Thalia langsung tampak cemas.Surya memang sangat kuat, tapi kekuatan bertarung Gandar juga luar biasa.Belum lagi masih ada Bagas, juga teman-temannya di luar.Mereka memiliki senjata berat yang bisa menjangkau tempat ini.Apa Surya dan Naka masih bisa bertahan jika kedua belah pihak sudah bergabung untuk menghadapi mereka?Kekuatan kecil yang Thalia miliki bisa diabaikan.Pada saat ini, pria itu menganggukkan kepala ke arah Gandar, membuat Gandar langsung berjalan ke arah Surya.Di saat yang sama, dua anak buah Bagas juga menghampiri Surya.Pertempuran besar akan segera terjadi.Thalia menatap Naka dengan cemas sembari bertanya, "Apa yang harus kita lakukan?""Dia nggak akan mati."Naka masih mengatakan hal yang sama. Dia bahkan menarik Thalia untuk mundur sebelum berhenti sekitar seratus meter dari area pertarungan.Thalia menatap Naka dengan heran, lalu bertanya, "Apa kita akan meninggalkan dia sendirian?""Dia nggak akan bisa mati." Naka masih mengatakan hal yang sama. Meski Naka
Akan tetapi, tengkorak yang berdatangan semakin banyak.Sementara di sisi Bagas, kedua anak buahnya juga segera melakukan pertahanan.Kedua anak buah Bagas memegang sebuah tombak sepanjang lima meter, masing-masing tombak menyala kobaran api energi spiritual yang segera membasmi para tengkorak yang hendak menerjang ke arah mereka.Kedua orang tersebut juga sudah mencapai tahap puncak Alam Spiritual. Tengkorak-tengkorak yang hendak menyerang dalam sekejap hancur berkeping-keping.Namun, tengkorak-tengkorak itu terlalu banyak, dalam sekejap mata saja, mereka sudah memenuhi kembali seluruh lapangan.Masih ada sekawanan tengkorak lagi yang tengah berlari menuju lapangan.Ada beberapa tengkorak yang memiliki tubuh fisik tingkat atas bahkan menginjak tengkorak lainnya, menerjang ke arah kerumunan orang.Naka berlari mati-matian hingga pada akhirnya berhasil berkumpul kembali bersama Surya sebelum tengkorak-tengkorak itu memenuhi seluruh lapangan.Surya sudah memanggil Pedang Petir miliknya,
Kekuatan kobaran api pada pedang yang mengerikan segera membasmi pasukan tengkorak di sepanjang jalan ke arah kastel, tebasan tersebut terus melesat ke arah kastel."Duar!"Cahaya abu-abu menyelimuti kastel dan menahan serangan Surya barusan, kastel itu tidak tergores sedikit pun.Sementara di tengah pasukan tengkorak, dalam sekejap muncul sebuah jalan selebar sepuluh meter."Ikuti aku."Surya berseru, dia memimpin Naka dan juga Thalia berlari ke arah kastel sambil menebas tengkorak-tengkorak yang berusaha menyerang mereka bertiga.Surya dan yang lain akhirnya sampai di pintu gerbang kastel sebelum para tengkorak itu sempat bereaksi.Surya menebas pintu gerbang tanpa ragu-ragu.Cahaya abu-abu kembali menyala.Akan tetapi, dalam jarak sedekat ini, lapisan cahaya itu tidak mampu menahan serangan Surya yang luar biasa.Pintu gerbang hancur berkeping-keping, kemudian Surya memimpin Naka dan juga Thalia berjalan memasuki kastel.Pada saat yang bersamaan, pria yang berasal dari medan pertaru
Pada saat ini, mayat Raja Akhram tiba-tiba membuka kedua matanya melihat ke arah semua orang.Thalia terkejut bukan main, dia tanpa sadar bersembunyi di belakang Surya.Pria yang bersama Gandar terlihat tegas, dia berdiri di antara perempuan dan juga Gandar, sementara Gandar sudah siap untuk bertarung.Bagas beserta kedua anak buahnya terlihat panik, mereka menatap Raja Akhram dan tak pernah mengalihkan pandangan mereka.Pada bola mata Raja Akhram menyala kobaran api merah gelap, mulut yang kering itu mengeluarkan suara tawa, kemudian suara tawa itu bergema di aula besar yang besar dan kosong tersebut.Suara tawa itu membuat bulu kuduk orang yang mendengarnya langsung merinding."Aku sangat senang kalian bisa masuk ke sini. Nyawa kalian jauh lebih baik daripada sampah-sampah itu, aku sangat menyukainya."Raja Akhram itu berkata dengan suara yang sama sekali tidak terdengar layaknya manusia biasa, dia menyambut kedatangan Surya dan yang lainnya dengan suka hati.Akan tetapi kelihatannya
