Beranda / Horor / Tiga Wanita Jagoan / Sarapan dan Pesta

Share

Sarapan dan Pesta

Penulis: MEGAWATI SOREK
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pagi yang cerah. Ria bersiap akan pergi kuliah. Mengenakan baju kemeja dengan warna lembut dipadukan rok blisket berwarna hitam. Tak lupa jilbab segi empat berwarna senada dengan rok ia kenakan. Lipstik berwarna nude dipoleskan pada bibir tebal tapi beukuran mungil. Terakhir, ia meraih tas mengecek bawaan. Beranjak keluar kamar menuju dapur.

Mbok Nami masih sibuk berkutat dengan sendok dan kuali. Aroma nasi goreng menguar menggoda selera. Senyum Ria mengembang.

“Wah, enak nih, Mboh!” sapanya dengan bersemangat.

“Sarapan kita lagi, yuk Non,”

“Aku yang ini aja deh, Mbok.” Ria menyendok singkong rebus ke piringnya.

“Mbok, lama kali sarapanku diantar?” Suara Clara melengking. Ia pun mengambil duduk di hadapan Ria. Melirik dengan apa yang disantap oleh Ria. Ria santai melanjutkan mencolek singkong ke sambal dan mengunyahnya pelan.

‘Maaf. Non. Ini udah masak. Tunggu Mbok masukkan piring dulu ya

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tiga Wanita Jagoan   Mimpi

    Suasana café berkonsep minimalis begitu romantis. Iringan alunan musik melankolis mengalun indah. Lampu kecil dengan jumlah banyak menjadi hiasan. Beberapa pasang muda-mudi terlihat mengisi deretan meja. Di slah satu sudut terlihat Ria dan Afran saling beradu tatap.Iris mata hazel milik Afran tak lepas memandangi dengan lekat pada wajah gadis di hadapannya. Ria terlihat gugup serta menundukkan kepalanya. Jemarinya memainkan ujung jilbab. Semilir angin dingin justru membuatnya berkeringat. Rasa gugup begitu menguasai gadis yang tak pernah jatuh cinta tersebut.Sosok lelaki di depan Ria tersebut mengulas senyum. Ria menjadi kikuk dan mati kutu. Ada gelenyar aneh menjalari setiap urat tubuhnya. Degup jantung berdetak lebih cepat dari kerja kondisi normalnya. Benak Ria bertanya-tanya, apakah gerangan yang akan disampaikan oleh Afran.Suara azan salat Subuh terdengar nyaring dari ponsel Ria. Gadis berkulit putih itu mengerjapkan mata serta mengeliat. La

  • Tiga Wanita Jagoan   Tawaran

    “Saya butuh bantuanmu.” Afran menatap serius pada gadis berambut panjang itu. Setelah mereka memutuskan untuk singgah di sebuah café yang sepi, karena masih sore.Ria yang sedang mengaduk sedotan pada minuman teh esnya menghentikan tindakannya. Masih dengan memperhatikan es batu berbentuk dadu yang masih berputar-putar. Alis Ria bertaut---menciptakan kerutan di keningnya.“Maksud, Bapak?” Pertanyaan itu akhirnya tercelos dari bibir berwarna nude itu.“Hm, begini. Saya butuh pengawal, tapi tidak terlihat kentara, artinya saya harus terlihat seperti tidak sedang membawa bodyguard,” terang pria berpostur tinggi itu pada Ria. Kedua manik matanya pun masih menatap lekat pada Ria.“Aduh mata itu, kenapa juga setajam itu ngeliatin akunya,” Ria membatin dalam hatinya.”Eh, tapi mata itu kok bagus kali ya, kayak mata orang Barat aja lah,” lanjut Ria masih membantin. Bayangan mimpi romantis itu

  • Tiga Wanita Jagoan   Kontrak

    “Aman aku akan telepati dengan Tuan Guru Shaleh dulu, percaya sama aku ni,” Bi Tinah meyakinkan.“Makasih kak.” Mata Bi Laila memandang haru, lengkungan senyuman itu pun menghiasi wajahnya. Bi Laila merasa bersyukur bisa berkumpul dengan Bi Tinah dan juga memiliki murid yaitu Ria.Bi Laila harus menyelesaikan masalah anaknya yang menjadi pikirannya beberapa hari ini. Semenjak suaminya memutuskan menikah lagi, ia sebenarnya menerima hal itu dengan lapang dada. Merasakan bahagia juga akhirnya, mantan suaminya dapat pengantinya. Tapi tidak dengan anak mereka. Remaja itu perlu beradaftasi untuk menerima wanita lembut itu menjadi ibunya. Sebenarnya Bi Laila telah menyelidiki latar belakang dari istri mantan suaminya itu. Hasilnya tidak buruk. Wanita itu memiliki catatan yang bersih. Mungkin anaknya saja yang masih memiliki hal yang menganjal. Maka Bi Laila harus menjumpai mereka agar masalah terselesaikan.***Matahari terli

