"Bobby!"Martono murka melihat putranya tewas dalam sekali pukulan.Dia memelototi Vincent, berteriak marah, "Kembalikan nyawa anakku!"Sebilah pedang panjang tiba-tiba terbentuk di tangan Martono, energi spiritual mengepul keluar dari tubuhnya, dia langsung menebas Vincent dengan pedang itu.Udara menderu bergemuruh, tanah retak terpotong oleh energi pedang.Kekuatan pedang ini sungguh menakjubkan.Namun, Vincent hanya tersenyum dingin, kemudian bangkit dan memukul dengan telapak tangannya.Energi spiritual yang menakutkan memenuhi aula, membuat semua orang membeku.Energi spiritual jejak telapak tangan langsung menghancurkan energi spiritual pedang milik Martono dan mengenainya.Ah ....Martono menjerit kesakitan, sama seperti putranya, dia juga terhempas keluar, membentur kuat di dinding, suara berdebum terdengar, lalu terjatuh ke tanah.Namun, Martono adalah master Alam Spiritual, dia tidak tewas. Meski begitu, dia setengah mati, terbaring sekarat di tanah.Keluarga Horman sangat t
"Menurutmu?" tanya Agung dengan ketus.Budi menggeleng sembari berkata pada istrinya, "Waktu itu aku nggak setuju memberikan saham sebesar itu ke si pembuat onar itu! Setiap hari kamu merengek, cepat atau lambat juga akan diberikan padanya. Aku nggak tahan mendengarnya dan memberikan saham itu, sekarang, dia diam-diam menjual sahamnya, Keluarga Horman tamat!"Saat ini Fitri tertegun, tidak berani melawan lagi, dia hanya memandang suaminya tak berdaya dan bersembunyi.Celine juga tidak berani menyombongkan diri lagi, hanya berdiri gemetaran.Situasi sekarang benar-benar di luar kendali, dia sudah kehilangan akal sehatnya sejak tadi.Tiba-tiba, Budi teringat akan sesuatu.Dia buru-buru menatap Surya, lalu memohon, "Pak Surya, Anda akan membantuku, 'kan? Bicaralah, bisakah Anda menyelesaikannya?"Perubahan yang terus terjadi membuat Budi hampir melupakan keberadaan Surya.Dalam keadaan putus asa, tiba-tiba dia teringat bahwa dia telah menggunakan tripod perunggu sebagai imbalan atas bantu
Di tengah teriakan Keluarga Horman, Surya mendengus, lalu balas meninju.Tinju keduanya bertabrakan, suara gemuruh meledak, menimbulkan turbulensi energi spiritual dan menciptakan angin kencang di ruang tamu.Semua orang terkejut.Vincent berteriak keras, seketika tubuhnya terbakar dengan api energi spiritual yang menakutkan, tekanan energi spiritual yang menyesakkan pun menyapu ruang tamu.Di tangannya, sebuah kapak raksasa terbentuk.Api energi spiritual pada kapak raksasa membara, bahkan terus bergulir.Sementara ruang tamu mulai diselimuti ketakutan yang tak terlihat, semua orang mulai gemetar, rasanya roh mereka hampir keluar dari tubuh.Vincent bisa merasakan kekuatan Surya, dia tidak lagi menahan diri dan segera melepaskan medannya."Penghalang Menakutkan."Di bawah Penghalang Menakutkan miliknya, jiwa lawan akan merasakan ketakutan yang tidak diketahui.Begitu rasa takut muncul, langkah selanjutnya adalah dibantai olehnya.Setelah memperluas medannya, Vincent berlari menyerbu S
Dengan panik dia berkata, "Hati-hati kalau bicara, aku ini Kepala Biro.""Memangnya kenapa kalau Kepala Biro? Duduk!" teriak Surya.Wendy gemetaran, lalu duduk dengan patuh.Agung dan lainnya juga terlihat kesulitan.Kekuatan Surya membuat mereka terpaksa menurut padanya.Sementara wajah pengawal mereka sudah pucat pasi, kaki mereka lemas hingga tak sanggup berdiri lagi.Saat ini, Vincent yang terluka parah terbaring di tanah, tiga keluarga besar tak berkutik dan Wendy tercengang.Bisa dikatakan masing-masing dari mereka dalam bahaya.Ini adalah hasil yang dicapai Surya dengan kekuatannya.Sementara Celine dan Fitri memandang Surya seolah melihat malaikat, mata mereka berbinar.Terlebih lagi Budi, dia menatap Surya tanpa bisa berkata-kata.Meskipun dia tidak tahu Surya memintanya menunggu apa, dia tahu situasi sudah berbalik.Setidaknya, orang-orang ini sudah bersedia duduk dan berbicara baik-baik dengannya.Saat ini, Surya mengeluarkan sebatang rokok, dia menatap Celine sembari bertan
