Di rumah Chandra.Keluarga Chandra mengelilingi Surya bagai bintang yang memuja bulan. Mereka sibuk menyajikan teh dan air di sofa.Surya meminta semua orang untuk duduk, lalu berkata, "Mari kita bicara. Apa rencana kalian?""Kami semua akan mendengarkanmu. Master, berikan saja perintahmu," kata Chandra dengan hormat.Surya merenung sejenak sebelum berkata, "Ini masalah keluargamu, jadi biar kamu yang memutuskannya. Tapi Keluarga Wongso tetap harus dihukum."Keluarga Wongso bertindak terlalu mendominasi, jadi Surya memutuskan untuk menghukum mereka sebagai peringatan bagi orang lain.Namun, Chandra tidak memiliki keberanian untuk melakukan itu. Mendengar itu, dia sangat malu hingga tidak berani berbicara.Melihat penampilan Chandra, Surya tersenyum simpul, lalu berkata, "Begini saja, biarkan mereka membayar biaya kompensasi sebanyak 400 miliar. Ini bisa dianggap sebagai hukuman yang adil.""Master saja yang putuskan," kata Chandra buru-buru.Saat ini, seseorang di luar pintu berkata, "
Pengantar barang jelas sudah menerima perintah, jadi mereka langsung menyetujuinya."Katakan pada Sudiro untuk memberikan uang 400 miliar sebagai kompensasi pada Chandra. Ini bisa dianggap sebagai hukuman ringan," kata Surya dengan dingin.Perwakilan Keluarga Wongso yang datang, langsung menyetujui dengan sepenuh hati. Kemudian, Surya melambaikan tangan untuk menyuruh mereka pergi.Semua orang akhirnya kembali ke rumah. Surya berkata bahwa dia akan pergi, tapi Chandra dan Wicak menolak untuk melepaskannya. Mereka bersikeras menahan Surya di sini.Surya tidak punya pilihan selain menginap satu malam lagi. Keesokan paginya, begitu Surya bangun dan membuka pintu kamarnya, dia melihat Wicak sedang berlutut di depan pintu."Apa yang sedang kamu lakukan?" Surya segera menarik Wicak berdiri.Pada saat ini, Chandra menghampiri sambil berkata, "Master, terimalah Wicak sebagai anak angkatmu. Meskipun dia nakal, dia punya hati yang baik. Biarkan dia mengikuti dan melayanimu sebagai balasan atas b
Surya sangat marah, rasanya dia ingin langsung memberi pelajaran pada pemuda itu. Namun, saat ini sudah ada banyak orang yang melihat ke arah mereka.Agar tidak menimbulkan masalah yang tidak perlu, Surya menahan amarahnya. Dia mengerutkan kening sembari berujar, "Kamu sudah menempati tempat dudukku. Kamu harus pergi dan duduk di tempatmu sendiri.""Aku suka duduk di sini. Mau apa kamu?" balas pria berambut pirang itu dengan arogan.Di sebelah pria berambut pirang itu, ada seorang pria dengan tangan bertato. Kedua orang itu sepertinya berusia dua puluhan. Mereka menatap Surya dengan tatapan tidak suka.Tidak peduli seberapa baik hati Surya, saat ini dia tidak bisa menahannya lagi. Lagi pula, dia juga bukan orang yang sangat sabar.Surya meraih kerah pria berambut pirang itu, mengangkatnya, lalu berkata dengan dingin, "Pergi dari sini.""Kamu berani menyentuhku?" Pria berambut pirang itu tertegun, lalu langsung mengumpat. Pria bertato itu segera berdiri, siap bertarung dengan Surya.Pad
"Halo, namaku Lily Hananta. Ini kakakku, Luky Hananta," kata gadis itu.Surya menatap mereka sejenak. Keduanya memang terlihat mirip, tampaknya mereka memang kakak beradik."Lily dan Luky, nama yang cukup bagus." Surya tersenyum sambil mengangguk.Saat ini, Lily mulai mengobrol dengan Surya, "Apa pekerjaanmu?""Aku belum punya pekerjaan," jawab Surya sambil tersenyum simpul.Lily pun tertawa sembari berkata, "Kami mau pergi untuk wawancara di Konsorsium Pelita. Kami harap kami bisa diterima. Kalau kami benar-benar bisa diterima, itu akan bagus sekali.""Konsorsium Pelita?" Surya tertegun.Lily mengangguk, lalu berkata, "Ya, sekarang Konsorsium Pelita sedang mengembangkan bisnis dan merekrut orang. Kami berdua baru saja lulus. Kami sudah lulus ujian online mereka sebelumnya. Sekarang kami hanya perlu pergi untuk menjalani wawancara. Konsorsium Pelita adalah perusahaan besar, tunjangan yang mereka berikan juga sangat bagus.""Kalau begitu, aku harap kalian berhasil," kata Surya sambil te