  • Tiga Wanita Jagoan   Usaha Keluarga Clara

    “Aku terlalu gegabah hari itu, maaf,” Paman Tiok memasang wajah serius sembari memperbaiki letak dasinya yang serasa mencekik.“Kau tahu salahmu!” sahut suara sambungan telepon genggam diseberang sana.“Iya Bos, maafkan saya.”“Lain kali jangan gegabah, saya bisa tahu itu pasti ulah kamu, mainmu terlalu kasar itu,” nasihat orang yang sangat dihormati oleh Pamannya si Ria itu mengema seakan menghunus dadanya.“Saya akan ingat itu,dan tak akan mengulanginya.”“Baik, saya pegang kata-kata kamu.”Sambungan pun diputus. Paman Tiok menghela napas berat. Wajahnya terlihat kelam. Tentunya tindakannya kemarin memang terlalu tergesa-gesa. Saat ini di kepalanya muncul rencana yang harus dilaksanakan, dan tentunya tidak bisa lepas dari bantuan dari anak serta istrinya. Paman Tiok memutuskan untuk menjumpai mereka segera.Lelaki perlente berperut buncit itu menggeser lay

  • Tiga Wanita Jagoan   Mulai Sibuk

    Di tempat lain, Ria baru saja selesai jadwal kuliah. Abid serta Nisa mengajak Ria untuk berjalan-jalan dulu setelah mereka selesai makan siang. Tiba-tiba ponsel Ria berdering. Terlihat nama ‘ Si Pak Bos’ pada layar androidnya. Gadis yang saat itu mengenakan baju tunik bermotif pokladot itu menghela napas berat.“Ya, halo. Ada apa Pak?” Ria membuka percakapan.“Segera ke kantor saya, sekarang!” titah suara bariton Afran di sambungan. ‘Siap!” jawab Ria singkat. Bibirnya yang tebal berukuran kecil itu pun maju beberapa senti.“Heh, napa?” tanya Abid. “Jadi nggak yok buruan.” Abid menarik tangan Ria yang tertinggal dari berjalan beriringan dengan Nisa.“Maaf ya, aku—““Tu kan, pasti nggak jadi.” sewot Nisa. Gadis bertubuh gempal itu merasa Ria sudah memiliki kesibukan sendiri. Mereka sudah sangat lama tidak pergi hunting bersama-sam

  • Tiga Wanita Jagoan   Alis Miring

    Pagi Minggu yang cerah. Selesai Salat Subuh Ria menghubungi bibinya serta menjelaskan hal yang terjadi. Bahkan panggilan melalui video call itu pun Ria manfaatkan untuk menunjukan barang-barang baru miliknya. Semula wajah Bi Tinah terlihat datar dan tak suka. Ia meragukan kemampuan keponakannya itu. Selain itu ia khawatir dengan waktu kuliah Ria yang nantinya akan terbagi. Berulang kali Ia menyesalkan atas keputusan Ria yang tanpa meminta pendapatnya terlebih dahulu. Untunglah Bibi Laila membantu Ria, agar Bi Tinah bisa menerima apa yang telah Ria pilih. Berapa kali juga Bi Laila berdecak kagum dengan barang-barang yang telah gadis itu dapatkan untuk menunjang penampilan bekerjanya mendatang.Selanjutnya gadis itu mendapat nasihat yang panjang tentang harusnya ia memiliki kewaspadaan dalam segala hal. Dunia kejam itu ada, kenyataan memang terkadang jauh dari harapan. Kepalsuan akan selalu ada mengiringi kehidupan. Menurut kedua bibinya Ria gadis yang masih lugu dan belu

