Gian memeluk Surya erat-erat, tak mampu menahan tangisnya.Surya menepuk punggung Gian sambil berkata, "Sudahlah. Kamu adalah pria yang tangguh, kenapa menangis sampai seperti ini? Ayo kita kembali dulu baru berbincang-bincang.""Ya." Gian mengangguk. Mereka bertiga masuk ke dalam mobil, lalu kembali ke hotel tempat Surya menginap.Mereka bertiga duduk di sofa. Surya memberi tahu Gian tentang situasinya. Sementara itu, Lukas merasa ketakutan dan gelisah mendengar semua ini.Setelah Surya selesai bicara, Gian menggertakkan giginya, lalu berkata, "Aku nggak akan bisa membalas kebaikan Bos. Nyawaku ini adalah milik Bos. Kapan pun kamu menginginkannya, aku akan mengembalikannya padamu, Bos.""Apa yang kamu katakan? Hidup dengan baik lebih baik dari apa pun. Jangan lupa, kamu masih punya adik yang harus diurus," kata Surya.Gian mengangguk dengan mantap. Mereka sudah pernah melewati hidup dan mati bersama, jadi tidak perlu mengatakan kata-kata sungkan seperti itu lagi.Saat ini, Surya berta
Surya tersenyum, lalu berujar, "Oke, ini juga sudah waktunya aku kembali. Urusan di sini akan kuserahkan pada Lukas.""Oke."Setelah itu, mereka berdua berdiskusi sebentar dengan Lukas sebelum Lukas mulai menangani semuanya. Surya dan Gian membeli sejumlah uang kertas, memberi penghormatan pada orang tua Gian, kemudian pergi ke Kota Juwana....Keesokan paginya, keduanya tiba di Kota Juwana, lalu langsung menuju ke Universitas Pelita.Gian sedang duduk di dalam mobil sambil berkata dengan ekspresi sedih di wajahnya, "Bagaimana aku harus memberi tahu hal ini pada adikku? Dia nggak akan pernah bisa menerima pukulan seperti itu."Surya pun menghela napas. Tidak ada orang yang bisa menerima kabar tentang kematian orang tua mereka secara tiba-tiba, jangankan lagi karena mereka dibunuh.Mengingat Reina masih berada di tahun ketiga kuliahnya, Surya mengerutkan kening, lalu berkata, "Mungkin lebih baik kita merahasiakannya dulu untuk saat ini. Kita tunggu sampai dia lulus dari perguruan tinggi
"Tentu saja boleh," jawab Gian sambil tersenyum.Reina segera menelepon teman sekamarnya sebelum bertanya, "Kak, Ayah dan Ibu baik-baik saja, 'kan? Aku mencoba menelepon mereka baru-baru ini, tapi mereka nggak jawab."Kilat kesedihan melintas di mata Gian, tapi dengan cepat ditutupi oleh senyuman."Akhir-akhir ini Kakak sibuk dengan pekerjaan konstruksi dan menghasilkan cukup banyak uang. Kakak pun menyuruh mereka untuk bepergian ke luar negeri. Wajar kalau mereka susah dihubungi," kata Gian.Reina langsung tertawa, lalu berkata, "Kakak, kamu benar-benar hebat. Tunggu sampai aku bisa menghasilkan uang, keluarga kita bisa bepergian bersama. Aku yang akan bayar.""Oke, oke." Gian menyentuh kepala adiknya dengan penuh kasih.Saat keduanya sedang mengobrol, tiga gadis berjalan keluar dari gerbang kampus.Ketiga gadis itu semuanya memiliki postur yang baik, juga berpenampilan menarik. Mereka memancarkan aura muda penuh keceriaan.Namun, karena kulitnya yang sangat putih, Reina tampak lebih
"Empat Harimau Ganas?" Betran tertawa, lalu berkata, "Kenapa aku belum pernah mendengarnya?""Haha." Pria bertato itu berkata sambil tersenyum menghina, "Kamu bisa bertanya di sekitar sini, siapa yang nggak tahu tentang kami? Cepat menyingkirlah dari sini."Wajah Betran menjadi muram. Dia menyentuh cangkir teh dengan tangan kanannya.Dengan sedikit suara dentingan, cangkir teh itu pecah menjadi dua sebelum jatuh ke atas meja.Pria bertato itu langsung tercengang. Tiga orang lainnya juga merasa terkejut. Mereka menatap Betran dengan tatapan tidak percaya.Betran mendengus dingin, lalu bertanya, "Masih belum pergi juga?"Keempat orang itu gemetaran. Mereka segera bangkit, lalu kabur dengan ketakutan.Saat ini, Betran kembali duduk di meja Surya. Reina bertanya dengan heran, "Apa yang kamu lakukan?"Karena tadi Betran membelakangi mereka, Reina dan yang lainnya tidak tahu apa yang terjadi.Betran terkekeh sambil berkata, "Memberi nasihat yang baik. Mereka ternyata mau mendengarkan juga."
