuh rahasia dan tantangan akan membawanya pada kebenaran yang mengejutkan. Suatu hari, saat Gina bekerja di toko buku, sebuah peristiwa tak terduga terjadi—seorang pria dan wanita paruh baya memasuki toko.Pria itu, yang tampaknya berusia lima puluhan, memiliki wajah yang keras namun penuh rasa ingin tahu. Wanita di sampingnya, juga berusia sekitar lima puluhan, memiliki mata yang tajam dan penuh kehangatan. Mereka berbicara dengan Gina dengan penuh perhatian, seolah-olah mereka sedang mencari sesuatu yang sangat spesifik.Gina merasa gelisah. Tiba-tiba, dia mendengar suara wanita itu berkata, “Gina, kita perlu berbicara.”Gina merasa hatinya berdebar kencang. Bagaimana mereka bisa tahu namanya? Dengan penuh rasa ingin tahu dan sedikit ketakutan, Gina mengundang mereka untuk duduk di area belakang toko, tempat di mana mereka bisa berbicara lebih privat.“
**Judul: Penyesalan Kevin**Kevin terduduk lemas di kursi ruang tamunya. Pandangannya kosong, tatapannya terpaku pada dinding yang tak berarti apa-apa. Sudah lebih dari sebulan sejak Alexa, istrinya, dinyatakan hilang setelah jatuh ke dalam jurang. Sejak saat itu, hidupnya seperti tak punya arah. Sehari-hari, ia hanya tenggelam dalam penyesalan dan rasa sakit yang tiada henti.Ia teringat bagaimana ia memperlakukan Alexa selama ini—dingin, acuh, dan kadang menyakitkan. Meskipun demikian, Alexa tetap setia padanya, mencoba membangun kembali jembatan di antara mereka yang runtuh karena kesalahpahaman dan manipulasi dari Nora, mantan kekasih Kevin. Kini, Alexa telah hilang, dan rasa penyesalan begitu menghantui hatinya, seperti bayang-bayang kelam yang tak pernah pergi.Di depannya, di atas meja kayu jati, terletak tumpukan berkas dari seorang detektif swasta yang dipekerjakannya sejak Alexa dinyatakan hilang. Detektif itu baru saja menghubunginya beberapa hari yang lalu dengan berita ya
Kevin melangkah masuk ke ruang kunjungan penjara dengan hati yang berat. Wajahnya tampak tegang, penuh penyesalan. Di depannya, Alex duduk dengan tangan terikat pada meja besi, matanya tajam menatap Kevin. Ruangan itu dingin, suasananya sepi, hanya terdengar suara pelan dari penjaga yang berjaga di pintu. Kevin menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya duduk di seberang Alex.Alex tersenyum sinis. "Akhirnya kau datang juga," katanya dengan suara rendah, namun jelas terdengar dendam di balik kata-katanya.Kevin merasa seperti tercekik. "Aku... Aku datang untuk mendengar semuanya, Alex," katanya sambil menundukkan kepala. "Aku ingin tahu kebenarannya, siapa dalang di balik semua ini. Katakan Alex"Alex mendengus. "Kau salah tuduh? Aku memang yang membuat Nora tiada dalam kecelakaan itu. Tapi itu kulakukan agar Nora tak menghancurkan hidupmu Itu yang ingin aku katakan? Dialah yang menghancurkan hidupmu, Kevin! Aku kehilangan segalanya karena kau. Kau tahu siapa yang sebenarnya menghancu
Kevin meninggalkan ruang kunjungan penjara dengan langkah berat, seolah-olah setiap langkahnya menambah beban di pundaknya. Kata-kata Alex terus terngiang di telinganya, menggema seperti mantra yang tak henti-hentinya mengoyak hatinya. Rasa penyesalan yang mendalam menguasai dirinya, seiring dengan kesadaran bahwa segala sesuatu yang dia yakini selama ini hanyalah sebuah ilusi yang dipelihara oleh kebohongan.Sesampainya di rumah, Kevin disambut oleh keheningan yang menyesakkan. Rumah megah yang biasanya terasa nyaman kini seperti menyerap semua kegelisahannya. Ibunya, Ny. Helena, duduk di ruang tamu dengan wajah yang pucat dan mata yang lelah. Ketika Kevin masuk, Ny. Helena menatapnya dengan tatapan yang sulit dijelaskan — campuran antara marah, kecewa, dan luka yang dalam. "Akhirnya kau pulang," kata Ny. Helena dengan suara serak. Kevin bisa merasakan sakit dalam setiap katanya. "Aku dengar kau pergi menemui Alex."Kevin menelan ludah, mengangguk pelan. "Ya, Ma. Aku ingin mendengar
Kevin keluar dari rumah dengan perasaan yang bercampur aduk. Di satu sisi, ada tekad kuat untuk menebus kesalahannya terhadap Alexa, namun di sisi lain, ada ketakutan dan kecemasan yang menekan. Setelah perbincangan dengan orang tuanya, Kevin sadar bahwa usahanya untuk memperbaiki keadaan bukanlah hal yang mudah. Ia harus melawan bayangan masa lalunya dan menghadapi kenyataan pahit bahwa kepercayaan yang ia tanamkan pada Nora telah menghancurkan segalanya. Hari-hari setelah kunjungannya ke penjara terasa seperti siksaan. Berita tentang kecelakaan Alexa dan ketiadaan jasadnya telah menjadi bahan perbincangan di mana-mana, termasuk di kantor perusahaan keluarga Kevin. Sejak berita itu tersebar, saham perusahaan mulai mengalami penurunan yang signifikan. Para investor merasa tidak nyaman dengan ketidakpastian yang mengelilingi kehidupan pribadi Kevin dan bagaimana itu bisa mempengaruhi kepemimpinan perusahaan. Di kantor, Kevin merasakan suasana yang tidak biasa. Ruang rapat yang biasa