= Kediaman keluarga Zimmerman ="Catherine Reynolds. Sekarang katakan padaku, sebenarnya apa rencanamu?"Suara Zimmerman terdengar tegas pada anak perempuannya, yang baru kali ini didengar oleh anak dan juga isterinya. Terlihat Kat menunduk di depan ayahnya dan Tatiana, hanya dapat melihat mereka dari sofa yang ada di ruang kantor suaminya. Tidak berani untuk mengintervensi suaminya."Katakan, Cat honey. Sebenarnya, apa rencanamu saat ini? Bukannya kamu bilang ingin lulus kuliah dulu, setelah itu bekerja dan meraih karir yang kamu cita-citakan? Kamu tadinya memiliki banyak cita-cita yang ingin kamu gapai, dan dengan alasan itulah kamu menolak anak itu berkali-kali. Kamu menolaknya dengan sangat keras, membuat anak malang itu akhirnya memutuskan untuk mundur mengejarmu."Kata-kata ayahnya yang sangat benar membuat kepala Kat makin menunduk. Ia tidak melupakan apa yang telah diucapkannya dulu. Ia bahkan masih mengingat sorot sakit hati Gabriel saat ia mengatakan tidak suka sentuhannya.
= Dua minggu kemudian ="Tidak ada lagi yang tertinggal?""Ya, mam. Semuanya sudah beres. Ricard sudah memasukkan semuanya ke mobil."Menghela nafasnya, Sharon menoleh dan memandang rumah yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari tempatnya berdiri. Melihat arah pandangan ibunya, Gabriel menepuk lengan ibunya pelan."Sudahlah, mam. Jangan marah seperti itu.""Tapi aku tidak bisa terima, Thunder! Apa kekuranganmu sebagai anakku!?"Memegang kedua bahu ibunya, Gabriel menatap wanita yang telah melahirkannya itu dengan dalam."Mam. Bukan Paman Claude saja yang mengambil keputusan, tapi Catherine dan Bibi Tatiana pun telah menyetujuinya. Kalau sudah seperti itu, memangnya kita bisa apa? Lagipula, memang benar Kat masih sangat muda. Aku harus memberinya kesempatan untuk berkembang dan menjalani hidupnya sendiri, bukan langsung mengungkungnya dalam kehidupan pernikahan."Kata-kata anaknya tampak membuat kedua mata Sharon berair. Wanita itu mulai menangis sambil tergugu dalam pelukan anakn
"Kamu tidak apa-apa, Gabe?""Aku baik-baik saja. Keduanya sudah sangat bahagia di atas sana. Mereka pergi dengan senyuman."Sejenak, suasana yang masih canggung menyelimuti keduanya sampai Gabriel bertanya ringan."Bagaimana kabarmu selama ini?"Tampak saat ini, Gabriel dan Kat duduk di tangga teras rumah Zimmerman. Keduanya telah berganti pakaian. Dari pemakaman, pria itu mengantarkan Kat ke rumah keluarganya dan setelah mampir ke rumahnya sendiri, ia segera mendatangi rumah tetangganya itu setelah hampir 7 tahun tidak pernah bertandang lagi.Kejadian terakhir penolakan dari keluarga Zimmerman membuat Sharon menolak keras kehadiran Kat di rumah dan juga memutus tali silaturahmi mereka. Sharon benar-benar sangat kecewa dengan tetangganya dan menyuruh agar anak serta suaminya pun melakukan hal yang sama. Gabriel mungkin menurut tapi tidak dengan Stephen. Seringkali pria itu diam-diam masih bermain golf dengan Zimmerman. Barulah sekitar dua bulan sebelum Stephen meninggal, tali yang se
Dalam ruangan kerja Zimmerman, tampak pria itu menggaruk-garuk kepalanya yang mulai setengah botak. Rautnya sangat masam saat memandang dua orang yang sedang duduk di depannya."Kenapa kalian ini selalu meminta izin di saat yang tidak tepat? Kalau kau lupa, Thunder. Baru hari ini, ibumu selesai dimakamkan. Bahkan empat hari yang lalu, ayahmu pun baru meninggal. Makam keduanya belum mengering dan kini, kau sudah ingin mengadakan perayaan untuk pernikahanmu? Anak macam apa kau ini?"Jelas terdengar rasa marah Zimmerman yang berusaha ditahannya. Baru saja kesedihan ditinggal oleh atasan sekaligus teman baiknya, membuat pria gembal itu sangat emosional.Cukup sakit hati dengan kata-kata pria baya itu, sorot Gabriel memandang tajam. Ia bukan pria enam tahun lalu, yang begitu saja menerima keputusan pria baya di depannya ini. Ia adalah pria dewasa, yang telah mengalami banyak kesakitan dalam hidupnya. Dan yang paling tahu sedihnya ditinggal orang terkasih adalah dirinya sendiri, bukan orang
