Share

Alis Miring

Penulis: MEGAWATI SOREK
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pagi Minggu yang cerah. Selesai Salat Subuh Ria menghubungi bibinya serta menjelaskan hal yang terjadi. Bahkan panggilan melalui video call itu pun Ria manfaatkan untuk menunjukan barang-barang baru miliknya. Semula wajah Bi Tinah terlihat datar dan tak suka. Ia meragukan kemampuan keponakannya itu. Selain itu ia khawatir dengan waktu kuliah Ria yang nantinya akan terbagi. Berulang kali Ia menyesalkan atas keputusan Ria yang tanpa meminta pendapatnya terlebih dahulu. Untunglah Bibi Laila membantu Ria, agar Bi Tinah bisa menerima apa yang telah Ria pilih. Berapa kali juga Bi Laila berdecak kagum dengan barang-barang yang telah gadis itu dapatkan untuk menunjang penampilan bekerjanya mendatang.

Selanjutnya gadis itu mendapat nasihat yang panjang tentang harusnya ia memiliki kewaspadaan dalam segala hal. Dunia  kejam itu ada, kenyataan memang terkadang jauh dari harapan. Kepalsuan akan selalu ada mengiringi kehidupan. Menurut kedua bibinya Ria gadis yang masih lugu dan belu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tiga Wanita Jagoan   Om Bram

    “Rata semua,” Pria bercambang halus itu bergumam. Ketika melihat penampilan Ria dengan busana kerja yang formal. Meski diakuinya wajah gadis di depannya ini sangat menawan, apalagi dengan polesan tipis natural.“Apa, Bapak bilang,” sungut Ria karena samar ia mendengar atasannya itu bersuara.“Tak ada! Segera kita pergi!” ajaknya.Mereka menggunakan mobil Afran yang dikemudikan oleh supir. Ria duduk di belakang di samping Afran hanya diam. Tak ada yang membuka percakapan. Arah mobil menuju keluar dari kota Pekanbaru. Gadis berkulit putih itu hanya memandang ke kaca mobil. Melihat dan menikmati pemandangan sepanjang jalan.Afran yang duduk dengan menyilangkan kakinya, asyik dengan tablet di tangannya. Sepertinya dia pun tak menganggap Ria ada. Gadis itu menghela napas berat, matanya mendadak diserang kantuk. Ia pun terpejam, dinginnya AC mobil membuatnya makin lelap. Tanpa sadar tubuh dan kepala gadis berhijab warna hitam

  • Tiga Wanita Jagoan   Sekap

    “Kau tahu La, aku ni tak enak hati!” Bi Tinah menghentikan kunyahannya, makannya tak begitu berselera setelah mendengar pengaduan Ria semalam.“Kakak terlalu berlebihan, santai kak. Yakinlah Ria pandai jaga diri itu,” Bi Laila mencoba menghibur.“Aku rasa ingin menyusul ke pekanbaru, menjenguknya atau—““Hah, coba telpon dulu.”Bi Tinah meninggalkan meja makan berangsur ke kamar, beberapa detik kemudian keluar dengan membawa ponselnya. Melalui aplikasi berlogo telepon hijau Ia melakukan panggilan video tetapi tak tersambung. Wajah perempuan bermata bulat itu menjadi lebih murung. Gelisah serta khawatir segera menghingapi hatinya.“Mungkin lagi di cas lo,” Bi Laila mengambil ponsel itu. Mengeser layar serta mengulangi panggilan. Hasilnya tetap sama, handphonenya tak aktif.Di saat kedua wanita dewasa itu hanyut dalam pikirannya. Tiba-tiba panggilan masuk terdengar di ponsel Bi

  • Tiga Wanita Jagoan   Bantuan Gaib

    Mendadak hawa panas terasa, meski angin justru berembus dengan kencang. Afran yang tidak tahu apa-apa, hanya bisa terkejut. Afran melihat tiba-tiba ikatan pada tubuh mereka tiba-tiba putus dengan sendirinya. Ria segera berdiri, menarik tangan Afran agar mengikutinya. Terdengar knop pintu yang terkunci itu bergerak sendiri, pintu pun terbentang mempersilahkan mereka keluar. Mereka dihadang dua pengawal yang semalam telah berkelahi dengan Ria. Perkelahian pun terjadi, Afran pun beraksi menunjukan kebolehannya. Kekuatan dari alam gaib pun masih berlangsung, sampai kedua pengawal itu terhuyung tanpa sebab. Afran dan Ria terus berlari mencari jalan keluar. Ternyata di pintu gerbang segerombolan pengawal telah menghadang mereka. Adu kekuatan dengan jumlah berbeda itu pun tak terelakkan lagi. Mereka menghadapi pasukan khusus terlatih yang jumlahnya sangat ramai, membuat mereka kewalahan. Untung saja bantuan dari jin penghuni pulau itu ikut serta memberi keku

