Saat pria tua itu mendengar perkataan Surya, bukan hanya dia tidak merasa khawatir, sebaliknya dia malah tersenyum sambil menepuk bahu Surya, lalu berujar, "Anak muda, kalau seseorang bisa melakukan satu hal dengan baik seumur hidupnya, itu sudah cukup bagus. Cermin perunggu yang kami produksi di desa ini kualitasnya jauh lebih baik daripada yang diproduksi di tempat lain. Jadi nggak perlu khawatir cermin perunggu dari Desa Bornia nggak terjual.""Benarkah? Pak Tua, apa kamu nggak menipuku?""Untuk apa aku berbohong padamu? Kalau kamu nggak percaya, lihat saja sendiri. Kamu akan tahu setelah kamu melihatnya sendiri.""Baiklah. Terima kasih, Pak Tua."Setelah melihat kepergian pria tua itu, Surya mengamati beberapa pekerja kekar yang sedang menggosok cermin. Dia menemukan bahwa mereka menggosok cermin perunggu dengan teknik dan keterampilan biasa, tidak ada yang istimewa. Surya berpikir mungkin kualitas perunggu yang lebih baik bisa membuat cermin perunggu yang dihasilkan memiliki kuali
Tak lama kemudian, awan hitam semakin banyak hingga akhirnya menutupi seluruh Desa Bornia. Berbeda dengan tempat di luar desa yang terang benderang, Desa Bornia tampak seperti malam hari. Pada saat ini, orang-orang yang tadinya sedang menggosok cermin mulai meregangkan tubuh, kembali ke rumah untuk beristirahat.Orang-orang di ruang tanpa malam juga menjalani kehidupan sesuai dengan aturan. Mereka bekerja saat matahari terbit, lalu beristirahat saat matahari terbenam. Namun, setelah matahari terbenam, langit akan tetap terang. Sumur Malam di Desa Bornia dapat menciptakan efek malam hari, membuatnya menjadi pemandangan yang menakjubkan di ruang tanpa malam.Surya duduk di atas sebuah batu yang berada tidak jauh dari Sumur Malam, dengan tenang mengamati sumur itu. Ketika suara terakhir dari orang-orang yang menggosok cermin menghilang, seluruh desa menjadi sunyi. Surya segera berjalan ke arah Sumur Malam, mencondongkan setengah tubuhnya ke depan, lalu menunduk untuk melihat air di dalam
Detik berikutnya, pemuda itu melompat keluar dari air. Satu kakinya menginjak tanah, sementara gelombang aura kegelapan menyebar dari kakinya ke segala arah. Pemuda itu menatap Surya sambil berkata, "Apakah kamu berani masuk denganku?""Kenapa nggak berani?"Surya tidak menghindar, langsung masuk ke dalam ruang medan milik pemuda itu. Ini adalah ruang kegelapan. Di dalam ruang kegelapan ini, hanya ada Surya dan pemuda itu saja.Keduanya saling memandang. Kemudian, pemuda itu membuat sebuah cermin perunggu raksasa muncul di hadapannya dengan pikirannya. Pemuda itu berujar, "Cermin ini menyimpan misteri besar. Apa kamu berani masuk ke dalam dunia di dalam cermin perunggu ini bersamaku?""Aku bersedia mencobanya."Sudut mulut pemuda itu melengkung membentuk senyuman saat dia berkata, "Kalau begitu, ayo kita lakukan."Setelah berkata demikian, pemuda itu berjalan masuk ke dalam cermin. Surya juga berubah menjadi bayangan, lalu ikut masuk ke dalam cermin perunggu.Cahaya putih melintas di d
Pemuda itu memandang ke kejauhan sambil bercerita, "Empat orang yang dimaksud oleh Pak Surya adalah Agda Parzival, Lenart Sterre, Arki Simonides dan Javion Vahid. Keempatnya pernah melakukan pembunuhan, hanya saja orang lain nggak mengetahuinya.""Di antara mereka, Agda adalah yang paling jahat. Saat menjual cermin perunggu di Kota Simo, dia secara kebetulan tertarik pada istri seorang pedagang barang antik bernama Ramil Olamide.""Istri Ramil, Zandra Baidar, adalah wanita yang nggak setia. Dia bukanlah seorang istri yang baik. Saat melihat Agda tertarik padanya, dia diam-diam menggoda dan merayu Agda. Pada akhirnya, keduanya menjalin hubungan perselingkuhan. Kemudian, Agda mulai merencanakan untuk merebut Zandra, menjadikan wanita itu miliknya.""Zandra nggak mau melepaskan harta milik Ramil. Dia juga sudah lama berencana untuk membunuhnya, lalu melarikan diri dengan kekayaan Ramil bersama kekasih gelapnya. Hanya saja, sebagai seorang wanita, Zandra nggak akan bisa melakukan semuanya
