Mendengar itu, Surya tahu bahwa dia tidak dapat menolaknya, jadi dia hanya bisa menyetujui itu.Kemudian, Surya menelepon Rosa lagi, menanyakan tentang orang yang meminta bantuan itu.Rosa berkata bahwa setelah orang itu mengetahui Surya tidak ada, orang itu langsung meletakkan barang dan pergi dengan terburu-buru.Orang itu meminta Surya untuk segera pergi ke Kota Nanzi di Provinsi Ludaw dan menghubunginya setelah kembali. Katanya hal ini menyangkut masalah besar.Surya juga kehabisan kata-kata.Bocah itu benar-benar tenang. Apa dia tidak takut Surya tidak mampu atau menipunya?Namun, mungkin orang itu tidak punya cara lain.Hanya saja, Surya harus memenuhi janji dulu.Surya turun dengan alis berkerut, lalu langsung naik taksi ke Perumahan Lily.Di mobil, Surya masih merasa sedikit penasaran.Orang seperti apa yang bisa ditemani oleh Leonard.Namun, saat ini terdengar suara tabrakan. Taksi yang ditumpangi Surya ditabrak orang dari belakang.Sopir taksi segera mengerem mobil dengan tub
Begitu dikatai oleh wanita itu, pria berpakaian modis itu langsung merasa dipermalukan.Pria berpakaian modis itu menatap Surya, lalu berkata dengan kejam, "Coba kamu katakan sekali lagi.""Aku bilang kamu adalah sampah, hanya bisa menindas orang jujur. Kalau berani, coba kamu pukul aku," ejek Surya.Pria berpakaian modis itu merasa semakin dipermalukan.Asal tahu saja, saat ini pacarnya sedang melihat di samping."Terimalah hajaranku!"Pria berpakaian modis itu mengumpat, lalu langsung menonjok ke arah Surya.Namun, sebelum pria berpakaian modis itu berhasil meninju, Surya sudah menendang perutnya.Terdengar suara gedebuk.Pria berpakaian modis itu berteriak kesakitan. Sebuah kekuatan besar langsung membuatnya terbang, kemudian menabrak pintu mobilnya sendiri.Pintu mobilnya ditabrak sampai penyok ke dalam, pria berpakaian modis itu merosot ke tanah sambil meringis kesakitan tanpa bisa ditahan.Begitu melihat itu, wanita itu bertanya dengan terkejut, "Kamu masih berani main tangan?"S
Morgan segera berkata, "Nggak berani, nggak berani. Kamu adalah temannya Pak Hendra. Dari senioritas, seharusnya aku memanggilmu paman."Jelas sekali, Morgan sudah tahu tentang identitas Surya.Surya pun hanya bisa terdiam.Orang ini adalah seorang gubernur, tapi mau memanggilnya paman. Bukankah ini konyol?Namun, Surya juga menyadari bahwa perjamuan ini bukan perjamuan makan biasa.Hendra tidak mungkin tiba-tiba memperkenalkan Morgan padanya.Saat ini, Hendra menuangkan bir untuk semua orang. Indah mengangkat gelas, lalu berkata, "Ayo kita minum dulu."Semua orang mengangkat, lalu meminumnya sampai habis.Saat ini, Surya berkata, "Pak Hendra, kalau ada apa-apa, Bapak katakan saja. Di antara kita, seharusnya nggak perlu basa-basi.""Tetap kamu yang paling terus terang." Hendra terkekeh sebelum berkata, "Jadi, begini, Morgan bertemu masalah, ingin kamu membantunya."Surya langsung mengumpat dalam hati.Seorang gubernur masih memerlukan bantuannya, takutnya ini bukanlah masalah yang muda
Ekspresi Leonard dan Morgan berubah seketika, tapi tak lama kemudian kembali acuh tak acuh.Surya yang memukulinya, jadi tidak masalah.Hendra melirik Surya, lalu berteriak, "Bawa masuk bajingan itu!"Terlihat Indah berjalan masuk bersama seorang pria berpakaian modis, tapi hidungnya memar dan wajahnya bengkak.Begitu pria modis itu masuk dan ingin merengek pada Hendra, dia justru melihat Surya yang ternyata juga duduk di sana.Tanpa sadar pria itu memaki, "Sialan! Beraninya kamu datang, kita lihat saja siapa yang bisa menyelamatkanmu!"Surya hanya tersenyum, lalu menyesap anggurnya.Hendra berteriak, "Justin, apa lagi yang kamu lakukan di luar?"Pria modis yang adalah Justin Wijaya seketika bergidik.Dia baru merasakan ada yang tidak beres.Dia segera mengalihkan pandangan sembari bergumam, "Aku cuma kecelakaan, bukan masalah besar."Sambil berbicara, matanya tertuju pada Leonard dan lainnya."Benar hanya kecelakaan?" tanya Hendra dengan nada dingin.Wajah Justin seketika memucat, tak