Pedang Petir menembus tubuh Prajurit Roh tanpa mengeluarkan suara, ternyata serangan Surya tidak memberikan dampak apa pun terhadap prajurit itu.Sementara pada saat ini, Pedang Kematian dari Prajurit Roh sudah menebas tubuh Surya.Pisau yang ada di tangan Naka meledakkan api energi spiritual dan menebas Prajurit Roh yang hendak menyerang pada saat yang bersamaan.Namun serangan Naka barusan bernasib sama, energi spiritual kembali menembus tubuh Prajurit Roh dan tak memberikan dampak apa pun.Pada saat yang bersamaan, Prajurit Roh mengayunkan Pedang Kematian ke arah Naka.Thalia terkejut hingga wajahnya menjadi pucat, dia menggenggam pisau di tangannya dengan erat dan hendak melawan mati-matian.Akan tetapi, saat ini cahaya pedang yang berwarna perak membelah beberapa Prajurit Roh hingga mereka merintih kesakitan dan langsung lenyap.Surya sudah menyimpan kembali Pedang Petir dan menggunakan sebuah pedang panjang berwarna perak.Pedang ini murni dibentuk menggunakan kekuatan pikiran Su
Saat ini bisa dibilang kalau Surya sedang bertarung seorang diri menghadapi Prajurit Roh yang tak ada habisnya.Raja Akhram menatap wanita yang ada di samping pria itu, setelah beberapa saat kemudian dia berkata dengan perlahan, "Kalian yang tak memiliki jiwa, kalian benar-benar telah membuatku terkejut.""Tak berjiwa?" Surya baru pertama kali mendengar panggilan seperti ini, sehingga dia segera melirik ke arah wanita tersebut sekilas."Pak, fokuslah sedikit, pasukan Prajurit Roh ini bukanlah sesuatu yang bisa kami hadapi," ujar Naka mengingatkan.Surya yang sedang membunuh para Prajurit Roh segera mendengus, "Kamu pikir aku nggak kewalahan melawan mereka? Memangnya nggak boleh aku lihat sebentar saja?"Naka sontak terdiam, sementara Thalia berbicara dengan khawatir, "Kak Surya, sekarang bukan saatnya menggoda wanita."Surya juga terdiam, dia hanya penasaran, tetapi kenapa dua orang ini malah berpikir yang tidak-tidak?"Bocah tengik, lebih baik kamu perhatikan dirimu sendiri saja. Kura
Saat pria itu berhadapan dengan kematian, dia seakan kehilangan akal sehatnya.Pria itu menyuruh Gandar bertarung sembari memapah wanita itu berdiri dan menggerak-gerakkan tubuh Tesa.Wanita yang bernama Tesa Sabyan itu saat ini dalam keadaan lemah, dia bahkan tak bisa berdiri dengan stabil, apalagi mengeluarkan kekuatan misteriusnya itu.Pada saat ini, raut wajah Surya akhirnya mulai terlihat serius.Auman Siluman Alisya merupakan teknik sihir tingkat tinggi, itu merupakan serangan yang menggunakan kekuatan pikiran.Orang yang mendengar Auman Siluman jiwanya akan hancur berkeping-keping, bahkan dapat meledak dan akan menyebabkan kematian.Untung saja Surya menggunakan kekuatan pikirannya tepat waktu untuk melindungi mereka sehingga Naka dan Thalia juga selamat dari kematian.Dengan kekuatan pikiran Naka dan Thalia sekalipun, keduanya tak akan sanggup menahan serangan Auman Siluman yang merupakan teknik sihir tingkat tinggi.Pada saat ini, Alisya masih melayang di udara dan kemungkinan