Tak lama kemudian, mobil sampai di lantai bawah Konsorsium Pelita. Surya dan Betran langsung masuk, lalu naik lift menuju kantor Linda.Kali ini adalah pertama kalinya Betran berada di sini. Dia melihat sekeliling dengan rasa ingin tahu.Ketika mereka sampai di depan pintu, sekretaris segera mempersilakan Surya dan Betran untuk masuk.Mereka melihat Linda duduk di belakang meja dengan dokumen-dokumen yang menumpuk di depannya seperti gunung. Wanita itu sedang memeriksa dokumen-dokumen itu satu per satu.Melihat Surya dan Betran tiba, Linda bangkit, lalu ketiga orang itu duduk di sofa. Sekretaris membawakan teh untuk mereka sebelum keluar sembari menutup pintu."Apa yang terjadi?" tanya Surya.Linda mengerutkan kening sambil berkata, "Ada masalah dengan sumbangan 200 miliar itu.""Ada masalah apa?" tanya Surya.Linda menjelaskan, "Bukankah kamu bilang uang 200 miliar yang diambil kembali dari Rio akan disumbangkan atas nama perusahaan?""Ya.""Aku mengirim dua orang untuk memeriksa daer
Surya mengerutkan kening, lalu bertanya, "Kalian nggak melapor ke polisi?""Sudah melapor." Josef menggelengkan kepala sambil melanjutkan, "Setelah polisi datang, orang-orang itu melarikan diri. Polisi hanya mengatakan akan menyelidiki hal ini, lalu mereka pergi."Betran terkekeh, lalu berkata, "Tempat ini rumit juga.""Apa maksudmu?" tanya Surya.Betran terkekeh sebelum menjelaskan, "Bukannya ini sudah jelas? Pemerintah daerah setempat sudah berkolusi dengan preman setempat. Kemungkinan uang 100 miliar itu sudah terbuang percuma."Surya berkata dengan tenang, "Nggak sembarangan orang bisa mencuri uangku.""Aku sangat percaya dengan kata-katamu, tapi apa yang akan kita lakukan?" tanya Betran dengan penuh semangat.Surya merenung sejenak sebelum perlahan berkata, "Kita akan pergi ke kota besok untuk bicara dengan penanggung jawab di sini. Kita perlu mengetahui bagaimana sikapnya. Omong-omong, kalian nggak mencari tahu siapa orang yang memukul kalian?""Kami sudah bertanya. Tapi semua or
"Baik, sedang membandingkan dengan database sekarang."Semenit kemudian, Nadya bersuara kembali."Halo, Pak Surya. Setelah perbandingan dan pencarian, nama orang ini adalah Hadi Karto. Dia adalah seorang penduduk di Kota Kastanya, Kabupaten Panjar, Provinsi Andaru. Tahun ini dia berusia 43 tahun. Saat dia berusia antara 20 sampai 35 tahun, dia sudah dipenjara berkali-kali karena perkelahian, pencurian dan lainnya. Setelah usia 35 tahun, nggak ada catatan lagi.""Terima kasih, Nadya.""Sama-sama, Pak Surya. Ini adalah tanggung jawabku.""Sampai jumpa, Nadya.""Aku menantikan untuk bicara denganmu lagi lain kali. Sampai jumpa, Pak Surya."Setelah Surya menutup telepon, Betran bertanya dengan rasa ingin tahu, "Siapa yang kamu hubungi?""Kontak eksklusif, sangat luar biasa," kata Surya.Mendengar itu, Betran memutar bola matanya. Surya berkata, "Pria berkumis itu namanya Hadi Karto. Sejak awal dia adalah preman di sini. Sepertinya tebakanmu benar.""Luar biasa, kamu sudah tahu namanya seka
Betran mencibir dan berkata, "Seharusnya begitu. Di sini tempatnya terpencil. Yang satu kaya, yang satu berkuasa. Mereka menutupi kebohongan dengan menipu yang di atas juga yang di bawah, lalu berkolusi bersama-sama. Jahat sekali."Surya melemparkan sendoknya, lalu menyahut, "Josef, setelah makan, kalian kembali dan istirahatlah. Kami mau mengurus urusan dulu.""Kalau begitu, kalian berhati-hatilah," saran Josef dengan cemas.Surya mengangguk, kemudian menjawab, "Jangan khawatir."Setelah berkata demikian, Surya dan Betran bangkit, lalu pergi menuju kantor pemerintahan kota.Tidak lama kemudian, keduanya tiba di balai kota dan melihat foto-foto di dinding.Penanggung jawab kota itu bernama Norman Majaya. Surya langsung memperkenalkan identitasnya. Resepsionis meminta mereka untuk menunggu di meja resepsionis, sementara dia pergi untuk melaporkan.Tak lama kemudian, resepsionis membawa mereka ke ruang rapat. Norman yang berperut buncit, muncul sambil membawa secangkir teh."Apakah kalia
