"Putriku! Kembalikan putriku!" jerit wanita itu dengan sedih.Para penduduk desa lainnya sibuk menghibur wanita itu. Ini bukan pertama kalinya si manusia ular menculik anak-anak mereka. Walaupun mereka semua membenci monster itu, mereka tidak bisa berbuat apa-apa."Sudah, sudah, Kak Nora. Kita semua sama-sama merasa sangat sedih, tapi siapa yang bisa mengatasi masalah ini?"Orang yang menghibur Nora adalah Ibel. Tiga tahun lalu, si manusia ular menculik dan memakan putranya. Selama tiga tahun ini pula dia merasa sangat menderita. Itu sebabnya dia ikut menangis melihat kesedihan Nora karena putrinya diculik si manusia ular.Suami Nora, Jared Wiken, pun berkata dengan marah, "Sialan! Ayo kita ke Gunung Brenon untuk mencari manusia ular itu dan meledakkan guanya. Kita lawan dia! Aku yakin kita bisa membunuhnya!""Iya, iya! Ayo ledakkan gunungnya!""Sekalipun harus meledakkan Gunung Brenon, yang jelas manusia ular itu harus mati!"...Saat para penduduk desa sedang berseru dengan marah, ti
Semua orang pun terdiam memperhatikan apa yang terjadi.Surya yang berdiri di atas Gunung Brenon menunduk menatap si ular piton raksasa di bawahnya sambil berkata, "Kayaknya ini wujudmu yang paling kuat, ya? Kalau iya, berarti kamu akan kalah."Ular hitam itu tidak mengatakan apa-apa, ia hanya menatap Surya sambil mendesis menjulurkan lidahnya. Tangan kiri Surya pun memanggil Tombak Naga Biru-nya, lalu melemparkannya ke arah si ular hitam. Akan tetapi, ular hitam itu ternyata bisa menahan auranya sehingga Tombak Naga Biru tidak bisa berubah wujud.Begitu mengenai si ular hitam, kekuatan ujung Tombak Naga Biru malah meleleh terkena sisiknya. Akibatnya, Tombak Naga Biru pun tergelincir ke atas tanah."Apa?"Surya sontak terpana, lalu menyadari betapa cerdiknya ular hitam ini. Sepertinya ia sudah tahu bahwa Tombak Naga Biru memanfaatkan aura lawan, itu sebabnya ia sengaja menahan auranya.Namun, apa ular itu berpikir bisa mengalahkan Surya hanya dengan menahan auranya?Ular piton itu mema
"Grrrooaaarr!"Begitu melihat Surya lagi, si ular hitam pun langsung meraung dengan marah. "Kamu pasti penasaran kenapa aku bisa-bisanya masih hidup," kata Surya dengan dingin. "Aku juga penasaran apa nama seranganmu barusan."Surya memejamkan matanya dan mengepalkan tangannya, lalu menggunakan aura naga untuk meraba medan energi si ular hitam. Setelah mendapatkan posisi di mana warna hitamnya paling pekat, Surya pun mengayunkan tinjunya ke arah sana.Seekor naga emas mendadak muncul dan bergegas menerjang ke si ular hitam. Naga emas itu terus bertambah besar dan ukurannya akhirnya sama dengan si ular hitam. Ia melesat ke arah ular hitam itu.Begitu tubuh naga emas dan ular hitam saling bertaut, aura naga yang sangat hebat pun meledak di permukaan tubuh ular hitam itu."Duar!""Duar!""Duar!"...Ular hitam itu menjerit kesakitan, tubuhnya menyusut dengan cepat dan dalam sekejap berubah kembali menjadi si manusia ular. Dia berlutut di atas tanah dengan napas terengah-engah.Surya menda
Ular hitam itu berbalik memandang Surya, dengan ekor yang melesat ke arah Surya. Surya melompat tinggi untuk menghindari serangan tersebut. Saat melihat sekelilingnya yang telah berubah menjadi reruntuhan, dengan mayat berserakan di tanah, Surya menjadi sangat terkejut. Dalam hati dia bergumam, "Makhluk ini ternyata bisa mendeteksi perubahan energi dalam tubuhku."Tadi, untuk mengalahkan ular hitam, Surya sudah menggunakan 90% kekuatan pikirannya untuk menggunakan Teknik Naga Dewa, hingga hampir menguras energi di tubuhnya. Jika bukan karena masih ada 10% kekuatan pikiran yang tersisa, saat ini Surya pasti sudah jatuh pingsan.Ular hitam itu tadi sudah terpojok oleh dirinya, tapi sekarang ia malah dengan berani melawan balik. Pasti ia sudah mendeteksi perubahan energi dalam tubuh Surya. Jika tidak, ia tidak akan berani melakukan hal ini dalam kondisi energinya yang hampir habis.Setelah tertegun selama sesaat, Surya menelan sebutir Pil Penyembuh Petir tanpa ragu. Energinya kembali puli