Setelah pria itu tertegun selama beberapa saat, dia mendadak tertawa seperti seseorang yang telah kehilangan akal sehatnya."Semuanya sudah mati, hahaha! Tongkat Kematian sekarang akan menjadi milikku!"Saat bicara, pria itu berlari ke arah singgasana raja, dia mengangkat Tongkat Kematian dengan wajah gembira.Akan tetapi, dia segera melempar Tongkat Kematian itu kepada Tesa dan berkata dengan dingin, "Bawa tongkat ini dengan baik."Aura kematian yang keluar dari Tongkat Kematian sangat pekat, bila memegangnya, aura kematian itu akan terus menyerang jiwa sang pemegang tongkat, sehingga pria itu tidak mampu memegangnya lama-lama.Hanya Tesa yang memiliki keistimewaan pada tubuhnya yang mampu mengabaikan dampak yang diberikan aura kematian tersebut.Tesa mengambil Tongkat Kematian sesuai dengan perintah pria itu, dia berdiri dengan lemah. Wajah Tesa yang sedang menatap Surya yang tengah tergeletak di atas tanah terlihat simpatik.Sementara pada saat ini, pria itu melihat ke arah Thalia d
Linda mengenakan gaun pengantin tradisional. Seluruh gaunnya berwarna merah terang, sementara wajahnya bahkan lebih merah dari pakaiannya.Surya juga mengenakan pakaian tradisional berwarna merah yang khas. Keduanya membawa minuman, memberikan penghormatan satu per satu pada keluarga dan teman-teman yang hadir dalam pernikahan tersebutOrang tua kedua belah pihak tersenyum lebar, tidak bisa menyembunyikan kegembiraan mereka. Sebagai orang tua, yang paling dikhawatirkan adalah pernikahan anak-anak mereka.Sekarang, keduanya telah menemukan pasangan yang begitu baik. Kebahagiaan mereka jelas tak bisa dilukiskan dengan kata-kata.Orang-orang lainnya juga ikut bersukacita. Mereka mengangkat gelas, lalu minum dengan gembira.Mereka adalah teman, bawahan, serta orang-orang yang setia pada Surya dan Linda. Mereka sangat senang melihat kebahagiaan keduanya.Tidak ada pembawa acara di pesta pernikahan ini, semuanya dilaksanakan dengan sangat sederhana, tapi juga sangat meriah dan penuh kegembir
Malam harinya, ketika kembali ke Pulau Aora, Surya merasa sangat terharu saat berdiri di jembatan tertutup. Dia diam-diam melepaskan sedikit auranya.Pulau Aora seketika menjadi ramai. Satu per satu sosok yang dikenalnya muncul dengan terburu-buru.Surya perlahan berjalan memasuki pulau dengan senyuman.Saat tiba di alun-alun, Surya melihat sosok-sosok yang sangat dikenalnya seperti Linda, Yenny, Raka, Gesang, serta yang lainnya. Senyum di wajah Surya tampak makin lebar.Ketika orang-orang ini melihat Surya, wajah mereka penuh dengan ekspresi gembira yang sulit untuk disembunyikan.Setelah sekian lama tidak bertemu dan tidak bisa dihubungi, mereka sangat khawatir, juga merindukan Surya."Surya, aku pikir kamu nggak akan kembali." Linda adalah orang lebih dulu membuka mulutnya. Dia berkata dengan penuh kesedihan.Surya berjalan mendekat, memeluk Linda, lalu berujar, "Maafkan aku, mulai sekarang aku nggak akan melakukannya lagi. Semua masalah sudah selesai. Aku nggak akan pernah meningga
Baroman sebenarnya adalah inkarnasi dari Govi. Saat ini, Baroman melesat menuju ke arah Surya. Keduanya berubah menjadi bentuk manusia setelah berada beberapa kilometer jauhnya, lalu mulai bertarung lagi. Govi mengalirkan energinya ke dalam tubuh Baroman, membuat Baroman menjadi makin kuat dalam pertempuran, hingga akhirnya dia berhasil melukai Surya dengan parah menggunakan satu tebasan pedang. Ini membuat Surya terjatuh dari udara."Hahaha!"Pada saat ini, Govi tiba-tiba muncul sambil tertawa, lalu berujar, "Baroman, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik.""Terima kasih, Pak."Baroman mundur ke belakang Govi, menatapnya dengan tatapan dingin, lalu tiba-tiba mengeluarkan pedang dari balik jubahnya. Dia menusukkannya ke arah Govi. Govi dengan cepat berbalik, menangkap pedang hitam Baroman, lalu bertanya dengan ekspresi dingin, "Baroman, apa kamu sudah gila?"Pada saat itu, suara Penguasa Kegelapan terdengar dari tenggorokan Baroman, "Govi, kamu sudah beberapa kali menghentikanku.