  • Tiga Wanita Jagoan   Salah Sasaran

    Kaki–kaki Afran dan Ria berusaha melangkah dengan pelan. Agar tak menimbulkan gemerisik pada rerumputan semak belukar. Mereka memiliki pemikiran yang sama seharusnya menuju garis pantai tujuan akhir. Agar bisa meninggalkan dengan makin memasuki hutan semak ini. Akhirnya bagaimana pun caranya kedua pengawal yang tersisa harus bisa mereka lumpuhkan. Terdengar letusan nyaring, suara tembakan. Tubuh Ria terkesiap. Letusan itu berasal dari salah satu pengawal Om Bram yang menembak ke arah atas. Mereka berdua mengarahkan pistol tersebut ke arah Afran dan Ria. “Hand’up” Mereka semakin mendekat. “Jangan melakukan gerakan, serahkan pistol, ikut kami!” bentaknya lagi. Afran hanya tersenyum tipis, bagaimana pun dia merasa pada masih diuntungkan. Kedua pengawal ini pasti tak akan berani membunuhnya karena belum dapat intruksi dari Om Bram. “Biar lebih jantan ayo kita duel tangan kosong, bukankah memalukan seorang pria memaksa dengan pistol,” ejek Af

  • Tiga Wanita Jagoan   Bagas Sang Asisten

    “Harap menyerah, sebelum kami memborbardir kalian dengan bom!” Bagas berteriak menggunakan pengeras suara. Ketika jarak mereka hanya tinggal sekitar lima meter mendekati Speed Boat yang di dalamnya terdapat Afran dan Ria. Afran yang besembunyi di balik kemudi, memandang ke arah Ria. Seakan meminta pendapat gadis yang jilbabnya sudah tak beraturan itu Keponakan Bi Tinah itu hanya menaikan kedua bahunya. Pikiran menganalisa sedang berkecamuk di otak pria berhidung mancung itu, jika pun mereka memilih menceburkan diri ke air, jika serangan bom itu benar adanya. Mereka belum tahu kedalaman air laut di daerah tersebut. Ia pun belum sempat menanyakan pad aria apakah gadis itu memiliki kemampuan berenang dan menyelam. Pilihan sulit, maka tanpa menjelaskan pada Ria ia menarik pergelangan tangan Ria untuk di naikkan ke atas kepala masing-masing. Tak lama berselang Afran dan Ria berdiri pada ujung Speed Boat dengan mengangkat kedua tangan mereka ke atas. Bagas sangat terkejut

  • Tiga Wanita Jagoan   Emosi Afran

    Ria melangkah dengan jalan yang seperti setengah berlari. Mengiringi langkah Afran dan Bagas yang melangkah lebar. Gadis itu sedikit kewalahan mengimbangi langkah kedua pria tinggi itu yang cepat. Mereka memasuki gedung di belakang perusahaan. Gedung berlantai tiga berbentuk kubah menghadap jalan besar. Berdiri dengan kokoh dilindungi pagar tinggi dengan langit biru yang membingkai atasnya. Pelatarannya luas dengan pohon rindang tertanam sepanjang pagar. Terdapat tulisan’Security’ di puncak banguannya. Pintu langsung dijaga ketat. “Selamat pagi, Pak. Sebelah sini,” sapa seorang pria berbadan tegap mengarahkan mereka ke lift. Dengan sigapnya Bagas melakukan scan ID di sensor yang disediakan di atas tombol lift. Setelah konfirmasi diterima ia memencet lantai basement. Ada dua lantai di bawah. Lantai basement A untuk operasional, sedangkan yang satunya merupakan tempat rahasia peralatan mereka. Sedangkan dua lantai di atas adalah kantor divisi keamanan yan