Tetua Tanpa Malam duduk bersila di atas batu dengan rambut putihnya yang tergerai. Dia memandang Surya dengan matanya yang jernih dan cerah. Sambil membelai janggutnya, dia membalas, "Pertanyaanmu memang bagus. Aku bisa memberitahumu kalau nggak ada perbedaan antara ruang tanpa malam dan ruang di bumi. Penduduk di sini sama dengan penduduk yang ada di bumi. Mereka punya darah dan daging, nggak ada bedanya."Saat mendengar ini, Surya merasa sangat marah, lalu dia berkata, "Kalau begitu kenapa ujian ini begitu kejam? Apa nggak bisa membuat ruang ilusi seperti fatamorgana? Kalau ruang tanpa malam sama seperti fatamorgana yang hanyalah ilusi, penduduk di sini bisa terhindar dari bencana!"Surya menggertakkan gigi sambil bertanya, "Bukankah mereka nggak harus mati?"Tetua Tanpa Malam membalas, "Surya, aku bisa memahami perasaanmu. Tapi kamu harus tahu kalau masalah hidup dan mati adalah hukum alam. Ini adalah bagian dari aturan ruang. Selain itu, kalau kamu hanya berlatih di dalam ilusi, ka
"Kelihatannya kamu orang asing di sini. Kamu pasti datang dari luar, ya? Anak muda, kamu benar-benar nggak tahu apa itu bahaya. Ayo ikut denganku. Setelah Iblis Malam pergi, aku akan membawamu ke mana pun kamu mau. Sekarang, ikutlah ke rumahku untuk berlindung."Pria paruh baya itu langsung menarik Surya untuk pergi mengikutinya. Surya mengernyit sambil berujar, "Paman, ini sungguh nggak perlu.""Sudahlah, nggak perlu banyak bicara lagi. Ikut saja ke rumahku untuk duduk sebentar."Surya mengikuti pria paruh baya itu kembali ke desa dengan enggan. Dia memasuki rumahnya untuk berlindung. Tepat saat mereka baru masuk ke halaman, badai hitam menerjang, angin kencang berembus, membuat pria paruh baya itu mundur beberapa langkah."Paman, apa kamu baik-baik saja?""Nggak apa-apa. Ayo cepat masuk."Pria paruh baya itu menarik Surya masuk ke dalam rumah, lalu menutup pintu. Kemudian, dia mengintip ke luar melalui celah pintu. Dia menghela napas lega, berbalik menatap Surya, lalu berkata, "Janga
Tiga Surya sekaligus berubah menjadi bayangan yang melesat ke wilayah tempat puting beliung hitam berada. Aura naga yang kuat menciptakan badai yang bergerak berlawanan arah dengan puting beliung. Di bawah tekanan badai aura naga, puting beliung dengan cepat melemah, sebelum akhirnya menghilang.Pada saat yang sama, ketiga Surya menyelamatkan lebih dari puluhan penduduk desa, lalu menurunkan mereka dengan mulus."Terima kasih, Paman.""Sama-sama, Nak."...Orang-orang berterima kasih kepada Surya satu demi satu. Surya tampak sedang menenangkan mereka saat tiba-tiba seseorang menunjuk ke arah sebuah puting beliung di kejauhan, lalu berkata, "Cepat lihat, ada puting beliung lagi yang masuk ke desa."Surya mendongakkan kepala. Benar saja, ada sebuah puting beliung hitam yang sedang menuju ke desa. Dalam sekejap, Surya berubah menjadi bayangan, mengendalikan aura naga untuk menciptakan badai aura naga, lalu sekali lagi membubarkan puting beliung yang masuk ke desa. Saat dia melihat ke arah
Pada saat itu, sebuah energi kegelapan dilepaskan dari segelnya, mengalir ke dalam tubuh Surya. Energi ini memulihkan kekuatan pikiran dan kehendak Surya yang sebelumnya terkurung."Benar. Sekarang aku sudah menyatu dengan dirimu. Kalau bukan karena aku, kamu pasti sudah mati di dasar laut.""Terima kasih."Surya ragu sejenak, tapi akhirnya tetap mengucapkan kata-kata itu dalam pikirannya. Kemudian, dia dengan cepat berenang menuju permukaan. Saat Surya muncul kembali di permukaan air, sebuah bayangan melintas di atas kepalanya. Surya mengusap air dari wajahnya. Dia melihat seorang wanita sedang dikendalikan oleh puting beliung hitam, terbang menuju Iblis Malam.Detik berikutnya, Iblis Malam mencekik leher wanita itu.Ketika melihat ini, Surya berteriak, "Jangan!""Bum!"Tubuh wanita itu hancur berkeping-keping dalam sekejap. Tidak ada yang akan percaya bahwa dia mati di tangan putranya sendiri. Pada saat yang sama, terdengar suara gemericik dari air. Tubuh seorang pria mengapung ke pe