Surya tersenyum. Saat ini, Raka menyerahkan korek ke depan Surya, lalu menyalakan rokok untuk Surya."Terima kasih." Surya memandang Raka sambil mengangguk memberi isyarat terima kasih.Raka sendiri tidak menyalakan rokoknya, dia menyimpan rokoknya sambil berkata, "Kak Surya jangan sungkan. Kamu bisa menganggapku sebagai saudaramu.""Raka, sikapmu ini membuatku terkejut." Surya menunjukkan ekspresi tak daya. Kenapa sikap Raka terlihat santai seperti ini?Secara logika, Raka seharusnya dipengaruhi oleh sikap Leonard yang merupakan orang yang cerdas, licik dan dewasa. Kenapa sikap Raka tidak berbeda dengan pemuda di jalanan?Raka sama sekali tidak peduli. Dia berkata sambil tersenyum, "Pak Hendra sudah memberitahuku, kamu adalah orang yang sangat hebat. Kak Surya, kelak aku adalah adikmu. Kalau ada masalah, kamu bisa langsung memberitahuku. Hanya saja ....""Apa?" tanya Surya.Raka berkata dengan ekspresi rumit, "Kamu harus mengajariku.""Mengajarimu apa?""Terserah padamu." Raka berkata
Hendra berkata sambil tersenyum, "Nggak apa-apa, aku akan mengantarnya pulang."Setelah mendengar ucapan Hendra, Surya pun merasa tenang. Kemudian, Surya mengucapkan selamat tinggal kepada Hendra dan kembali ke kediamannya.Linda jarang-jarang Linda belum kembali. Kemungkinan Linda sedang mengatur hal yang didiskusikan hari ini. Surya pun kembali ke kamarnya, lalu tidur dengan pulas.Keesokan harinya, Surya bangun dengan perut keroncongan.Semalam Surya minum terlalu banyak dengan Raka, jadi dia makan tidak banyak. Sekarang, Surya sangat kelaparan.Setelah melihat Linda belum bangun, Surya pun mengemudi ke toko roti. Surya memesan banyak makanan dan bersiap untuk makan sepuasnya.Setelah Surya baru selesai memesan makanan, ponselnya tiba-tiba berdering. Kemudian, Surya pun mengangkat telepon itu."Kak, di mana kamu?"Surya tertegun sejenak, ternyata itu adalah panggilan dari Raka."Aku sedang makan, ada apa?""Kak, tunggu aku. Aku belum makan. Aku sangat kelaparan. Kirimkan aku lokasin
Raka tidak memahami apa yang terjadi, tapi dia juga tidak membuka suara. Dia hanya mendorong roti kukus ke hadapan Eki.Melihat Eki yang menangis dengan sedih, Surya menghela napas panjang lalu berkata, "Makan dulu, setelah makan kita baru bicara."Eki menyeka air matanya sambil mengangguk, kemudian dia pun makan dengan lahap.Beberapa pelanggan di samping pun memperlihatkan tatapan aneh, bahkan ada beberapa wanita yang bergumam, "Apa yang mereka lakukan? Kenapa mereka membiarkan pengemis duduk di meja?"Seketika, ekspresi Surya langsung menjadi masam. Kemudian, dia berkata sambil memandang wanita itu, "Dia adalah saudaraku, bukan pengemis. Kalau ada yang berani berkomentar, aku nggak akan bersikap sungkan."Melihat tatapan Surya yang sedingin es, wanita itu tersentak. Kemudian, dia segera berbalik dan tidak berani mengatakan apa pun lagi.Surya mendengus dingin, kemudian dia kembali menemani Eki makan.Tidak lama kemudian, Eki sudah selesai menyantap makanannya. Surya mengambil tisu u
Eki adalah saudara yang berperang bersama Surya di medan perang.Saat itu, Eki adalah seorang pria tangguh, tidak kenal takut yang berjuang dalam pertempuran berdarah dan terus melangkah maju.Namun, sekarang dia bahkan ditindas oleh gangster lokal hingga seperti ini.Tidak ada seorang pun yang bisa memaafkan orang yang telah membunuh kedua orang tuanya, apalagi pria tangguh seperti Eki."Eki, aku yang salah. Aku akan membantumu membalas dendam," kata Surya sambil menggertakkan giginya.Eki berkata dengan wajah berlinang air mata, "Kak, bukan salahmu. Aku yang terlalu bodoh."Ah!Surya tanpa sadar menghela napas. Saudara-saudaranya itu adalah orang yang tidak kenal takut dan juga prajurit yang hebat.Namun, kemampuan bertahan hidup mereka benar-benar buruk. Mereka tidak mewaspadai intrik yang ada di kehidupan sosial. Surya tidak tahu bagaimana dengan saudara-saudaranya yang lain.Pada saat ini, sebuah mobil keamanan hitam dengan tulisan "Elang Barat" tiba-tiba berhenti di depan pintu t