Linda mengenakan gaun pengantin tradisional. Seluruh gaunnya berwarna merah terang, sementara wajahnya bahkan lebih merah dari pakaiannya.Surya juga mengenakan pakaian tradisional berwarna merah yang khas. Keduanya membawa minuman, memberikan penghormatan satu per satu pada keluarga dan teman-teman yang hadir dalam pernikahan tersebutOrang tua kedua belah pihak tersenyum lebar, tidak bisa menyembunyikan kegembiraan mereka. Sebagai orang tua, yang paling dikhawatirkan adalah pernikahan anak-anak mereka.Sekarang, keduanya telah menemukan pasangan yang begitu baik. Kebahagiaan mereka jelas tak bisa dilukiskan dengan kata-kata.Orang-orang lainnya juga ikut bersukacita. Mereka mengangkat gelas, lalu minum dengan gembira.Mereka adalah teman, bawahan, serta orang-orang yang setia pada Surya dan Linda. Mereka sangat senang melihat kebahagiaan keduanya.Tidak ada pembawa acara di pesta pernikahan ini, semuanya dilaksanakan dengan sangat sederhana, tapi juga sangat meriah dan penuh kegembir
Malam harinya, ketika kembali ke Pulau Aora, Surya merasa sangat terharu saat berdiri di jembatan tertutup. Dia diam-diam melepaskan sedikit auranya.Pulau Aora seketika menjadi ramai. Satu per satu sosok yang dikenalnya muncul dengan terburu-buru.Surya perlahan berjalan memasuki pulau dengan senyuman.Saat tiba di alun-alun, Surya melihat sosok-sosok yang sangat dikenalnya seperti Linda, Yenny, Raka, Gesang, serta yang lainnya. Senyum di wajah Surya tampak makin lebar.Ketika orang-orang ini melihat Surya, wajah mereka penuh dengan ekspresi gembira yang sulit untuk disembunyikan.Setelah sekian lama tidak bertemu dan tidak bisa dihubungi, mereka sangat khawatir, juga merindukan Surya."Surya, aku pikir kamu nggak akan kembali." Linda adalah orang lebih dulu membuka mulutnya. Dia berkata dengan penuh kesedihan.Surya berjalan mendekat, memeluk Linda, lalu berujar, "Maafkan aku, mulai sekarang aku nggak akan melakukannya lagi. Semua masalah sudah selesai. Aku nggak akan pernah meningga
Baroman sebenarnya adalah inkarnasi dari Govi. Saat ini, Baroman melesat menuju ke arah Surya. Keduanya berubah menjadi bentuk manusia setelah berada beberapa kilometer jauhnya, lalu mulai bertarung lagi. Govi mengalirkan energinya ke dalam tubuh Baroman, membuat Baroman menjadi makin kuat dalam pertempuran, hingga akhirnya dia berhasil melukai Surya dengan parah menggunakan satu tebasan pedang. Ini membuat Surya terjatuh dari udara."Hahaha!"Pada saat ini, Govi tiba-tiba muncul sambil tertawa, lalu berujar, "Baroman, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik.""Terima kasih, Pak."Baroman mundur ke belakang Govi, menatapnya dengan tatapan dingin, lalu tiba-tiba mengeluarkan pedang dari balik jubahnya. Dia menusukkannya ke arah Govi. Govi dengan cepat berbalik, menangkap pedang hitam Baroman, lalu bertanya dengan ekspresi dingin, "Baroman, apa kamu sudah gila?"Pada saat itu, suara Penguasa Kegelapan terdengar dari tenggorokan Baroman, "Govi, kamu sudah beberapa kali menghentikanku.