Namun, saat ini mana berani mereka berbicara?Perbuatan mereka sangat memalukan.Melihat mereka hanya terdiam, Surya langsung berteriak, "Cepat jawab!"Jiwa ketiga orang itu seakan disambar petir.Mental Santo yang pertama ambruk, dia menangis dan meraung,"Aku jawab, aku jawab. Setengah tahun yang lalu, kami bertiga menghasut Tristan untuk berjudi di Homasen, kami membuat jebakan agar dia kehilangan 4 triliun. Setelah kehabisan uang, dia menjual sahamnya kepada kami, kemudian Vincent menemui kami agar membiarkannya terus bermain, hingga membuatnya berutang 1 triliun, kemudian, inilah yang terjadi."Amarah Budi meledak-ledak hingga hampir muntah darah.Benar saja, mereka memasang jebakan dari setengah tahun lalu untuk menjebak putranya.Salah Tristan juga yang tidak kompeten, sehingga tertipu.Dia hampir saja menghancurkan Keluarga Horman, kerja kerasnya selama separuh hidup ini.Hanya dia yang tahu pengorbanan dan penderitaan yang dialami selama ini.Benar-benar pembuat onar.Celine d
Hanya saja dari luar Surya terlihat tenang, kemudian bertanya lagi, "Siapa Pak Tirta? Untuk apa dia menculik mereka?""Pak Tirta Santoso, tingkat suci pertama di Homasen. Dia bertanggung jawab atas semua mafia di Homasen. Mengetahui aku datang untuk menagih utang, dia memintaku membawakan beberapa orang kaya, aku pun menyetujuinya," kata Vincent penuh ketakutan."Di mana mereka?" tanya Surya.Vincent menjawab dengan gemetar, "Sudah dikirimkan ke Pak Tirta, tepatnya di mana, aku benar-benar nggak tahu."Surya mendengus, mendekati Morgan, tersenyum dan berkata, "Ada petunjuk."Morgan sangat mengagumi Surya.Dia tak menyangka, hanya dalam dua jam, sudah ada kemajuan pada masalah mereka,Asal tahu saja, beberapa hari ini, polisi, dinas khusus dan banyak ahli pemecah kejahatan di seluruh Kota Nanzi tidak dapat melakukan apa-apa.Sobat Pak Hendra memang hebat, sangat mengagumkan dari segi kekuatan dan kebijaksanaan.Morgan mengangguk, kemudian berkata,"Sobat memang hebat, tapi cukup satu ora
Melihat situasi ini, Vincent bermaksud maju untuk membereskan mereka.Akan tetapi, Surya berkata, "Ayo, kita masih ada urusan."Vincent pun mengurungkan niat dan mengikuti Surya memasuki lift.Saat ini, pemuda itu tertawa keras, kemudian berkata, "Apa-apaan? Sok jadi bos."Sementara Surya sudah memasuki lift dan tiba di kamar yang dipesan bersama Vincent.Harus diakui, kamar di sini mewah tak tertandingi, bahkan tak sebanding dengan kamar Presidential Suite mana pun yang pernah dilihat Surya.Kubah langit berbintang, pemandian air panas, furnitur kelas atas dan berbagai peralatan berteknologi tinggi semuanya mewah.Surya mengamati kamar itu dan diam-diam memuji.Kemudian dia langsung duduk di sofa, berkata pada Vincent, "Langsung saja ke intinya, aku nggak membunuhmu karena kamu masih berguna."Vincent mengangguk-angguk."Orang di dunia persilatan berbicara dengan kekuatan. Kamu beritahukan Tirta, aku, Aksha Pratama, bersedia bertarung dengannya. Kalau aku menang, lepaskan semua sander
Intinya segala jenis permainan kasino yang kalian tahu ada di tempat ini.Surya sedang berkeliling, bermaksud menukarkan sedikit chip untuk mencoba beberapa permainan. Saat ini terdengar suara orang berbicara padanya, "Pak, apa Anda sendirian?"Surya menoleh, terlihat seorang wanita berusia 20 tahunan, berperawakan tinggi, dengan riasan indah, wajah cantik, mengenakan rok pendek, sedang menatapnya tersenyum.Surya menjawab dengan senyuman, "Benar.""Aku Mirza Bachtiar, resepsionis di sini. Kalau ada yang Anda butuhkan, aku bisa melayani Anda," kata gadis itu dengan senyuman yang sangat manis, tidak terlihat tanda-tanda profesi lain.Surya bertanya dengan penasaran, "Pelayanan yang kamu maksud, apa saja, ya?""Menyelesaikan semua masalah Anda. Jangan cemas, bermainlah dengan tenang," jawab Mirza dengan senyuman.Surya mengangguk, lalu bertanya, "Kebetulan, aku ingin menukar chip, bisakah kamu mengantarku?""Tentu saja, kalau boleh tahu nama panggilan Bapak?" tanya Mirza."Surya," jawab