  • Tiga Wanita Jagoan   Om Bram

    “Rata semua,” Pria bercambang halus itu bergumam. Ketika melihat penampilan Ria dengan busana kerja yang formal. Meski diakuinya wajah gadis di depannya ini sangat menawan, apalagi dengan polesan tipis natural.“Apa, Bapak bilang,” sungut Ria karena samar ia mendengar atasannya itu bersuara.“Tak ada! Segera kita pergi!” ajaknya.Mereka menggunakan mobil Afran yang dikemudikan oleh supir. Ria duduk di belakang di samping Afran hanya diam. Tak ada yang membuka percakapan. Arah mobil menuju keluar dari kota Pekanbaru. Gadis berkulit putih itu hanya memandang ke kaca mobil. Melihat dan menikmati pemandangan sepanjang jalan.Afran yang duduk dengan menyilangkan kakinya, asyik dengan tablet di tangannya. Sepertinya dia pun tak menganggap Ria ada. Gadis itu menghela napas berat, matanya mendadak diserang kantuk. Ia pun terpejam, dinginnya AC mobil membuatnya makin lelap. Tanpa sadar tubuh dan kepala gadis berhijab warna hitam

  • Tiga Wanita Jagoan   Sekap

    “Kau tahu La, aku ni tak enak hati!” Bi Tinah menghentikan kunyahannya, makannya tak begitu berselera setelah mendengar pengaduan Ria semalam.“Kakak terlalu berlebihan, santai kak. Yakinlah Ria pandai jaga diri itu,” Bi Laila mencoba menghibur.“Aku rasa ingin menyusul ke pekanbaru, menjenguknya atau—““Hah, coba telpon dulu.”Bi Tinah meninggalkan meja makan berangsur ke kamar, beberapa detik kemudian keluar dengan membawa ponselnya. Melalui aplikasi berlogo telepon hijau Ia melakukan panggilan video tetapi tak tersambung. Wajah perempuan bermata bulat itu menjadi lebih murung. Gelisah serta khawatir segera menghingapi hatinya.“Mungkin lagi di cas lo,” Bi Laila mengambil ponsel itu. Mengeser layar serta mengulangi panggilan. Hasilnya tetap sama, handphonenya tak aktif.Di saat kedua wanita dewasa itu hanyut dalam pikirannya. Tiba-tiba panggilan masuk terdengar di ponsel Bi

Bab terbaru

  • Tiga Wanita Jagoan   Paman Tiok Menyesal

    Setelah bertanya pada bagian informasi. Ria menuju lantai atas rumah sakit ruangan VVIP menggunakan lift. Melangkah dengan keraguan serta bagaimana ia nantinya harus bersikap terhadap pamannya.Setelah menemukan ruangan Paman Tiok. Pamannya tersebut hanya minta berbicara berdua saja. Bi Tinah dan Bi Laila beriringan ke luar ruangan. Sedangkan Bi Wulan dan Clara seperti tak rela jika tidak ikut mendengar apa yang akan mereka bicarakan. Mereka sangat penasaran. Sayangnya Paman Tiok tetap menyuruh mereka keluar.“Ria,” lemah suara paman Tiok. “Sebenarnya kamu berpihak pada siapa? Paman ini adalah adik satu-satunya dari Bapakmu dan kau tega bekerja pada musuh pamanmu.”“Hm, itu-“ Ria mencoba berpikir mencari kata-kata yang pas untuk berbicara.“Apa?”“Itu, paman. Aku tak tahu jika kalian bermusuhan. Setahuku di pesta hotel itu bukankah kalian merger ya?” tanya Ria dengan memasang wajah polosny

  • Tiga Wanita Jagoan   Playboy Tak dianggap

    Om Tiok segera dilarikan ke rumah sakit. Bi Tinah dan Bi Laila yang saat kejadian masih menginap di rumah mereka ikut serta mengantar ke rumah sakit. Sedangkan Ria sore itu belum berada di rumah. Gadis itu masih berada di kampus, masuk kuliah dijadwal siang. Diagnosis dokter Om Tiok mengalami gangguan pada jantungnya dan oleh dokter harus diopname beberapa hari sampai pulih. Serta tetap melakukan rawat jalan nantinya. Clara dan Bi Wulan begitu panik dan cemas. Mereka berharap kejadian ini tak pernah terjadi. Kondisi perusahaan yang hampir terpuruk dan ditambah lagi kondisi kesehatan yang buruk. Bi Tinah dan Bi Laila bersikap memberi dukungan serta mendoakan agar Om Tiok segera sehat seperti sedia kala. Mata Om Tiok yang semula terpejam mulai terbuka secara perlahan. “Papa!” Clara mendekati brankar. Mata kedua gadis itu berkaca-kaca. Bi Wulan pun melakukan hal yang sama. Mama Clara tersebut mengengam tangan suaminya. “Ria