Pada saat ini, Dewa Kejahatan Gunung Es tiba-tiba melafalkan mantra. Gunung-gunung es mulai berjatuhan dari langit. Salah satu gunung es menghantam Surya dan Oberon. Dewa Kejahatan Gunung Es tertawa terbahak-bahak, lalu berujar, "Hahaha, sepertinya kalian nggak begitu kuat."Belum selesai dia berbicata, terdengar suara ledakan keras. Gunung es meledak menjadi pecahan-pecahan kecil, sementara Surya dan Oberon muncul tanpa luka di hadapan para Dewa Jahat."Apa?""Dasar bajingan!"Dewa Iblis Api berteriak penuh amarah. Seketika itu juga, sekeliling berubah menjadi lautan api. Namun, api setinggi ratusan meter yang membara itu langsung lenyap begitu menyentuh perisai pelindung Surya dan Oberon.Dewa Iblis Bumi berkata, "Biar aku yang melakukannya!"Dewa Iblis Bumi melafalkan mantra, membuat tanah tiba-tiba terbelah, sementara Surya dan Oberon terjatuh ke dalam jurang tanpa dasar. Segera setelah itu, Dewa Iblis Bumi membuat tanah yang terbelah menutup kembali dengan pikirannya.Namun, hanya
Pada detik berikutnya, Surya menggunakan Pedang Naga Iblis untuk membuka sebuah celah di udara. Mereka berdua melewati celah tersebut, langsung menuju ruang bawah dari ruang atas, kembali ke ruang bumi.Celah tersebut kembali tertutup. Saat ini, gelombang besar energi hitam langsung mengalir dari langit ke laut di ruang bumi. Dalam beberapa menit saja, energi hitam tersebut sudah menyebar, mengubah seluruh ruang bumi menjadi ruang kegelapan.Beberapa celah retakan besar hitam muncul di langit, sementara satu per satu Dewa Iblis turun ke ruang bumi.Dewa Darah, Dewa Penghancur, Dewa Kejahatan Gunung Es, Dewa Iblis Api, Dewa Iblis Bumi, Dewa Iblis Angin, Dewa Pembantaian, serta Dewa Ular. Delapan Dewa Iblis tiba di ruang bumi pada saat yang sama.Surya melambaikan tangan kanannya, mengeluarkan Baju Besi Cahaya yang terpecah dari Cincin Naga Api. Pecahan-pecahan yang memancarkan cahaya putih itu melayang di udara seperti bulu putih yang bersih. Dengan pikirannya, Surya bisa dengan mudah m
Sebelum pilar cahaya putih tiba, Serena dan Karen segera menghindar. Dalam sekejap, mereka muncul di depan Silvan. Satu orang di depan dan satu di belakang. Pada saat yang sama, pedang panjang di tangan Serena dan tombak panjang di tangan Karen menusuk tubuh Silvan.Serena berkata dengan nada dingin, "Orang yang benar-benar kotor adalah kamu, Silvan. Selamat tinggal untuk selamanya!""Aaahh!"Tubuh Seth dipenuhi cahaya putih yang meledak-ledak. Diiringi dengan suara ledakan keras, Silvan hancur menjadi debu, lalu menghilang tanpa jejak.Detik berikutnya, Serena dan Karen berlutut dengan satu kaki secara bersamaan, menangkupkan tangan sambil berkata, "Kami berdua memberi hormat."Pada saat ini, Surya dan Oberon yang sedang melayang di udara, melihat ke arah Serena dan Karen. Oberon berkata pelan, "Sudahlah, nggak ada urusan lagi di sini untuk kalian. Kembalilah.""Baik, Pak."Setelah berkata demikian, Serena dan Karen menghilang. Namun, pada saat itu ada angin kencang yang bertiup, sert
