"Kali ini terjadi perubahan besar seperti ini. Aku rasa, masalah ini mungkin belum selesai. Surya, ke depannya kita berdua harus berhati-hati.""Aku mengerti, Pak Hayden."Keesokan harinya, semua peserta yang lolos seleksi kembali datang ke arena pertandingan. Silvan berdiri di samping kolam renang besar sambil memegang sebuah manik hitam kecil yang seukuran kacang hijau. Dia berkata, "Sebentar lagi, aku akan melempar manik hitam ini ke dalam air. Manik hitam ini akan terus bergerak di bawah air. Setiap orang hanya memiliki waktu sepuluh menit serta satu kesempatan.""Kalau bisa menangkap manik hitam ini dalam waktu sepuluh menit, waktu akan dicatat. Orang yang terbaik akan dipilih untuk masuk seleksi. Kalau nggak, kalian akan dieliminasi. Untuk ujian kali ini, hanya sepuluh kultivator yang akan terpilih.""Sekarang, mari kita mulai."Setelah berkata demikian, Silvan melempar manik hitam itu ke dalam air. Manik hitam itu menyelam ke dalam air, bergerak seperti ikan kecil. Manik itu ber
Karena dia tidak sabar, dia hanya memilih untuk menyerang secara sembarangan, melepaskan energi untuk menyerang berbagai bagian permukaan air. Akhirnya, meskipun percikan air terbang ke mana-mana, manik hitam itu tetap tidak terlempar keluar dari air. Karena melebihi batas waktu sepuluh menit, dia langsung dieliminasi.Peserta ketiga sudah belajar dari pengalaman peserta pertama dan kedua. Dia berdiri di sana, mengamati selama dua menit untuk menentukan jalur gerakan manik hitam di bawah air. Kemudian, dia mulai melepaskan energi untuk menyerang. Akhirnya, pada waktu delapan setengah menit, dia berhasil menyelesaikan pertandingan.Selanjutnya, para kultivator yang naik ke arena meniru cara peserta pertama dan ketiga. Di antara mereka, lima orang berhasil mencatat waktu, sementara yang lain tereliminasi.Kemudian, peserta nomor 17,18, serta 19 naik ke arena. Mereka adalah dua kultivator mantra dan satu kultivator jimat. Ketiganya tidak meniru cara para kultivator sebelumnya, melainkan m
Herbert tampaknya bisa melihat keinginan yang terpendam dalam hati Surya. Dia melanjutkan, "Pak Surya, kamu harus ingat kalau penjaga ruang nggak punya perasaan. Mereka menekan kehendak mereka sendiri untuk melayani kehendak alam semesta. Segala tindakan mereka adalah peristiwa yang tak terhindarkan dalam jalannya alam semesta ini.""Ini berarti mereka nggak akan memberi perlakuan istimewa padamu atau pun padaku. Meskipun aku tahu ini terdengar kejam, aku juga tahu kalau impianmu adalah kembali ke masa lalu untuk mencegah sebuah bencana, Pak Surya. Tapi mohon maaf, aku harus mengatakan kalau hal itu hampir nggak mungkin terjadi.""Melayani penjaga ruang seperti melayani kehendak alam semesta. Hal-hal yang sudah ditakdirkan oleh kehendak alam semesta nggak akan mudah untuk diubah. Oleh karena itu, menjadi pelayan penjaga ruang hanya akan menghapus emosi dan kehendak seorang kultivator, menjadikannya pelayan dari kehendak alam semesta, hingga pada akhirnya diperbudak."...Di perjalanan
Pada hari ketiga, di tempat kompetisi.Dari sepuluh peserta, sembilan orang sudah berada di arena, hanya tinggal Surya yang belum muncul. Saat ini, waktu menuju bahwa penutupan arena hanya tersisa satu menit.Silvan berdiri di atas panggung, matanya menyapu para peserta di bawah. Ketika pandangannya jatuh pada Herbert, sebersit rasa puas terpancar di mata Herbert yang kemudian mengangguk kecil pada Silvan.Namun, pada saat itu terdengar suara langkah kaki. "Maaf semuanya, aku terlambat." Surya masuk ke dalam arena dari luar, melihat orang-orang di dalam, lalu tersenyum simpul.Saat itu, petugas penjaga menutup arena. Mata Silvan tampak menunjukkan kilat dingin sekejap, lalu menghilang. Kemudian, Silvan memandang Surya sambil berkata, "Karena kamu sudah datang, bergabunglah dengan yang lain.""Baik, Pak Silvan."Surya bergerak cepat. Dalam sekejap, dia muncul di belakang peserta kesembilan, lalu mengambil kartu nomor 10 yang tersisa.Ketika Surya memperlihatkan kartu nomor kepada Silvan