  • Tiga Wanita Jagoan   Afran dan Clara

    Di ruangan bercat putih bersih, pada brankar tubuh Om Bram di pasangi berbagai alat. Keluarga belum diperbolehkan untuk menjenguk. Kondisinya kritis, dan telah lama tak sadarkan diri. Luka di kepalanya mengakibatkan memar pada bagian dalam. Pembekuan darah terjadi, membuat tubuh itu lumpuh. Di tambah usianya yang telah tak muda lagi. Para tim dokter dan beberapa perawat keluar dari ruangan. Disambut oleh sang istri dengan kecemasan. “Bagaimana keadaan suami saya, Dok?” Wanita yang masih terlihat awet muda itu bertanya dengan terburu-buru. “Kita bahas ke ruangan saya ya, Bu.” Ruangan dokter yang nyaman dengan pendingin itu tidak membuat Mita---istri Om Bram merasa nyaman. Khawatir dan ketakutan tentu saja mengelayuti dirinya. “Dengan sangat menyesal. Kemungkinan hanya tinggal sedikit. Saya menyarankan Bapak Bram bisa di bawa ke Singapura atau Amerika saja. Karena di sana ada yang ahli khusus menanggani cedera otak komplikasi penyakit neurodegeratif,” j

  • Tiga Wanita Jagoan   Rencana Liburan

    “Engkau selama ini terlalu menghabiskan waktu bekerja terus!” Clara berkata dengan antusias. Dia yang dulunya memanggil Afran dengan embel-embel Abang di depan nama pria itu. Sudah tidak lagi. Ia ingin terlihat dewasa dan akan mampu mengimbangi Afran pikirnya. Afran yang menyuap nasi pada mulutnya memandang tajam pada Clara yang baru berucap. Kunyahan belum sempat ia lakukan ketika Clara kembali menyerocos. “Sesekali kau harus menikmati hidup dengan jalan-jalan, santai. Aku bersedia akan menemani,” tawar gadis yang tak tahu malu itu terang-terangan. Afran mencoba memaksakan tersenyum. Rasanya begitu menyiksa, ketika harus berpura-pura. Sebenarnya ia tak suka dengan kondisi ini. Cuma ia harus menahan diri. Demi menyelamatkan perusahaannya. “Boleh juga, kau tau tempat wisata yang bagus?” Clara terkekeh, dia memang gadis yang jika tertawa bertipe lepas. “Saking sibuk kerja, sampai-sampai tak tahu tempat rekreasi?” Clara mengeleng-ge

Bab terbaru

  • Tiga Wanita Jagoan   Paman Tiok Menyesal

    Setelah bertanya pada bagian informasi. Ria menuju lantai atas rumah sakit ruangan VVIP menggunakan lift. Melangkah dengan keraguan serta bagaimana ia nantinya harus bersikap terhadap pamannya.Setelah menemukan ruangan Paman Tiok. Pamannya tersebut hanya minta berbicara berdua saja. Bi Tinah dan Bi Laila beriringan ke luar ruangan. Sedangkan Bi Wulan dan Clara seperti tak rela jika tidak ikut mendengar apa yang akan mereka bicarakan. Mereka sangat penasaran. Sayangnya Paman Tiok tetap menyuruh mereka keluar.“Ria,” lemah suara paman Tiok. “Sebenarnya kamu berpihak pada siapa? Paman ini adalah adik satu-satunya dari Bapakmu dan kau tega bekerja pada musuh pamanmu.”“Hm, itu-“ Ria mencoba berpikir mencari kata-kata yang pas untuk berbicara.“Apa?”“Itu, paman. Aku tak tahu jika kalian bermusuhan. Setahuku di pesta hotel itu bukankah kalian merger ya?” tanya Ria dengan memasang wajah polosny

  • Tiga Wanita Jagoan   Playboy Tak dianggap

    Om Tiok segera dilarikan ke rumah sakit. Bi Tinah dan Bi Laila yang saat kejadian masih menginap di rumah mereka ikut serta mengantar ke rumah sakit. Sedangkan Ria sore itu belum berada di rumah. Gadis itu masih berada di kampus, masuk kuliah dijadwal siang. Diagnosis dokter Om Tiok mengalami gangguan pada jantungnya dan oleh dokter harus diopname beberapa hari sampai pulih. Serta tetap melakukan rawat jalan nantinya. Clara dan Bi Wulan begitu panik dan cemas. Mereka berharap kejadian ini tak pernah terjadi. Kondisi perusahaan yang hampir terpuruk dan ditambah lagi kondisi kesehatan yang buruk. Bi Tinah dan Bi Laila bersikap memberi dukungan serta mendoakan agar Om Tiok segera sehat seperti sedia kala. Mata Om Tiok yang semula terpejam mulai terbuka secara perlahan. “Papa!” Clara mendekati brankar. Mata kedua gadis itu berkaca-kaca. Bi Wulan pun melakukan hal yang sama. Mama Clara tersebut mengengam tangan suaminya. “Ria