  • Tiga Wanita Jagoan   Baku Tembak II

    Afran mengangkat wajah dan kesempatan itu digunakan oleh asisten Om Tiok melepaskan tembakan ke arah Afran. Beruntung saja, tangan Ria lebih cepat menyerang dengan menyentak pergelangan tangan itu, sepersekian detik sebelum menarik pelatuk dengan telunjuknya. Amunisi yang keluar dari ujung laras pistolnya meleset, dan hanya memecahkan vas bunga di sudut ruangan.Tanpa menyia-nyiakan waktu Ria kembali menyerang. Kali ini gadis itu mencengkram lengan asisten Om Tiok. Bagas juga sibuk membawa Om Tiok menepi ke sudut ruangan dan mengunci pergerakan lelaki itu.“Bersihkan semuanya,” perintah Bagas kepada pasukan timnya yang di luar.Secepat kilat pria berambut belah tengah itu berlari ke arah asisten om Tiok yang berusaha meraih pistolnya yang tergeletak di lantai. Bagas menarik pelatuk pistol G2nya. Suara letusan senjata api menggaung di udara bersamaan dengan suara erangan dari pria yang terkapar di lantai. Pria itu mengerang kesakitan. Tangan kir

  • Tiga Wanita Jagoan   Baku Tembak I

    “Melihat rincian hari rapat hari ini yang tidak begitu bagus, sebaiknya Bapak bersiap akan kemungkinan terburuk.” Asisten Om Tiok mengingatkan bosnya itu dengan hati-hati. Om Tiok yang berwajah kelam melakukan tarikan napas dalam. “Atur pertemuan tertutup dengan Afrandio, pria itu harus menerima pelajaran akan ulahnya ini.” Om Tiok memerintahkan pada bawahannya tersebut. Ria menerima perintah untuk ikut serta. Sebenarnya Bi Tinah tidak setuju karena niatnya akan mengajukan pembatalan kontrak. Namun, urung karena kemarin belum berhasil menemui Afran secara langsung. Bertolak belakang dengan Bi Laila yang masih memberi kesempatan untuk Ria menambah pengalaman bertualang memicu adrenalin katanya. Afran bersama Ria serta Bagas memenuhi undangan Om Tiok untuk datang pada sebuah tempat pertemuan berupa resort di pinggiran kota. Penjagaan begitu terlihat jelas, beberapa pria pasukan keamanan Om Tiok siaga. Terletak di sebuah lahan yang luas. Bangunan i

  • Tiga Wanita Jagoan   Pengaruh Pemberitaan

    Afran melemparkan Koran yang diserahkan oleh Bagas itu dengan kesal. Pemberitaan yang membuat emosinya naik. Berita heboh terbaca pada deadline surat kabar maupun pemberitaan media elektronik. Terlihat sebuah foto yang terlihat vulgar. Foto Afran dan Clara bersisian sedang berjalan dan satu lagi foto ketika Afran membuat napas buatan. Judul besar : Akankah Pewaris MT Company Grup dan Afrandio Company Grup akan bersatu. “Segera hapus cepat pemberitaan-pemberitaan itu dengan cepat. Tim bekerja harus cepat, cek ip asal berita, lakukan tekanan. Naikkan berita tentang skandal Pak Tiok. Agar sahamnya segera turun,” perintah Afran dengan cepat. “Siap!” Bagas segera menepi serta terlihat sibuk memberi intruksi melalui earphone ht berkomunikasi dengan markas. Sedang Afran menyandarkan punggung serta mengoyang kursi singgasananya dengan pelan. Ia tak menduga juga akan rencana Clara. Untungnya dia telah dulu mempersiapkan hal lain dengan matang. P

  • Tiga Wanita Jagoan   Mimpi dan Aksi Clara

    Mata beriris hazel itu mengerjap. Afran mendesah panjang. Liburan terpaksa ini begitu menyiksa baginya. Clara yang berada di kamar sebelah begitu merepotkan. Malam tadi ia baru saja membawa gadis itu ke club. Ternyata ia baru tahu untuk urusan minum, gadis itu jago mabuk. Berbeda dengannya yang masih bisa terkontrol. Ia sadar tal boleh lepas kendali akibat minuman keras. Ia melirik jam digital di atas nakas, angka telah menunjukan ke 11 : 45, mendekati tengah hari. Pantas saja perutnya mulai bernyanyi minta diisi. Malam tadi ia kembali ke kamar hampir dini hari, setelah mengantar Clara ke kamarnya. Anehnya lagi Afran mimpi yang tak pernah diduga untuk pelepasan hormon testosterone bersama Ria. Mimpi itu begitu terasa menjiwai. Membuat ia merasa jengah sendiri. Mengapa celana mesti basah karena mimpi dewasa dengan gadis kampung pikirnya. Ia pun beranjak ke kamar mandi. Menguyur tubuhnya agar terasa segar. Bahkan ia berlama-lama meletakkan kepala pada guyuran shower un