Pada saat ini, Dewa Kejahatan Gunung Es tiba-tiba melafalkan mantra. Gunung-gunung es mulai berjatuhan dari langit. Salah satu gunung es menghantam Surya dan Oberon. Dewa Kejahatan Gunung Es tertawa terbahak-bahak, lalu berujar, "Hahaha, sepertinya kalian nggak begitu kuat."Belum selesai dia berbicata, terdengar suara ledakan keras. Gunung es meledak menjadi pecahan-pecahan kecil, sementara Surya dan Oberon muncul tanpa luka di hadapan para Dewa Jahat."Apa?""Dasar bajingan!"Dewa Iblis Api berteriak penuh amarah. Seketika itu juga, sekeliling berubah menjadi lautan api. Namun, api setinggi ratusan meter yang membara itu langsung lenyap begitu menyentuh perisai pelindung Surya dan Oberon.Dewa Iblis Bumi berkata, "Biar aku yang melakukannya!"Dewa Iblis Bumi melafalkan mantra, membuat tanah tiba-tiba terbelah, sementara Surya dan Oberon terjatuh ke dalam jurang tanpa dasar. Segera setelah itu, Dewa Iblis Bumi membuat tanah yang terbelah menutup kembali dengan pikirannya.Namun, hanya
Pada detik berikutnya, Surya menggunakan Pedang Naga Iblis untuk membuka sebuah celah di udara. Mereka berdua melewati celah tersebut, langsung menuju ruang bawah dari ruang atas, kembali ke ruang bumi.Celah tersebut kembali tertutup. Saat ini, gelombang besar energi hitam langsung mengalir dari langit ke laut di ruang bumi. Dalam beberapa menit saja, energi hitam tersebut sudah menyebar, mengubah seluruh ruang bumi menjadi ruang kegelapan.Beberapa celah retakan besar hitam muncul di langit, sementara satu per satu Dewa Iblis turun ke ruang bumi.Dewa Darah, Dewa Penghancur, Dewa Kejahatan Gunung Es, Dewa Iblis Api, Dewa Iblis Bumi, Dewa Iblis Angin, Dewa Pembantaian, serta Dewa Ular. Delapan Dewa Iblis tiba di ruang bumi pada saat yang sama.Surya melambaikan tangan kanannya, mengeluarkan Baju Besi Cahaya yang terpecah dari Cincin Naga Api. Pecahan-pecahan yang memancarkan cahaya putih itu melayang di udara seperti bulu putih yang bersih. Dengan pikirannya, Surya bisa dengan mudah m
Sebelum pilar cahaya putih tiba, Serena dan Karen segera menghindar. Dalam sekejap, mereka muncul di depan Silvan. Satu orang di depan dan satu di belakang. Pada saat yang sama, pedang panjang di tangan Serena dan tombak panjang di tangan Karen menusuk tubuh Silvan.Serena berkata dengan nada dingin, "Orang yang benar-benar kotor adalah kamu, Silvan. Selamat tinggal untuk selamanya!""Aaahh!"Tubuh Seth dipenuhi cahaya putih yang meledak-ledak. Diiringi dengan suara ledakan keras, Silvan hancur menjadi debu, lalu menghilang tanpa jejak.Detik berikutnya, Serena dan Karen berlutut dengan satu kaki secara bersamaan, menangkupkan tangan sambil berkata, "Kami berdua memberi hormat."Pada saat ini, Surya dan Oberon yang sedang melayang di udara, melihat ke arah Serena dan Karen. Oberon berkata pelan, "Sudahlah, nggak ada urusan lagi di sini untuk kalian. Kembalilah.""Baik, Pak."Setelah berkata demikian, Serena dan Karen menghilang. Namun, pada saat itu ada angin kencang yang bertiup, sert