"Agda hanya berpura-pura setuju saja, tapi dia sudah nggak percaya lagi pada wanita. Setelah keempatnya selesai bermain-main dengan Eden, Agda memerintahkan Arki untuk mencekik Eden dengan tali. Abia yang melihat ibunya dicekik sampai mati hanya bisa menangis keras di tempat.""Melihat hal itu, Agda juga memerintahkan Javion untuk mencekik Abia. Dengan begitulah, keluarga Narto terbunuh oleh tangan keempat pria tersebut. Pada akhirnya, mayat Narto dan keluarganya dikubur di atas tanah tandus, sebelum keempatnya melarikan diri dari Gunung Jamang."Setelah mendengar cerita pemuda itu, Surya mengernyitkan kening sambil berkata, "Agda dan ketiga orang lainnya ternyata sudah melakukan hal seperti itu?"Pemuda itu menghela napas, lalu berujar, "Hati manusia nggak bisa ditebak. Dari luar, Agda dan ketiga orang lainnya tampak seperti orang yang nggak mungkin melakukan kejahatan. Tapi mereka benar-benar sudah membunuh empat orang.""Malam itu, Agda melihat Ramil di dalam air sumur, sehingga dia
"Mungkin di masa depan, kekuatanmu bisa mencapai tingkatan yang melampaui kekuatanku. Pada saat itu, dunia dalam cermin perunggu yang kamu ciptakan mungkin akan memiliki aliran waktu seribu kali lebih cepat daripada di dunia luar.""Ini ...."Setelah mendengar hal itu, wajah Surya berubah menjadi merah. Dia berkata, "Rasanya kurang pantas kalau aku melakukan ini. Senior Eiren dan Nona Yoseva saling mencintai satu sama lain dengan tulus. Meskipun kamu nggak memberikan cermin perunggu ini padaku, aku pikir aku bisa menunggu seratus tahun untukmu. Sebenarnya, aku juga sangat mengagumimu. Aku nggak mau mengambil keuntungan dari situasimu.""Ini namanya bukan mengambil keuntungan dari situasiku. Aku hanya merasa kita memiliki takdir yang saling terkait. Jadi, setelah aku pergi, cermin perunggu ini mungkin juga akan merasa kesepian. Mungkin memberikannya padamu untuk membantumu berlatih adalah hal yang baik.""Begitu, ya? Kalau begitu, aku nggak akan menolaknya lagi."Surya menerima cermin p
Surya mencoba memasukkan kekuatan cahaya dari dalam tubuhnya ke dalam cermin perunggu, lalu menggunakan Sarung Tangan Cahaya untuk menyerap energi di sekitarnya. Dalam hitungan detik, seluruh bangunan kuno tiba-tiba bergetar hebat.Pada saat ini, sesosok bayangan tiba-tiba terbang masuk. Eiren tampak melotot ke arah Surya sambil berkata, "Apa yang mau kamu lakukan?"Dalam kebingungan, Surya buru-buru menghentikan latihannya. Seketika itu juga, bangunan yang berguncang itu kembali tenang. Surya menatap Eiren dengan sedikit gugup, lalu menjawab, "Aku sedang mencoba melihat apakah aku bisa mengendalikan cermin perunggu ini."Eiren membalas, "Surya, kamu seharusnya tahu kalau tempat ini adalah dunia yang terbuat dari energi. Jadi kamu nggak bisa menyerap energi di sini. Kalau nggak, seluruh dunia cermin perunggu ini akan hancur. Meski dunia cermin perunggu ini nggak hancur, aliran waktu akan berubah."Sambil mengatakan ini, Eiren menggelengkan kepalanya, dengan serius menatap Surya, lalu m
Surya berkata dengan wajah pucat, "Kamu nggak perlu merasa terlalu senang. Kalau aku bisa mematahkan segel kedua, tentu saja aku juga punya kemampuan untuk mengendalikan 20% energi gelap ini.""Aku harap begitu," kata Penguasa Kegelapan dengan penuh amarah."Yoseva.""Yoseva!"...Pada saat itu, gelombang energi suara yang kuat datang menyerang, menghancurkan seluruh bangunan kuno hingga menjadi serpihan. Surya membelalakkan mata penuh keterkejutan, lalu dengan cepat berubah menjadi bayangan yang terbang menuju bangunan kuno di tengah danau besar.Beberapa saat kemudian, Surya mendarat dengan stabil. Dia melihat Eiren duduk di antara puing-puing sambil memeluk tubuh Yoseva yang sudah tak bernyawa. Rambut hitam Eiren entah sejak kapan sudah berubah menjadi putih. Pada saat itu, Eiren tampak sangat sedih. Dia duduk di sana dengan air mata mengalir, lalu pelan-pelan memanggil, "Yoseva."Saat melihat ini, hati Surya juga merasakan kepiluan. Namun, ini adalah takdir yang sudah ditentukan un