Lily masih enggan untuk pergi, tetapi Luky tetap menariknya pergi.Pada saat ini, di ujung jalan, tiba-tiba terjadi ledakan petir dan guntur, bercampur dengan beberapa jeritan yang tragis.Kemudian, Surya perlahan berjalan keluar dari ujung dengan senyuman di bibirnya.Kedua orang itu tidak tahu dari mana mendengar rumor tentang Surya. Namun, jika mereka berani bertindak sembarangan atas namanya, bagaimana mungkin Surya tidak memberi pelajaran pada mereka?"Ada hantu, ada hantu!""Nggak, itu Dewa Petir, Suryo Pratama! Ya, itu adalah Suryo!"Mendengar jeritan ketakutan kedua orang tersebut, Surya hanya tersenyum seraya menghentikan taksi, kemudian langsung menuju Pulau Aora.Setelah kembali ke Pulau Aora dan beristirahat sejenak, Surya memasuki ruang penyimpanan.Di dalam ruang penyimpanan, ular naga api duduk dengan tenang di samping altar Dewa Naga dan tampak sangat menikmatinya.Setelah melihat Surya, ular naga api itu segera merangkak, lalu mengusapkan kepalanya yang besar ke tubuh
Pada saat ini, di sebuah ngarai jauh di dalam Gunung Kraka, seorang pria sedang perlahan berjalan mendekat.Pria itu berambut perak, berwajah asing dan mengenakan jubah abu-abu. Dia memperhatikan jejak pertempuran yang tersisa di sekitar ngarai dengan saksama.Setelah sekian lama, dia perlahan menutup matanya, lalu kekuatan tak terlihat menyelimuti seluruh ngarai.Dalam kesadarannya, tiba-tiba muncul sebuah gambaran pertempuran besar. Meski gambarannya sangat kabur, dia masih bisa melihat garis besarnya dengan jelas.Setelah beberapa saat, dia membuka matanya, menjulurkan lidah merahnya sambil menjilat bibirnya dan bergumam sambil tersenyum, "Mereka semua sangat kuat, tampaknya sangat sulit. Telur Dewa Darah juga hilang. Apa yang harus aku lakukan?"Setelah berpikir lama, dia perlahan berjalan menuruni gunung.Di saat yang sama, di suatu tempat jauh di dalam pegunungan, Constantin yang sedang merawat rusa yang terluka dengan cahaya suci, tiba-tiba berbalik dan melihat ke arah ngarai.S
Surya memandang Rosa. Setelah beberapa saat, dia tiba-tiba tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, silakan masuk."Kemudian, mereka pergi ke ruangan Surya. Setelah masuk, Rosa bersandar di sofa sambil memuji, "Udara di sini sangat bagus.""Terima kasih. Aku ingin tahu rahasia apa yang kamu punya dan ingin kamu bagikan denganku?" tanya Surya sambil membuatkan secangkir teh untuk Rosa sebelum duduk di sebelah wanita itu.Rosa menyesap tehnya, mengangguk sebelum perlahan menjawab, "Lingkungan di sini sangat bagus, orang tuamu juga seharusnya ada di sini, 'kan?""Nggak, orang tuaku sudah menghilang sejak aku masih kecil. Aku tumbuh bersama kakekku," jawab Surya dengan tenang."Oh, maafkan aku," tandas Rosa.Surya hanya tersenyum sambil berkata, "Sepertinya ini bukan rahasia.""Aku cuma asal bertanya saja," kata Rosa. "Tapi seseorang baru saja memata-matai kita, kamu seharusnya sudah tahu, 'kan?""Apakah yang kamu maksud adalah orang yang memutar waktu mundur?" tanya Surya."Benar."Surya ber
Setelah beberapa saat, Rosa menghela napas dan berkata, "Memang sayang sekali, tapi kami akan melaksanakan keinginan mereka dan terus berjuang."Surya tidak berbicara dan hanya menyesap tehnya."Kita mungkin harus bertarung secara berdampingan sekarang. Karena situasinya seperti ini, bolehkah aku tinggal di sini sementara? Lagi pula, tinggal di hotel juga membutuhkan biaya yang banyak," ujar Rosa sambil tersenyum.Surya menatap Rosa, lalu berkata perlahan, "Nggak masalah, tapi semua yang ada di sini harus dirahasiakan.""Tentu saja, aku akan mematuhi semua peraturan di sini," sahut Rosa seraya tersenyum.Surya mengangguk, lalu berkata, "Ada banyak ruangan, kamu bisa memilihnya sendiri.""Terima kasih. Aku harus kembali tidur, kalau nggak kulitku akan bermasalah. Sampai jumpa," pamit Rosa. Setelah berkata demikian, dia berdiri dan keluar mencari kamar untuk dirinya sendiri.Surya menghela napas panjang. Melihat sosok Rosa yang pergi, dia bergumam perlahan, "Semua adalah pencari masalah.
