"Grrrooaaarr!"Begitu melihat Surya lagi, si ular hitam pun langsung meraung dengan marah. "Kamu pasti penasaran kenapa aku bisa-bisanya masih hidup," kata Surya dengan dingin. "Aku juga penasaran apa nama seranganmu barusan."Surya memejamkan matanya dan mengepalkan tangannya, lalu menggunakan aura naga untuk meraba medan energi si ular hitam. Setelah mendapatkan posisi di mana warna hitamnya paling pekat, Surya pun mengayunkan tinjunya ke arah sana.Seekor naga emas mendadak muncul dan bergegas menerjang ke si ular hitam. Naga emas itu terus bertambah besar dan ukurannya akhirnya sama dengan si ular hitam. Ia melesat ke arah ular hitam itu.Begitu tubuh naga emas dan ular hitam saling bertaut, aura naga yang sangat hebat pun meledak di permukaan tubuh ular hitam itu."Duar!""Duar!""Duar!"...Ular hitam itu menjerit kesakitan, tubuhnya menyusut dengan cepat dan dalam sekejap berubah kembali menjadi si manusia ular. Dia berlutut di atas tanah dengan napas terengah-engah.Surya menda
Ular hitam itu berbalik memandang Surya, dengan ekor yang melesat ke arah Surya. Surya melompat tinggi untuk menghindari serangan tersebut. Saat melihat sekelilingnya yang telah berubah menjadi reruntuhan, dengan mayat berserakan di tanah, Surya menjadi sangat terkejut. Dalam hati dia bergumam, "Makhluk ini ternyata bisa mendeteksi perubahan energi dalam tubuhku."Tadi, untuk mengalahkan ular hitam, Surya sudah menggunakan 90% kekuatan pikirannya untuk menggunakan Teknik Naga Dewa, hingga hampir menguras energi di tubuhnya. Jika bukan karena masih ada 10% kekuatan pikiran yang tersisa, saat ini Surya pasti sudah jatuh pingsan.Ular hitam itu tadi sudah terpojok oleh dirinya, tapi sekarang ia malah dengan berani melawan balik. Pasti ia sudah mendeteksi perubahan energi dalam tubuh Surya. Jika tidak, ia tidak akan berani melakukan hal ini dalam kondisi energinya yang hampir habis.Setelah tertegun selama sesaat, Surya menelan sebutir Pil Penyembuh Petir tanpa ragu. Energinya kembali puli
Tetua Tanpa Malam duduk bersila di atas batu dengan rambut putihnya yang tergerai. Dia memandang Surya dengan matanya yang jernih dan cerah. Sambil membelai janggutnya, dia membalas, "Pertanyaanmu memang bagus. Aku bisa memberitahumu kalau nggak ada perbedaan antara ruang tanpa malam dan ruang di bumi. Penduduk di sini sama dengan penduduk yang ada di bumi. Mereka punya darah dan daging, nggak ada bedanya."Saat mendengar ini, Surya merasa sangat marah, lalu dia berkata, "Kalau begitu kenapa ujian ini begitu kejam? Apa nggak bisa membuat ruang ilusi seperti fatamorgana? Kalau ruang tanpa malam sama seperti fatamorgana yang hanyalah ilusi, penduduk di sini bisa terhindar dari bencana!"Surya menggertakkan gigi sambil bertanya, "Bukankah mereka nggak harus mati?"Tetua Tanpa Malam membalas, "Surya, aku bisa memahami perasaanmu. Tapi kamu harus tahu kalau masalah hidup dan mati adalah hukum alam. Ini adalah bagian dari aturan ruang. Selain itu, kalau kamu hanya berlatih di dalam ilusi, ka
"Kelihatannya kamu orang asing di sini. Kamu pasti datang dari luar, ya? Anak muda, kamu benar-benar nggak tahu apa itu bahaya. Ayo ikut denganku. Setelah Iblis Malam pergi, aku akan membawamu ke mana pun kamu mau. Sekarang, ikutlah ke rumahku untuk berlindung."Pria paruh baya itu langsung menarik Surya untuk pergi mengikutinya. Surya mengernyit sambil berujar, "Paman, ini sungguh nggak perlu.""Sudahlah, nggak perlu banyak bicara lagi. Ikut saja ke rumahku untuk duduk sebentar."Surya mengikuti pria paruh baya itu kembali ke desa dengan enggan. Dia memasuki rumahnya untuk berlindung. Tepat saat mereka baru masuk ke halaman, badai hitam menerjang, angin kencang berembus, membuat pria paruh baya itu mundur beberapa langkah."Paman, apa kamu baik-baik saja?""Nggak apa-apa. Ayo cepat masuk."Pria paruh baya itu menarik Surya masuk ke dalam rumah, lalu menutup pintu. Kemudian, dia mengintip ke luar melalui celah pintu. Dia menghela napas lega, berbalik menatap Surya, lalu berkata, "Janga
