Kata-kata penuh perhatian Yeni membuat Agnes kembali sadar.“Aku baik-baik saja,” jawab Agnes.“Kakak, senang sekali Kakak akhirnya kembali.” Yeni melangkah maju dan memegang lengan Agnes. Tatapan mesra mereka membuat orang lain berpikir bahwa kedua saudari itu memiliki hubungan yang baik.“Kalau begitu, kalian ngobrolnya pelan-pelan saja ya.” Ziza dengan sangat pengertian meninggalkan mereka.Yeni memegang tangan Agnes dengan erat, wajahnya penuh dengan kegembiraan setelah lama tidak melihat Agnes. “Kakak, aku sangat merindukanmu setelah bertahun-tahun tidak bertemu. Kamu bahkan tidak meneleponku dan ayahku selama bertahun-tahun. Kamu tidak tahu betapa khawatirnya kami padamu.”Agnes hanya tersenyum, tidak berkata apa-apa, dan menarik tangannya dengan agak tidak nyaman.Yeni tertegun sejenak, lalu tersenyum polos. “Kakak, kamu sudah kembali sekarang, pulanglah ke rumah untuk makan malam hari ini, kamu pasti akan sangat senang melihat orang tuamu.”“Lupakanlah hal itu.” Agnes menolak d
Agnes kembali ke rumah dengan langkah berat. Sepanjang sore, dia masih belum menemukan cara untuk merancang desainnya yang bertema cinta dan romansa.“Leo, Bintang, Ibu kembali.”Ketika Agnes membuka pintu dan melihat apartemen yang rapi dan berkilau, suasana hatinya langsung pulih."Ibu!" Leo mendatanginya, memberikan sandal, dan menyambutnya."Yang Mulia Permaisuri, silakan!""Dasar bocah!" Agnes tertawa dan semua rasa lelahnya langsung hilang.“Yang Mulia Permaisuri, silakan minum air.”Bintang datang membawa air dan menyerahkannya dengan hormat.Agnes tersenyum, mengulurkan tangannya, dan memeluk mereka.“Ibu, aku sangat lapar.” Leo menyentuh perutnya dan dia terlihat seperti orang yang sangat kelaparan. Agnes tertawa dan semua kekhawatirannya hilang. Dia menepuk keningnya dan berkata dengan marah, "Kamu ini yang paling cepat lapar.""Bagaimana kalau Ibu membuatkanmu pasta?""Ok!"Kedua bersaudara itu melompat dengan gembira.Agnes masuk ke dapur sambil tersenyum. Dia merasa tidak
Kembali ke kamar, Leo bergumam, “Apa yang harus aku lakukan? Bintang, Ibu masih mau tinggal di sini untuk beberapa hari lagi."Bintang mulai berpikir."Menurutmu, bagaimana kalau orang jahat itu akan menindas Ibu lagi atau sengaja membawa tunangannya untuk menyakiti hati Ibu?"Bagi Leo, Gideon Gandrio itu seperti penjahat yang ada di TV, yang mampu melakukan segala macam kejahatan.“Kalau begitu, mari kita cegah dia menindas ibu.”Karena itu, Bintang bergerak dan menyalakan komputer.*Di Vila Ocean“Kevin, buka pintunya.” Gideon berdiri di depan pintu dan sudah mengetuk pintu hampir setengah jam.Kevin, yang mengunci diri di dalam kamar, sedang menggambar di papan gambar dengan wajah datarnya.Gambar demi gambar, seolah sedang menyelesaikan suatu tugas.“Kevin, kalau kamu tidak membuka pintu lagi, aku akan menggunakan kunci cadangan untuk membuka pintu dan masuk.”Masih belum ada respon dari dalam.Tepat ketika Gideon hendak membuka pintu, Geri datang dengan ekspresi serius.“Pak Gideo
Untuk menyelesaikan pekerjaannya lebih awal, Agnes tiba di perusahaan lebih pagi dan mulai mendesain model perhiasan.Tapi dia tidak puas dengan setiap gambar rancangan yang dia buat, jadi dia meremasnya dan melemparkannya ke lantai. Sekarang lantai penuh dengan sampah kertas.Tok! Tok! Tok!Ketukan di pintu membuyarkan pikirannya."Masuk!"Yeni masuk sambil membawa kopi. “Kak, kamu sudah sibuk sepanjang hari, minumlah kopi dan bersantai dulu."Yeni kaget saat melihat sampah berserakan di lantai.“Terima kasih!” kata Agnes dengan sopan.Yeni Liberty adalah orang asing yang paling akrab baginya.Terkait dengan Andara Shint, ayahnya Yeni, yang berkuasa di keluarganya, hal itu tidak membuat Agnes membenci ayah dan anak itu. Dikarenakan memang ayahnya Agnes tidak punya kesalahan apa-apa dan dikhianati oleh Ibunya sendiri.Jika sang ibu benar-benar mencintai ayahnya, bagaimanapun baiknya Andara, sang ibu pasti bisa menahan dirinya. Namun, ketika seseorang sudah memilih untuk berkhianat, ora