  • Tiga Wanita Jagoan   Baku Tembak II

    Afran mengangkat wajah dan kesempatan itu digunakan oleh asisten Om Tiok melepaskan tembakan ke arah Afran. Beruntung saja, tangan Ria lebih cepat menyerang dengan menyentak pergelangan tangan itu, sepersekian detik sebelum menarik pelatuk dengan telunjuknya. Amunisi yang keluar dari ujung laras pistolnya meleset, dan hanya memecahkan vas bunga di sudut ruangan.Tanpa menyia-nyiakan waktu Ria kembali menyerang. Kali ini gadis itu mencengkram lengan asisten Om Tiok. Bagas juga sibuk membawa Om Tiok menepi ke sudut ruangan dan mengunci pergerakan lelaki itu.“Bersihkan semuanya,” perintah Bagas kepada pasukan timnya yang di luar.Secepat kilat pria berambut belah tengah itu berlari ke arah asisten om Tiok yang berusaha meraih pistolnya yang tergeletak di lantai. Bagas menarik pelatuk pistol G2nya. Suara letusan senjata api menggaung di udara bersamaan dengan suara erangan dari pria yang terkapar di lantai. Pria itu mengerang kesakitan. Tangan kir

  • Tiga Wanita Jagoan   Baku Tembak I

    “Melihat rincian hari rapat hari ini yang tidak begitu bagus, sebaiknya Bapak bersiap akan kemungkinan terburuk.” Asisten Om Tiok mengingatkan bosnya itu dengan hati-hati. Om Tiok yang berwajah kelam melakukan tarikan napas dalam. “Atur pertemuan tertutup dengan Afrandio, pria itu harus menerima pelajaran akan ulahnya ini.” Om Tiok memerintahkan pada bawahannya tersebut. Ria menerima perintah untuk ikut serta. Sebenarnya Bi Tinah tidak setuju karena niatnya akan mengajukan pembatalan kontrak. Namun, urung karena kemarin belum berhasil menemui Afran secara langsung. Bertolak belakang dengan Bi Laila yang masih memberi kesempatan untuk Ria menambah pengalaman bertualang memicu adrenalin katanya. Afran bersama Ria serta Bagas memenuhi undangan Om Tiok untuk datang pada sebuah tempat pertemuan berupa resort di pinggiran kota. Penjagaan begitu terlihat jelas, beberapa pria pasukan keamanan Om Tiok siaga. Terletak di sebuah lahan yang luas. Bangunan i

  • Tiga Wanita Jagoan   Pengaruh Pemberitaan

    Afran melemparkan Koran yang diserahkan oleh Bagas itu dengan kesal. Pemberitaan yang membuat emosinya naik. Berita heboh terbaca pada deadline surat kabar maupun pemberitaan media elektronik. Terlihat sebuah foto yang terlihat vulgar. Foto Afran dan Clara bersisian sedang berjalan dan satu lagi foto ketika Afran membuat napas buatan. Judul besar : Akankah Pewaris MT Company Grup dan Afrandio Company Grup akan bersatu. “Segera hapus cepat pemberitaan-pemberitaan itu dengan cepat. Tim bekerja harus cepat, cek ip asal berita, lakukan tekanan. Naikkan berita tentang skandal Pak Tiok. Agar sahamnya segera turun,” perintah Afran dengan cepat. “Siap!” Bagas segera menepi serta terlihat sibuk memberi intruksi melalui earphone ht berkomunikasi dengan markas. Sedang Afran menyandarkan punggung serta mengoyang kursi singgasananya dengan pelan. Ia tak menduga juga akan rencana Clara. Untungnya dia telah dulu mempersiapkan hal lain dengan matang. P