Tiga Surya sekaligus berubah menjadi bayangan yang melesat ke wilayah tempat puting beliung hitam berada. Aura naga yang kuat menciptakan badai yang bergerak berlawanan arah dengan puting beliung. Di bawah tekanan badai aura naga, puting beliung dengan cepat melemah, sebelum akhirnya menghilang.Pada saat yang sama, ketiga Surya menyelamatkan lebih dari puluhan penduduk desa, lalu menurunkan mereka dengan mulus."Terima kasih, Paman.""Sama-sama, Nak."...Orang-orang berterima kasih kepada Surya satu demi satu. Surya tampak sedang menenangkan mereka saat tiba-tiba seseorang menunjuk ke arah sebuah puting beliung di kejauhan, lalu berkata, "Cepat lihat, ada puting beliung lagi yang masuk ke desa."Surya mendongakkan kepala. Benar saja, ada sebuah puting beliung hitam yang sedang menuju ke desa. Dalam sekejap, Surya berubah menjadi bayangan, mengendalikan aura naga untuk menciptakan badai aura naga, lalu sekali lagi membubarkan puting beliung yang masuk ke desa. Saat dia melihat ke arah
Pada saat itu, sebuah energi kegelapan dilepaskan dari segelnya, mengalir ke dalam tubuh Surya. Energi ini memulihkan kekuatan pikiran dan kehendak Surya yang sebelumnya terkurung."Benar. Sekarang aku sudah menyatu dengan dirimu. Kalau bukan karena aku, kamu pasti sudah mati di dasar laut.""Terima kasih."Surya ragu sejenak, tapi akhirnya tetap mengucapkan kata-kata itu dalam pikirannya. Kemudian, dia dengan cepat berenang menuju permukaan. Saat Surya muncul kembali di permukaan air, sebuah bayangan melintas di atas kepalanya. Surya mengusap air dari wajahnya. Dia melihat seorang wanita sedang dikendalikan oleh puting beliung hitam, terbang menuju Iblis Malam.Detik berikutnya, Iblis Malam mencekik leher wanita itu.Ketika melihat ini, Surya berteriak, "Jangan!""Bum!"Tubuh wanita itu hancur berkeping-keping dalam sekejap. Tidak ada yang akan percaya bahwa dia mati di tangan putranya sendiri. Pada saat yang sama, terdengar suara gemericik dari air. Tubuh seorang pria mengapung ke pe
Pada saat itu, jakun di tenggorokan pria paruh baya bergerak-gerak. Dari mulutnya terdengar suara tua, "Aku memang bersembunyi di dalam tubuhnya. Aku mau lihat apa yang bisa kamu lakukan padaku. Kalau kamu ingin membunuhku, kamu harus membunuhnya terlebih dulu.""Kamu!"Surya menatap pria paruh baya itu dengan tatapan penuh putus asa. Sementara pada saat yang sama, penduduk desa di sekelilingnya menyadari keanehan pria paruh baya itu. Mereka merunduk ke samping, berlindung di sisi lain. Saat pria paruh baya itu mendapatkan kembali kesadarannya, dia memandang sekeliling, lalu bertanya, "Kalian ... ada apa dengan kalian semua? Kenapa kalian menatapku dengan tatapan seperti itu?"Pria paruh baya itu meraih tangan Surya, lalu bertanya, "Anak muda, apa yang sebenarnya terjadi? Ceritakan apa yang terjadi padaku."Surya mengerucutkan bibirnya, lalu menjawab, "Paman, Iblis Malam sedang bersembunyi di dalam tubuhmu sekarang. Kita harus menemukan cara untuk memaksanya keluar.""Apa?" Pria paruh
...Surya berlari kecil untuk mengikuti Vitro sampai ke dermaga. Ombak terus menerus menghantam pantai, membuat suara kecipuk air berulang kali terdengar. Surya menatap Vitro yang berdiri di dermaga. Dengan tangan di pinggang, Surya mengerucutkan bibirnya, lalu berkata, "Paman, sebenarnya kamu nggak perlu merasa sedih. Setidaknya aku percaya padamu. Mungkin kita bisa mencari cara lain untuk mengeluarkan Iblis Malam dari tubuhmu."Vitro menggelengkan kepala, menatap ke arah laut, lalu berkata dengan kening berkerut, "Nggak, sebenarnya aku nggak pernah menyalahkan orang tuaku. Sebaliknya, aku merasa mereka sudah sangat baik padaku. Mungkin ini memang takdirku. Orang lain di usiaku seharusnya sudah menikah, sudah punya banyak anak, tapi aku hanya bisa hidup sendirian.""Apa yang mereka katakan benar. Kalau dengan mengorbankan diriku bisa menyelamatkan seluruh penduduk desa kecil ini, aku bersedia melakukannya. Mungkin nggak akan ada yang mengingatku lagi di masa depan, tapi setidaknya aku