Jam tersebut dibuat secara khusus, hanya dapat bergerak melalui peningkatan kecepatan aliran waktu, sehingga jarum pada jam akan berputar. Dalam kecepatan aliran waktu yang setara dengan dunia luar, jarum jam tidak akan bergerak sedikit pun.Ketika peserta pertama keluar dari ruang kubus, dia sudah kelelahan dan berkeringat deras. Begitu keluar, dia langsung terkulai di tanah.Kemudian, peserta kedua memasuki ruang kubus. Dengan kekuatan pikirannya, jarum jam bergerak maju tiga perempat putaran dan mundur seperempat putaran.Untuk peserta ketiga, jarum jam bergerak maju satu putaran dan mundur seperempat putaran.Untuk peserta keempat, jarum jam bergerak maju satu putaran dan mundur setengah putaran.Untuk peserta kelima, jarum jam bergerak maju satu setengah putaran dan mundur setengah putaran....Delapan peserta sudah mengikuti pertandingan secara bergantian. Kini, giliran peserta kesembilan, Herbert."Selanjutnya, peserta nomor sembilan, Herbert, silakan masuk ke ruang kubus untuk
Satu putaran, dua putaran, tiga putaran, tiga setengah putaran!Setelah melihat ini, semua orang berseru kaget dan bertepuk tangan. Pada saat itu, Surya memilih untuk berhenti, karena angka tersebut sudah melampaui tiga putaran Herbert. Oleh karena itu, selama Surya bisa membuat waktu mundur dua putaran, dia akan memenangkan pertandingan.Pada saat itu, Surya hanya butuh setengah menit untuk mencapai tiga setengah putaran. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan Surya sudah melebihi Herbert.Semua orang menaruh harapan pada Surya. Namun, meskipun Surya bisa mengendalikan jarum jam untuk bergerak maju, dia belum pernah membuat waktu bergerak mundur sebelumnya. Oleh karena itu, hal ini masih merupakan sesuatu yang baru bagi Surya.Namun, karena masih ada empat setengah menit tersisa, Surya merasa yakin bisa melewati tantangan ini dengan mudah dan meraih posisi pertama.Saat itu, Herbert memandang Silvan dengan tatapan penuh penyesalan. Silvan tidak mengatakan apa-apa, hanya menoleh melihat Su
"Sekarang, aku mengumumkan bahwa pemenang dari pertandingan ini adalah Surya. Mulai sekarang, Surya adalah pelayanku."Surya menghela napas lega setelah mendengar ini. Kemudian, dia mengangkat tangan untuk menghapus keringat di dahinya, berlutut dengan satu kaki, lalu berkata, "Surya mmeberi hormat pada Pak Silvan.""Bangunlah."Silvan membantu Surya berdiri, kemudian membawanya kembali ke Kuil Ruang dan Waktu. Di dalam kuil yang tenang itu, Surya melihat poros alam semesta. Itu adalah sebuah model poros alam semesta yang dibungkus oleh kaca berbentuk silinder besar.Meskipun hanya sebuah model, semua galaksi di alam semesta memiliki representasi debu di dalam model ini. Debu-debu tersebut terus berputar mengelilingi poros alam semesta, tampak sangat menakjubkan.Silvan berkata, "Surya, menjadi pelayanku berarti kamu harus mengikuti aku ke berbagai alam semesta yang berbeda, mencegah berbagai kejadian tak terduga, serta memperbaiki kerusakan dalam ruang. Kamu sebaiknya mempersiapkan di
Pada saat itu, Surya dan Silvan tiba-tiba muncul. Hamdan yang terkejut pun berseru, "Pak!"Surya menatap Edmund, lalu berkata, "Edmund, rencanamu nggak akan terwujud lagi."Setelah mengatakan itu, tubuh Surya bergerak dengan cepat untuk mencengkeram leher Edmund, lalu mengangkatnya ke udara. Sebuah kekuatan meledak di telapak tangannya, membuat Edmund hancur menjadi debu.Ketika Hamdan melihat Surya dengan mudah membunuh Edmund, dia berkata dengan terkejut, "Pak, kenapa kekuatanmu tiba-tiba meningkat berkali-kali lipat? Kamu!""Tempat ini bukan tempat yang aman untuk berlama-lama di sini. Senior Hamdan, ikutlah denganku dulu. Nanti di ruang atas aku akan menjelaskan semuanya," ujar Surya.Surya segera membawa Hamdan dengan bantuan Silvan. Mereka bertiga kembali ke ruang atas. Setelah Hamdan menyesuaikan diri dengan gravitasi yang ratusan kali lebih besar, dia mendengarkan penjelasan Surya tentang segala sesuatunya. Hamdan mengusap air matanya, berlutut dengan satu kaki, lalu berkata, "