  • Tiga Wanita Jagoan   Mimpi dan Aksi Clara

    Mata beriris hazel itu mengerjap. Afran mendesah panjang. Liburan terpaksa ini begitu menyiksa baginya. Clara yang berada di kamar sebelah begitu merepotkan. Malam tadi ia baru saja membawa gadis itu ke club. Ternyata ia baru tahu untuk urusan minum, gadis itu jago mabuk. Berbeda dengannya yang masih bisa terkontrol. Ia sadar tal boleh lepas kendali akibat minuman keras. Ia melirik jam digital di atas nakas, angka telah menunjukan ke 11 : 45, mendekati tengah hari. Pantas saja perutnya mulai bernyanyi minta diisi. Malam tadi ia kembali ke kamar hampir dini hari, setelah mengantar Clara ke kamarnya. Anehnya lagi Afran mimpi yang tak pernah diduga untuk pelepasan hormon testosterone bersama Ria. Mimpi itu begitu terasa menjiwai. Membuat ia merasa jengah sendiri. Mengapa celana mesti basah karena mimpi dewasa dengan gadis kampung pikirnya. Ia pun beranjak ke kamar mandi. Menguyur tubuhnya agar terasa segar. Bahkan ia berlama-lama meletakkan kepala pada guyuran shower un

  • Tiga Wanita Jagoan   Cewek Aneh

    Ria bersiap akan pulang. Berjalan menuju parkiran sepeda motornya."Hei, cewek aneh. Tungguin!" Terdengar suara itu memanggil, asal suara dari sebuah mobil sedan putih yang terparkir di seberang parkiran sepeda motor.Ria tidak merasa sapaan itu ditujukan padanya. Ia tetap melangkah."Hei, iya. Elo cewek aneh" Kembali sosok pria di balik kemudi itu berbicara dekat kacanya diturunkan.Ria menjadi celingak-celinguk memperhatikan sekeliling. Sepi, hanya ia yang sedang menuju sepeda motornya. Itu artinya teguran itu untuknya. Tunggu, kenapa juga panggilannya 'cewek aneh' Ria berkata dalam hati.Pria itu dengan cepat keluar dari mobil serta setengah berlari menghampiri Ria. Gadis yang memiliki kemampuan ilmu kebatinan itu hanya menunggu dengan memasang wajah heran."Hai, kamu gadis aneh itu kan? Kamu terlihat berbeda sekarang?""Maksudnya?" Ria mulai bereaksi dengan bingung. Dia sungguh merasa tak nyaman dengan sapaan pria yang tak dikenal

  • Tiga Wanita Jagoan   Penampilan Ria Kerja dan Kuliah

    “Eh, dah pandai dandan nih anak gadis,” sapaan dari Bi Laila membuat Ria sontak menoleh dari cermin ke arah Bi Laila. Gadis itu tersenyum. Kembali ia mematutkan diri di depan pantulan cermin pada lemari miliknya. Gadis itu mengenakan skirt Pants dengan paduan kemeja berwarna putih polos menyamakan dengan sepatunya yang berwarna putih juga. “Sini, Bibi tolongin dikit, bagian mata ini eyelinernya jangan terlalu tebal, tipis saja. Agar tidak terkesan galak,” saran Bi Laila mendekati Ria lagi. Sesuai rencana mereka akan pergi ke kantor bertiga. Bi Laila dengan mahir menyetir menuju ke kantor milik Afran. “Bapak sedang keluar kota, liburan sampai seminggu ke depannya. Skedulnya hari ini pun banyak diganti ke hari lain,” terang sekretaris Afran ketika mereka bertiga akan bertandang ke ruangan Afran. Ria mengerutkan kening. Pak Afran tidak ada mengkonfirmasi padanya. Bi Laila sibuk celingak-celinguk melihat sekeliling. Sedangkan Bi Tinah memasang wajah

  • Tiga Wanita Jagoan   Rencana Liburan

    “Engkau selama ini terlalu menghabiskan waktu bekerja terus!” Clara berkata dengan antusias. Dia yang dulunya memanggil Afran dengan embel-embel Abang di depan nama pria itu. Sudah tidak lagi. Ia ingin terlihat dewasa dan akan mampu mengimbangi Afran pikirnya. Afran yang menyuap nasi pada mulutnya memandang tajam pada Clara yang baru berucap. Kunyahan belum sempat ia lakukan ketika Clara kembali menyerocos. “Sesekali kau harus menikmati hidup dengan jalan-jalan, santai. Aku bersedia akan menemani,” tawar gadis yang tak tahu malu itu terang-terangan. Afran mencoba memaksakan tersenyum. Rasanya begitu menyiksa, ketika harus berpura-pura. Sebenarnya ia tak suka dengan kondisi ini. Cuma ia harus menahan diri. Demi menyelamatkan perusahaannya. “Boleh juga, kau tau tempat wisata yang bagus?” Clara terkekeh, dia memang gadis yang jika tertawa bertipe lepas. “Saking sibuk kerja, sampai-sampai tak tahu tempat rekreasi?” Clara mengeleng-ge

DMCA.com Protection Status