  • Tiga Wanita Jagoan   Cewek Aneh

    Ria bersiap akan pulang. Berjalan menuju parkiran sepeda motornya."Hei, cewek aneh. Tungguin!" Terdengar suara itu memanggil, asal suara dari sebuah mobil sedan putih yang terparkir di seberang parkiran sepeda motor.Ria tidak merasa sapaan itu ditujukan padanya. Ia tetap melangkah."Hei, iya. Elo cewek aneh" Kembali sosok pria di balik kemudi itu berbicara dekat kacanya diturunkan.Ria menjadi celingak-celinguk memperhatikan sekeliling. Sepi, hanya ia yang sedang menuju sepeda motornya. Itu artinya teguran itu untuknya. Tunggu, kenapa juga panggilannya 'cewek aneh' Ria berkata dalam hati.Pria itu dengan cepat keluar dari mobil serta setengah berlari menghampiri Ria. Gadis yang memiliki kemampuan ilmu kebatinan itu hanya menunggu dengan memasang wajah heran."Hai, kamu gadis aneh itu kan? Kamu terlihat berbeda sekarang?""Maksudnya?" Ria mulai bereaksi dengan bingung. Dia sungguh merasa tak nyaman dengan sapaan pria yang tak dikenal

  • Tiga Wanita Jagoan   Penampilan Ria Kerja dan Kuliah

    “Eh, dah pandai dandan nih anak gadis,” sapaan dari Bi Laila membuat Ria sontak menoleh dari cermin ke arah Bi Laila. Gadis itu tersenyum. Kembali ia mematutkan diri di depan pantulan cermin pada lemari miliknya. Gadis itu mengenakan skirt Pants dengan paduan kemeja berwarna putih polos menyamakan dengan sepatunya yang berwarna putih juga. “Sini, Bibi tolongin dikit, bagian mata ini eyelinernya jangan terlalu tebal, tipis saja. Agar tidak terkesan galak,” saran Bi Laila mendekati Ria lagi. Sesuai rencana mereka akan pergi ke kantor bertiga. Bi Laila dengan mahir menyetir menuju ke kantor milik Afran. “Bapak sedang keluar kota, liburan sampai seminggu ke depannya. Skedulnya hari ini pun banyak diganti ke hari lain,” terang sekretaris Afran ketika mereka bertiga akan bertandang ke ruangan Afran. Ria mengerutkan kening. Pak Afran tidak ada mengkonfirmasi padanya. Bi Laila sibuk celingak-celinguk melihat sekeliling. Sedangkan Bi Tinah memasang wajah

  • Tiga Wanita Jagoan   Rencana Liburan

    “Engkau selama ini terlalu menghabiskan waktu bekerja terus!” Clara berkata dengan antusias. Dia yang dulunya memanggil Afran dengan embel-embel Abang di depan nama pria itu. Sudah tidak lagi. Ia ingin terlihat dewasa dan akan mampu mengimbangi Afran pikirnya. Afran yang menyuap nasi pada mulutnya memandang tajam pada Clara yang baru berucap. Kunyahan belum sempat ia lakukan ketika Clara kembali menyerocos. “Sesekali kau harus menikmati hidup dengan jalan-jalan, santai. Aku bersedia akan menemani,” tawar gadis yang tak tahu malu itu terang-terangan. Afran mencoba memaksakan tersenyum. Rasanya begitu menyiksa, ketika harus berpura-pura. Sebenarnya ia tak suka dengan kondisi ini. Cuma ia harus menahan diri. Demi menyelamatkan perusahaannya. “Boleh juga, kau tau tempat wisata yang bagus?” Clara terkekeh, dia memang gadis yang jika tertawa bertipe lepas. “Saking sibuk kerja, sampai-sampai tak tahu tempat rekreasi?” Clara mengeleng-ge

DMCA.com Protection Status