Silvan mendongak sambil tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Nggak ada satu pun orang yang layak untuk menggantikan posisiku. Aku adalah penjaga ruang yang sejati, penguasa alam semesta!"Saat ini, dua sosok tiba-tiba muncul di langit. Mereka adalah penjaga ruang Serena dan Karen.Serena memegang pedang panjang, menatap Silvan yang ada di bawah dengan ekspresi dingin, lalu berujar, "Silvan, kamu sudah melanggar aturan alam semesta dengan secara sewenang-wenang mengubah mekanisme berjalannya alam semesta. Hari ini kamu bahkan membunuh Surya yang akan menggantikanmu. Oleh karena itu, hari ini aku dan Karen akan bersama-sama membunuhmu demi menjaga ketertiban alam semesta.""Huh."Setelah mendengar ini, sudut bibir Silvan melengkung sedikit. Dia tidak merasa terkejut, melainkan berkata, "Aku sudah tahu kalau setelah membunuh Surya, kalian pasti nggak akan membiarkanku begitu saja. Tapi dia sudah mati. Sebagai salah satu penjaga ruang, aku tetap harus terus menjaga ketertiban alam semest
"Apa?"Oberon bertanya dengan bingung, "Ruang atas? Ini terlalu mendadak, 'kan?"Surya berkata dengan wajah panik, "Nggak ada waktu untuk menjelaskan. Sebentar lagi, Oliver akan datang ke sini. Kita semua nggak akan bisa melarikan diri."Silvan menatap Surya, lalu berkata pada Oberon, "Benar, percayalah padanya. Bagaimana mungkin sahabat lamamu akan menipumu?""Benar, dia adalah penjaga ruang, Silvan. Aku memohon kepada Silvan, itulah sebabnya kami bisa kembali ke sini. Oberon, cepat ikut denganku!" kata Surya."Terima kasih. Tapi kalau kita benar-benar harus pergi, paling nggak kita harus pergi ke Kota Utama Barker dulu untuk bertemu dengan Senior Hamdan, 'kan?" ujar Oberon.Surya menatap mata Oberon, lalu perasaan saling pengertian yang khas tiba-tiba muncul. Seketika itu juga, Surya menyadari bahwa Oberon pasti memiliki rahasia di Kota Utama Barker. Mungkin ini adalah hal yang sangat penting baginya. Surya mengangguk tanpa daya, lalu berkata, "Baiklah, ayo kita pergi ke Kota Utama B
"Bajingan, keinginan keduamu seharusnya milikku!"Suatu ketika, karena suatu kebetulan, Oliver menangkap seorang pelayan penjaga ruang, menggunakan pelayan itu sebagai sandera untuk menukar dua keinginan terakhirnya.Keinginan pertama, Oliver meminta Silvan untuk membawanya menemukan teknik kultivasi terkuat dari kekuatan aturan cahaya. Keinginan kedua, Oliver meminta Silvan untuk membawanya menemukan Tongkat Kematian.Oliver memahami dua kekuatan aturan. Yang satu adalah kekuatan aturan cahaya, sementara yang lainnya adalah kekuatan aturan kematian yang khusus. Karena tubuhnya yang istimewa, Oliver dengan cepat memahami rahasia kekuatan aturan kematian. Dengan menggabungkan Tongkat Kematian dan teknik kultivasi terkuat dari kekuatan aturan cahaya, Oliver pada dasarnya sudah menguasai dua teknik kultivasi terkuat sekaligus.Oleh karena itu, Oliver memiliki kepercayaan diri yang besar. Meskipun kekuatannya sudah jauh melampaui kebanyakan kultivator di ruang atas, Oliver tetap tinggal di