Surya menggelengkan kepala, diam-diam menghela napas.Begitu keluarga besar punya bisnis yang besar, sampah pasti akan bermunculan.Keluarga Wijaya dengan didikan seketat itu pun menemui hal semacam ini, yang menunjukkan hal semacam ini tidak dapat dihindari di mana pun.Tiba-tiba, Surya menjadi waspada. Surya menjadi waspada.Sekarang dia termasuk orang berkekuatan besar yang dikelilingi banyak orang, dia juga harus ekstra hati-hati.Saat ini, Morgan berusaha mencairkan suasana, dia terkekeh sambil berkata, "Ayo, Pak Hendra, kita minum bersama, jangan marah lagi."Namun, suasana hati Hendra terlanjur buruk, dia menggeleng dan hanya duduk diam.Leonard yang melihatnya tak berani bersuara.Melihat hal itu, Surya berkata, "Pak Hendra, Kak Morgan, kalau begitu aku pulang dulu, bagaimana kalau besok pagi kita berangkat ke Kota Nanzi?""Ide yang bagus," jawab Morgan, dia memang sudah menanti kalimat itu sejak tadi.Hendra mengangguk. Surya sempat berbincang sebentar dengan Leonard sebelum b
Tiba-tiba Surya bangkit sembari berkata, "Nggak, jangan pernah berpikir mengarang cerita untuk menipuku, aku nggak akan berilusi terhadap sesuatu yang nggak ada buktinya."Setelah bicara, Surya langsung meninggalkan ruangan itu.Melihat kepergian Surya, Rosa menghela napas dalam-dalam.'Anak ini, masih setakut itu.''Kalau bukan kamu yang mengambil alih Organisasi Tongin, siapa lagi? Apa kamu akan membiarkan orang-orang itu menghancurkan Organisasi Tongin?' batin Rosa.Rosa menggeleng dengan dahi yang berkerut, lalu berbaring malas di sofa.Matahari menyinari tubuhnya, membuat tubuh Rosa yang putih, halus dan montok terlihat memikat seperti buah persik yang matang.Surya kembali ke kamarnya sendiri, lalu meletakkan kotak itu di atas meja, tubuhnya seakan kehabisan tenaga dan langsung terbaring di sofa.Dia menatap langit-langit, entah apa yang dia pikirkan.Bahkan ketika Linda masuk, dia sama sekali tidak menyadarinya.Malam ini Linda mengenakan piama kimono sutra berenda.Piama longga
Sebaiknya diundur dulu.Linda hanya berharap Surya tidak kelelahan, juga tidak menyembunyikan kesedihannya terlalu dalam....Keesokan harinya.Surya keluar kamar, dia menyambut matahari pagi dengan tawa dan meninggalkan Pulau Aora.Di perjalanan, Surya dan Morgan membicarakan kasus orang hilang.Surya mendengarkan dengan saksama, sesekali mengangguk.Bahkan polisi setempat dan dinas khusus tidak dapat berbuat apa-apa, menunjukkan rumitnya kasus ini.Lalu, Surya menghubungi Budi Horman.Dalam panggilan tersebut, Budi terdengar memohon agar dia ke sana sesegera mungkin, katanya dia mungkin tidak bisa bertahan lagi.Apa boleh buat, Surya pun memberi tahu Morgan bahwa dia harus menyelesaikan masalah Budi terlebih dahulu.Mendengar hal itu, Morgan mengerutkan kening sembari berkata, "Grup Horman sangat besar di Kota Nanzi, dengan nilai produksi ratusan triliun setiap tahunnya, aku benar-benar nggak tahu kalau dia dalam masalah besar sampai memintamu turun tangan."Surya bergumam, "Benar, d
Surya mengerutkan keningnya sambil berkata, "Jaga bicaramu, ayahmu yang memberikan tripod perunggu itu untuk meminta bantuanku. Aku nggak minta, apalagi merebutnya.""Aku sudah bilang, ayahku sudah pikun, tapi nggak denganku," pungkas Celine sembari menatap Surya dengan niat membunuh di wajahnya.Surya menggeleng tak berdaya, mereka satu keluarga, tapi tidak berkomunikasi dengan baik.Entah apa yang ada di pikiran Budi.Bagaimanapun tidak pantas baginya untuk marah pada seorang wanita.Akan tetapi, sikap Celine membuat Surya sangat ingin menamparnya.Saat ini ponsel Celine berdering, dia menjawab panggilan, kemudian memutuskan panggilan setelah berbicara sebentar, lalu melajukan mobilnya lagi."Pak Surya, ayahku menelepon, dia memintaku membawamu ke rumah kami, tapi kamu jangan berharap, bagaimanapun tripod perunggu harus diambil kembali," kata Celine dengan nada dingin.Surya mengabaikannya, tidak ada gunanya bicara dengan bocah kecil ini.Jika Budi menyesal, dia akan langsung mengemb