Setelah Agnes menghabiskan banyak tenaga dan pikirannya, akhirnya sketsa desainnya selesai. Melihat hasil desainnya, senyum puas muncul di bibirnya.Namun, kepuasannya saja tidak cukup. Dia harus menunjukkannya kepada Gideon, si pria yang sulit dihadapi, agar Gideon juga puas dengan hal itu.Agnes datang ke Perusahaan Bintang Utara Internasional dengan membawa hasil desainnya. Setiap kali dia melihat Gideon, dia gugup dan panik.Meskipun pria itu sangat membencinya dan sering melukai hatinya dengan kata-kata, tetapi perasaan berdebar saat dulu pertama kali bertemu dengannya itu masih ada “Pak Gideon, Nona Agnes sudah tiba.” Sekretaris mengundang Agnes masuk.Agnes masuk ke kantor sambil memegang rancangan desain dengan erat, sementara Gideon menundukkan kepalanya melihat dokumen tanpa mengangkat kepalanya."Pak Gideon, ini gambar yang aku rancang. Silakan dilihat." Agnes menyerahkan desainnya.Gideon tidak hanya mengabaikannya, tetapi bahkan tidak mengangkat kepalanya.Agnes cemberut,
Gideon meletakkan tangannya di atas meja, berdiri dengan bantuan kekuatannya, dan setengah membungkuk mendekati Agnes.“Sebagai seorang kepala desainer, kamu bertanya kepadaku?”Agnes, secara spontan, melangkah mundur dan memberi jarak.Dia takut jaraknya terlalu dekat dan dia tidak bisa mengendalikan hatinya yang gelisah."Aku ... aku hanya meminta pendapatmu karena setiap orang memiliki pemahaman yang berbeda tentang cinta dan romansa."Gideon mencibir, “Itu kamu tahu."Kalimat “itu kamu tahu” seakan seperti pisau yang menusuk hati Agnes dalam-dalam."Desainmu benar-benar mirip dengan Agnes yang penuh angan-angan." Gideon memasang senyuman sinis di bibirnya.Tampaknya hanya penyerangan secara verbal kepada Agnes bisa mengurangi kebencian Gideon terhadap Agnes.Agnes tidak membalasnya. Benar seperti yang pria itu katakan saat itu. Agnes terlalu memaksakan cintanya pada pria di depannya itu dan tidak pernah bertanya padanya apakah dia bersedia."Agnes, kamu harus kembali dan selesaikan
Mendengar kata-kata itu, Agnes merasa sangat sedih.“Kevin, Kevin, ini Ibu.” Agnes mengetuk pintu dengan lembut, tidak ingin menakuti Kevin.Di dalam kamar, ketika Kevin mendengar suara Agnes, dia sedikit terkejut, dan mengira kalau dia sedang berhalusinasi.“Kevin, Kevin, ini Ibu, bisakah kamu membuka pintunya?”ujar Agnes.Melihat Agnes yang juga gagal membuat pintunya terbuka, Gideon mencibir dengan nada menghina.Gideon merasa, dia terlalu berekspektasi tinggi pada wanita itu.Selama tujuh tahun ini tidak pernah bertemu, bagaimana mungkin Gideon masih ada perasaan.Namun, sebelum senyuman di sudut bibirnya benar-benar hilang, pintu kamar tiba-tiba terbuka.Kevin berdiri di depan pintu, menatap Agnes dengan pandangan kosong.Baru sehari sejak tidak bertemu, tetapi terlihat jelas bahwa Kevin terlihat lebih kurus. Hati Agnes sangat sakit. Dia mengulurkan tangannya untuk memegang tangan Kevin, mencoba menahan emosinya, tetapi suaranya sedikit bergetar."Kevin, kenapa kamu mengunci diri
Agnes?Senyum Rinta membeku saat dia melihat ke arah Agnes yang berdiri di depan meja makan.Agnes juga kaget.Dia tidak menyangka akan melihat Rinta di Vila Ocean.Dia sudah mengetahui bahwa Rinta menyukai Gideon sejak masih di sekolah menengah.Dia dan Rola adalah teman baik dan Rola dengan Rinta juga teman baik.Dia dan Rinta hanyalah sebatas kenal dan mungkin karena mereka jatuh cinta dengan orang yang sama pada saat yang sama, mereka selalu tidak cocok.Rola bahkan dengan bercanda berkata di awal dengan kata-kata, “Kalian berdua menyukai kakakku, coba saja kejar dia. Siapa pun yang berhasil, dia akan menjadi kakak iparku."Setelah lulus SMA, Rinta pergi lanjut studi ke luar negeri.Pada saat itu, Agnes bersyukur tidak ada lagi yang akan memperebutkan Gideon.Sekarang kalau dipikir-pikir, sungguh ironis.“Agnes?” Rinta dengan senyum terpaksa berkata, “Kapan kamu kembali?”Dia melangkah maju dan memegang tangan Agnes dengan penuh kasih, seolah-olah mereka adalah teman dekat yang sud