Silvan mendongak sambil tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Nggak ada satu pun orang yang layak untuk menggantikan posisiku. Aku adalah penjaga ruang yang sejati, penguasa alam semesta!"Saat ini, dua sosok tiba-tiba muncul di langit. Mereka adalah penjaga ruang Serena dan Karen.Serena memegang pedang panjang, menatap Silvan yang ada di bawah dengan ekspresi dingin, lalu berujar, "Silvan, kamu sudah melanggar aturan alam semesta dengan secara sewenang-wenang mengubah mekanisme berjalannya alam semesta. Hari ini kamu bahkan membunuh Surya yang akan menggantikanmu. Oleh karena itu, hari ini aku dan Karen akan bersama-sama membunuhmu demi menjaga ketertiban alam semesta.""Huh."Setelah mendengar ini, sudut bibir Silvan melengkung sedikit. Dia tidak merasa terkejut, melainkan berkata, "Aku sudah tahu kalau setelah membunuh Surya, kalian pasti nggak akan membiarkanku begitu saja. Tapi dia sudah mati. Sebagai salah satu penjaga ruang, aku tetap harus terus menjaga ketertiban alam semest
"Apa?"Oberon bertanya dengan bingung, "Ruang atas? Ini terlalu mendadak, 'kan?"Surya berkata dengan wajah panik, "Nggak ada waktu untuk menjelaskan. Sebentar lagi, Oliver akan datang ke sini. Kita semua nggak akan bisa melarikan diri."Silvan menatap Surya, lalu berkata pada Oberon, "Benar, percayalah padanya. Bagaimana mungkin sahabat lamamu akan menipumu?""Benar, dia adalah penjaga ruang, Silvan. Aku memohon kepada Silvan, itulah sebabnya kami bisa kembali ke sini. Oberon, cepat ikut denganku!" kata Surya."Terima kasih. Tapi kalau kita benar-benar harus pergi, paling nggak kita harus pergi ke Kota Utama Barker dulu untuk bertemu dengan Senior Hamdan, 'kan?" ujar Oberon.Surya menatap mata Oberon, lalu perasaan saling pengertian yang khas tiba-tiba muncul. Seketika itu juga, Surya menyadari bahwa Oberon pasti memiliki rahasia di Kota Utama Barker. Mungkin ini adalah hal yang sangat penting baginya. Surya mengangguk tanpa daya, lalu berkata, "Baiklah, ayo kita pergi ke Kota Utama B
"Bajingan, keinginan keduamu seharusnya milikku!"Suatu ketika, karena suatu kebetulan, Oliver menangkap seorang pelayan penjaga ruang, menggunakan pelayan itu sebagai sandera untuk menukar dua keinginan terakhirnya.Keinginan pertama, Oliver meminta Silvan untuk membawanya menemukan teknik kultivasi terkuat dari kekuatan aturan cahaya. Keinginan kedua, Oliver meminta Silvan untuk membawanya menemukan Tongkat Kematian.Oliver memahami dua kekuatan aturan. Yang satu adalah kekuatan aturan cahaya, sementara yang lainnya adalah kekuatan aturan kematian yang khusus. Karena tubuhnya yang istimewa, Oliver dengan cepat memahami rahasia kekuatan aturan kematian. Dengan menggabungkan Tongkat Kematian dan teknik kultivasi terkuat dari kekuatan aturan cahaya, Oliver pada dasarnya sudah menguasai dua teknik kultivasi terkuat sekaligus.Oleh karena itu, Oliver memiliki kepercayaan diri yang besar. Meskipun kekuatannya sudah jauh melampaui kebanyakan kultivator di ruang atas, Oliver tetap tinggal di