"Terima kasih, Pak. Aku akan menunggumu di sini," sahut Edi sambil menghela napas lega.Surya segera menutup panggilan telepon, mendengus dingin, lalu mengambil barang-barangnya. Berani sekali mereka.Kemudian, Surya segera berangkat dan berkendara menuju Kabupaten Dero.Kabupaten Dero adalah sebuah kabupaten dekat Kota Juwana, jaraknya kurang dari seratus kilometer. Jadi, Surya juga sampai dengan cepat.Setelah sampai, Surya segera menelepon Edi, menanyakan lokasi spesifiknya, lalu mencari jalan ke tempat itu.Begitu sampai di gerbang pabrik kimia itu, Surya melihat ada belasan pria berseragam keamanan yang berkumpul di depan gerbang sambil tertawa dan bercanda.Surya keluar dari mobil, lalu berjalan ke depan."Berhenti, ada urusan apa kamu?" tanya seorang penjaga keamanan berusia tiga puluhan sambil berjalan menghampiri Surya.Surya menjawab, "Aku adalah pemilik batu-batu itu. Aku datang ke sini untuk mengambil barang itu kembali.""Haha, kalau begitu bagus, ayo ikut kami," sahut pen
Keduanya menatap Surya sebentar sebelum duduk dengan marah."Hei, Bocah, kamu mungkin belum tahu." Beno minum teh sambil melanjutkan dengan tenang, "Dulu, kami juga berkelahi dan membunuh satu sama lain. Tapi sekarang aku sudah tua dan nggak ingin mengotori tanganku lagi dengan darah. Jadi, aku sarankan kamu untuk bersikap baik, kita bisa membahasnya dan jangan memaksaku untuk mengambil tindakan."Surya tersenyum, lalu menjawab, "Memang bagus kalau begitu, tapi untuk kerugian kecilmu itu, bukankah terlalu berlebihan meminta 20 miliar padaku?""Berlebihan?" Beno tersenyum, kemudian melanjutkan ucapannya, "Aku hanya memintamu membayar kompensasi, bukan membeli pabrik kimiaku. Aku sudah sangat sopan padamu. Kalau dulu, tanpa 60 miliar, kalian nggak akan mampu pergi dari sini."Surya terdiam beberapa saat, kemudian menyahut perlahan, "Sepertinya kamu cukup mendominasi di sini.""Aku nggak berani bilang kalau aku mendominasi, tapi setiap orang harus menghormatiku sebagai Beno Terry. Apakah
Tidak lama kemudian, sebuah BMW seri 5 perlahan memasuki pabrik kimia. Seorang pria paruh baya berusia lima puluhan turun dari mobil.Pria itu berwajah lonjong dan memancarkan aura keagungan di wajah seriusnya itu.Begitu turun dari mobil, Beno dan dua anak buahnya langsung menghampiri pria itu."Pak Galan, Bapak harus menegakkan keadilan untukku. Bahkan di wilayah Dero, mereka berani memukulku. Ini sama saja dengan mempermalukan Bapak," lapor Beno sambil menangis.Pria yang dipanggil sebagai Pak Galan itu menyahut dengan tidak sabar, "Apa yang kamu lakukan setiap harinya? Apakah aku harus terus membereskan kekacauan yang kamu buat?""Pak Galan, Bapak nggak mengerti. Mereka menghancurkan pabrik dan peralatanku, tapi menolak membayar kompensasi. Mereka juga memukuli kami semua. Kalau Bapak nggak mengurus hal ini, bagaimana kami bisa bertahan hidup?" ujar Beno dengan ekspresi sedih di wajahnya.Mendengar itu, Pak Galan berkata sambil mengernyit, "Kalau begitu, memang agak keterlaluan. Ay
Saat ini, Surya memandang Galan sambil mengerutkan keningnya dan bertanya, "Apakah kita saling kenal?""Pak, beberapa waktu lalu aku menghadiri jamuan makan yang diselenggarakan oleh Keluarga Hatani dan mendapat kehormatan untuk menyaksikan kehebatanmu," ujar Galan dengan gemetar.Pertarungan saat itu meninggalkan kesan yang tidak terlupakan pada Galan.Surya yang bagaikan dewa yang turun dari surga, langsung membunuh Aksan yang sudah mencapai tingkat suci setelah menjelma menjadi iblis. Betapa kuatnya sosok Surya itu.Ahli kuat seperti itu adalah tingkatan yang tidak akan pernah Galan capai seumur hidupnya. Dia perlu menghormati orang seperti Surya sepanjang hidupnya.Surya mengangguk pelan. Saat itu, ada ratusan orang di sana. Jadi, Surya juga tidak bisa mengingat semua orang."Sepertinya kamu diundang oleh Beno?" tanya Surya perlahan.Galan menyahut dengan cepat, "Aku nggak berani. Beno baru saja bilang kalau seseorang sudah menghancurkan peralatan pabriknya dan memukulinya. Dia mem