Kata-kata Surya terdengar jelas sedang menyalahkan Raka.Raka berkata dengan ekspresi canggung, "Kak, aku juga nggak bisa berbuat apa-apa. Aturannya memang seperti ini. Kalau orang-orang ini bekerja sama, para petinggi akan sulit untuk mengurusnya.""Maksudmu lebih baik nggak menambah masalah, 'kan? Masih berani bilang sulit untuk mengurusnya," kata Surya dengan acuh tak acuh.Raka tahu bahwa Surya memiliki kebencian di dalam hatinya, jadi Raka segera berkata, "Jangan khawatir, aku akan menyelesaikannya."Setelah berkata, Raka mengambil ponselnya dan segera menelepon seseorang.Beberapa saat kemudian, telepon tersambung dan terdengar suara seseorang berkata, "Raka, kenapa kamu meneleponku?""Paman Adit, aku berada di Restoran Zili jalan barat Perumahan Lily. Seseorang dari perusahaan keamanan datang menangkapku. Apakah kamu bisa datang kemari?"Mendengar ucapan itu, Adit Zarkasih tertegun sejenak.Apa dunia ini sudah terbalik? Di Provinsi Andaru, siapa yang berani menangkap Raka? Orang
Seketika Satrio tercengang.Apa yang terjadi? Kok rasanya sekelompok polisi khusus ini datang menyerangnya?Namun, Satrio tidak berani bertindak gegabah di depan sekelompok orang ini.Meski dia berasal dari pedesaan, dia tahu orang berkemeja putih di industri ini adalah keberadaan yang hebat.Satrio pun menghampiri mereka, lalu ingin menyapa, tapi malah didorong oleh senapan seorang polisi khusus hingga jatuh."Kalau kamu berani bergerak lagi, aku akan menembakmu!"Suara dingin polisi khusus ini membuat Satrio berkeringat dingin, bahkan segera berdiri untuk mundur ke belakang.Harus diketahui kalau Adit setingkat wakil departemen. Meski tidak sehebat Leonard, aparat keamanan di sekitarnya sangatlah hebat, jadi tidak sembarangan orang bisa mendekati Adit.Saat ini, Adit berjalan ke samping Raka sambil bertanya dengan senyum, "Ada apa, Raka?"Raka berkata dengan suara pelan, "Eki adalah temanku, dia datang ke sini karena ada masalah. Tapi, sekelompok orang ini mau membawanya pergi, jadi
Namun, di mata Adit, penanggung jawab keamanan kota bukanlah apa-apa. Hanya dengan satu perintah, dia bisa menangkapnya.Terutama masalah ini berkaitan dengan Raka. Jika tidak menyelidiki dan memenjarakan sekelompok orang itu, sia-sia dia datang secara pribadi setelah ditelepon oleh Adit.Petugas mengawal rombongan Satrio ke dalam mobil. Adit menoleh pada Raka, lalu tersenyum seraya berkata, "Jangan khawatir, Paman pasti akan melakukan investigasi menyeluruh untuk memberi pertanggungjawaban pada temanmu.""Terima kasih, Paman Adit," ujar Raka.Adit berkata, "Nggak perlu sungkan. Kalau butuh bantuan Paman Adit, telepon saja. Terutama kalau ada pengacau di internal, akan Paman beri hukuman berat.""Baik, Paman Adit. Kalau ada apa-apa, pasti akan kukabari," ujar Raka seraya tersenyum.Adit mengangguk. Setelah menatap Eki dan Surya lagi untuk mengingat wajah mereka, dia langsung pergi.Saat ini, Surya berkata dengan suara rendah, "Maaf merepotkanmu.""Kak, jangan sungkan. Urusanmu adalah u
Surya menggeleng dan berkata, "Nggak perlu, justru akan memperburuk situasi nanti. Kita pergi sendiri saja.""Kak," ujar Raka seraya menggosok tangannya. "Ada penjahat, pasti ada penegak hukum. Aku percaya Kakak pasti bisa melawan para penjahat itu, tetapi nggak baik kalau Kakak lawan orang yang mendukung mereka. Bagaimanapun, mereka adalah orang pemerintahan. Mudah sekali bagi mereka untuk menyulitkan Kakak."Surya merenung sejenak, lalu berkata, "Benar juga. Bagaimana menurutmu?""Satu temanku adalah anak dari teman seperjuangan ayahku, sekarang kerja di Komisi Inspeksi Kota Juwana. Kita bisa bawa dia. Kalau masalah ini ada sangkut pautnya dengan pemerintah setempat, biar dia turun tangan. Dijamin semuanya akan ditangkap," ungkap Raka.Surya mengangguk dengan pelan. Dalam hal ini, Raka jauh lebih berpengalaman darinya."Kalau begitu, ikuti katamu saja."Setelah Surya setuju, Raka langsung mengeluarkan ponselnya untuk menelepon seseorang.Sesaat kemudian, telepon tersambung. Orang itu