= Sebulan kemudian = "Kalian berencana tinggal di rumahmu yang dulu?" "Ya. Paman Claude. Hari ini, aku dan Kat akan melanjutkan membereskan rumah. Seharusnya siang ini semua sudah selesai dan bisa langsung ditempati." "Papa, Thunder. Aku sekarang sudah menjadi ayah mertuamu." Kata-kata ralatan itu membuat Thunder menundukkan kepalanya. Ia merasa sedikit malu. "Ya papa." Zimmerman memandang Gabriel yang saat ini sedang duduk di depannya dengan kikuk. Pria di depannya ini baru dua hari yang lalu menikahi puteri semata wayangnya, namun karena rumah keluarga Hamilton belum selesai direnovasi maka Kat masih tinggal dengan kedua orangtuanya sementara waktu. Ketika Gabriel dan Kat digerebek oleh Zimmerman dan isterinya sebulan lalu, mereka langsung dipisahkan. Pria baya itu langsung meminta Gabriel untuk menikahi anaknya secepat mungkin yang tentu saja disambut keduanya dengan senang hati. Persiapan surat-surat hampir saja rampung, ketika Gabriel tiba-tiba saja harus berangkat ke Peranc
Sepanjang hari itu, Kat sibuk bolak-balik untuk menyetrika dan melipat baju-baju suaminya. Ia juga memilih beberapa kemeja dan juga jas yang seharusnya digantung, bukan dilipat. Menjelang sore, barulah ia bisa membongkar koper besarnya dan memasukkan isinya di bagian lemari yang masih kosong. Lemari yang dibeli Gabriel sebenarnya sangatlah besar dan luas, tapi karena cara pengaturannya yang berantakan, membuat lemari yang luas itu seperti tidak memiliki space lagi.Setelah melepas lelah dengan mandi air hangat, Kat memutuskan untuk tidur saja. Setelah pertengkarannya tadi dengan Gabriel, ia tidak melihat ujung hidung suaminya di mana pun. Dan karena ia pun sudah sangat capek, akhirnya Kat membenamkan kepalanya di bantal dan tidak lama, wanita itu sudah terlelap.Hanya 30 menit setelah wanita itu tertidur, pintu kamar terbuka pelan. Di depan pintu, tampak sosok Gabriel yang memandang isterinya dengan datar. Pria itu akhirnya pergi ke gym dan melampiaskan kemarahannya pada karung samsak
"Mau apa lagi kau ke sini, Michael?""Mengunjungimu. Aku mendengar kalau atap istanamu bolong karena tertimpa Alp yang jatuh dari atas." "Huh! Tiap kali kau datang, kau membuatku marah saja!"Tidak bereaksi, Michael menatap Apollyon yang menggaruk-garuk kepalanya dengan jengkel di depannya. Pria berambut merah itu berdiri membelakanginya."Ada apa dengan rambutmu? Gatal?""Aku juga tidak tahu. Tapi semenjak Alp datang ke istanaku, entah kenapa badanku jadi gatal-gatal begini."Michael terdiam, ia menghampiri pria di depannya dan menatapnya intens. "Coba buka jubahmu."Mendengar permintaan itu, Apollyon sejenak terpaku tapi kemudian memeluk tubuhnya sendiri erat. Sorot mata kristalnya terlihat ngeri saat memandang Michael."Mau apa kau! Kau sengaja datang ke sini, hanya untuk melihatku t*lanjang? M*sum sekali kau ini, Michael!"Kelakuan pria di depannya ini hanya ditanggapi oleh Michael dengan sorot yang sangat dingin. Keduanya kembali bertatapan dalam keheningan yang aneh, sampai akh
"Catherine. Kau mau makan siang sekarang?"Tampak Keith Becker menghampiri kubikal Kat. Wanita baru saja akan meraih ponselnya yang bergetar di atas meja, ketika sosok atasannya datang ke mejanya. Pria yang tadinya pernah ia taksir dulu, kini telah menjadi seorang manajer di departemen accounting. Melihat nama si penelepon, Kat tersenyum tidak enak. "Maaf, Keith. Aku harus menjawab telepon ini dulu."Keith sama sekali tidak mau beranjak dari tempatnya, Kat pun membiarkannya dan menjawab panggilan itu. "Halo. Ya. Aku sudah selesai. Aku ada di mejaku sekarang, tapi-"Kat melirik pada pria di depannya yang belum juga bergerak dari posisinya. Tampak Keith cukup keras kepala dan masih ingin mendekati wanita ini, meski tahu kalau Kat sudah menikah dari cincin yang melingkari jari manisnya yang lentik. Ia masih penasaran dengan wanita yang semakin lama, semakin terlihat seksi ini.Mendengarkan kata-kata orang di seberang, Kat tersenyum. "Aku tidak mau. Kamu saja yang melakukannya kalau kamu