Lily masih enggan untuk pergi, tetapi Luky tetap menariknya pergi.Pada saat ini, di ujung jalan, tiba-tiba terjadi ledakan petir dan guntur, bercampur dengan beberapa jeritan yang tragis.Kemudian, Surya perlahan berjalan keluar dari ujung dengan senyuman di bibirnya.Kedua orang itu tidak tahu dari mana mendengar rumor tentang Surya. Namun, jika mereka berani bertindak sembarangan atas namanya, bagaimana mungkin Surya tidak memberi pelajaran pada mereka?"Ada hantu, ada hantu!""Nggak, itu Dewa Petir, Suryo Pratama! Ya, itu adalah Suryo!"Mendengar jeritan ketakutan kedua orang tersebut, Surya hanya tersenyum seraya menghentikan taksi, kemudian langsung menuju Pulau Aora.Setelah kembali ke Pulau Aora dan beristirahat sejenak, Surya memasuki ruang penyimpanan.Di dalam ruang penyimpanan, ular naga api duduk dengan tenang di samping altar Dewa Naga dan tampak sangat menikmatinya.Setelah melihat Surya, ular naga api itu segera merangkak, lalu mengusapkan kepalanya yang besar ke tubuh
Pada saat ini, di sebuah ngarai jauh di dalam Gunung Kraka, seorang pria sedang perlahan berjalan mendekat.Pria itu berambut perak, berwajah asing dan mengenakan jubah abu-abu. Dia memperhatikan jejak pertempuran yang tersisa di sekitar ngarai dengan saksama.Setelah sekian lama, dia perlahan menutup matanya, lalu kekuatan tak terlihat menyelimuti seluruh ngarai.Dalam kesadarannya, tiba-tiba muncul sebuah gambaran pertempuran besar. Meski gambarannya sangat kabur, dia masih bisa melihat garis besarnya dengan jelas.Setelah beberapa saat, dia membuka matanya, menjulurkan lidah merahnya sambil menjilat bibirnya dan bergumam sambil tersenyum, "Mereka semua sangat kuat, tampaknya sangat sulit. Telur Dewa Darah juga hilang. Apa yang harus aku lakukan?"Setelah berpikir lama, dia perlahan berjalan menuruni gunung.Di saat yang sama, di suatu tempat jauh di dalam pegunungan, Constantin yang sedang merawat rusa yang terluka dengan cahaya suci, tiba-tiba berbalik dan melihat ke arah ngarai.S
Surya memandang Rosa. Setelah beberapa saat, dia tiba-tiba tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, silakan masuk."Kemudian, mereka pergi ke ruangan Surya. Setelah masuk, Rosa bersandar di sofa sambil memuji, "Udara di sini sangat bagus.""Terima kasih. Aku ingin tahu rahasia apa yang kamu punya dan ingin kamu bagikan denganku?" tanya Surya sambil membuatkan secangkir teh untuk Rosa sebelum duduk di sebelah wanita itu.Rosa menyesap tehnya, mengangguk sebelum perlahan menjawab, "Lingkungan di sini sangat bagus, orang tuamu juga seharusnya ada di sini, 'kan?""Nggak, orang tuaku sudah menghilang sejak aku masih kecil. Aku tumbuh bersama kakekku," jawab Surya dengan tenang."Oh, maafkan aku," tandas Rosa.Surya hanya tersenyum sambil berkata, "Sepertinya ini bukan rahasia.""Aku cuma asal bertanya saja," kata Rosa. "Tapi seseorang baru saja memata-matai kita, kamu seharusnya sudah tahu, 'kan?""Apakah yang kamu maksud adalah orang yang memutar waktu mundur?" tanya Surya."Benar."Surya ber
Setelah beberapa saat, Rosa menghela napas dan berkata, "Memang sayang sekali, tapi kami akan melaksanakan keinginan mereka dan terus berjuang."Surya tidak berbicara dan hanya menyesap tehnya."Kita mungkin harus bertarung secara berdampingan sekarang. Karena situasinya seperti ini, bolehkah aku tinggal di sini sementara? Lagi pula, tinggal di hotel juga membutuhkan biaya yang banyak," ujar Rosa sambil tersenyum.Surya menatap Rosa, lalu berkata perlahan, "Nggak masalah, tapi semua yang ada di sini harus dirahasiakan.""Tentu saja, aku akan mematuhi semua peraturan di sini," sahut Rosa seraya tersenyum.Surya mengangguk, lalu berkata, "Ada banyak ruangan, kamu bisa memilihnya sendiri.""Terima kasih. Aku harus kembali tidur, kalau nggak kulitku akan bermasalah. Sampai jumpa," pamit Rosa. Setelah berkata demikian, dia berdiri dan keluar mencari kamar untuk dirinya sendiri.Surya menghela napas panjang. Melihat sosok Rosa yang pergi, dia bergumam perlahan, "Semua adalah pencari masalah.