Cakra langsung menakan tombol merah dia tidak melanjutkan percakapan dengan Della. Semuanya panik karena mendengar suara teriakkan dari Alena. "Sayang, kalian kenapa! Halo, Sayang! Kamu dengar aku? Ya Tuhan, ada apa ini! Alena kamu dengar aku!" pekik Cakra dengan kencang. "Tenang dulu, kamu hubungi dulu anak buahmu yang sering ikut Alena tanyakan dimana mereka, cepat. Aku akan minta anak buahku ke sana, cepatlah!" teriak Beno meminta Cakra menghubungi Bejo dan Bule. Cakra segera meraih ponselnya, dia gemetar saat memegang ponselnya. Dia tidak menyangka kalau keluarga kecilnya akan mendapatkan masalah lagi. Dia berpikir setelah kejadian itu tidak terjadi apapun. Nyatanya dia salah, ini yang dia takutkan membawa Alena dan si kembar keluar tanpa pengawasan darinya. Panggilan Cakra masuk tapi tidak dijawab sama sekali. Cakra hanya mengumpat berkali-kali karena kedua bodyguardnya tidak menjawab panggilan darinya. Situasi panik, Luna terus memanggil Alena tapi nyatanya Luna hanya menden
Cakra saat ini berada di rumah sakit. Dia membawa Alena ke rumah sakit dan saat ini Alena dirawat di VVIP. Cakra setia menemani Alena, dirinya tidak mau meninggalkan Alena sedikitpun. Sedangkan Cakra dan tiga sahabatnya mengejar orang yang sudah menculik si kembar. "Sayang, cepat bangun. Aku menunggu kamu, aku tidak mau kehilanganmu. Kamu yang sabar ya, aku akan cari si kembar sampai dapat dan maafkan aku ya," ucap Cakra dengan suara lirih. Cakra tidak menyangka ketiga buah hatinya diculik oleh musuh mafianya. Selama ini Cakra sudah tidak lagi bergelut dengan yang namanya mafia, dia hanya memantau keadaan musuhnya agar tidak menyerangnya tapi dia kecolongan. Cakra dan anak buahnya mencari di seluruh markas besar Klan Minamoto dan Klan Woody, dia tidak akan melepaskan siapapun yang sudah menculik anaknya. Seminggu sudah Cakra mencari buah hatinya tapi sayangnya, tidak ketemu juga. "Eugh, sa-sakit!" suara erangan dari Alena membuat Cakra bahagia. Seminggu Alena tidak sadarkan diri
Cakra segera berlari menuju lift. Anak buah Cakra mengikuti Cakra dari belakang. Cakra juga mengkonfirmasi ke anak buahnya yang lain untuk segera mengikuti dirinya ke markas tersebut. "Aku harap mereka ada di sana, aku akan menghabisi mereka yang sudah menculik anak-anakku, tidak akan aku biarkan mereka sedikitpun melukai mereka jika sampai kulit anakku tergores sedikitpun, maka aku akan buat mereka menyesal seumur hidupnya," ucap Cakra yang saat ini berada di dalam lift. Pintu lift segera tertutup dan perlahan turun ke lantai bawah di mana anak buah Cakra sudah berkumpul. Tuan Rosario juga sudah memerintahkan anak buahnya mengikuti Cakra untuk menyelamatkan cucunya. Sesampainya di lantai bawah, Cakra melangkahkan kaki menuju ke mobil yang sudah menunggu dia untuk ke markas mafia klan Minamoto dan Klan Woody. "Cepat kita ke sana, aku tidak mau sampai mereka melukai anakku, cepatlah!" Cakra memerintahkan kepada supir untuk segera melajukan mobil. ***Di tempat lain, Della yang t
Perjuangan Cakra untuk sampai di tempat tersebut akhirnya membuahkan hasil, Cakra sampai di mana asisten dan sahabatnya berada. Cakra turun dari mobil dan berjalan menuju tempat di mana sahabatnya dan asistennya menunggu dirinya. "Apa kalian sudah menemukan tempat di mana anak-anakku, berada?" tanya Cakra dengan antusias. "Sudah bos, kami sudah menemukan lokasi di mana si kembar berada. Ayo kita bergerak sekarang, kita tidak punya waktu, saya takutnya mereka akan membawa si kembar pergi dari negara ini," jawab Arvin. Cakra menganggukkan kepala, dia segera berlari kembali ke dalam mobil, bersama dengan yang lainnya. Mereka segera ke tempat penyangkapan si kembar sedangkan di tempat tersebut Minahasiro dan Felix serta Della sudah berada di tempat di mana si kembar berada. Mereka melihat ketiga anak dari Cakra duduk di bawah dan wajahnya begitu tenang. "Coba lihat,.masih kecil tapi kelakuan sudah seperti orang dewasa, tidak ada rasa takut sama sekali , benar-benar luar biasa bukan
Cakra yang di tantang oleh musuhnya tersenyum kecil, dia tidak menyangka kalau musuhnya begitu berani menantang dirinya. Walaupun saat ini Kiano bersama pria ini tidak membuat dia takut. "Tidak berani bukan? Hahaha, jangan bermimpi untuk menakuti aku kamu pikir aku akan takut? Tidak akan, aku tidak takut sama sekali, pengecut," ejek Minahasiro kepada Cakra. Cakra yang sudah memegang senjata apinya tersenyum kecil. Senjata tersebut diarahkan kepada Minahasiro yang saat menggendong si bungsu yang menangis memandang ke arah Cakra. Ada rasa sedih di dalam hati Cakra melihat si kembar menangis. "Daddy, tolong, Mommy, hiks!" Kiano menangis memanggil dirinya dan Alena. Sahabat Cakra dan asistennya tidak tega melihat si bungsu menangis. Dirinya benar-benar ingin sekali membantu Cakra menghabisi si mafia tengil ini. Tapi, apa daya dirinya selalu menahan diri karena ini urusan dengan sahabatnya. "Sabar ya, kamu tenang jangan takut. Daddy ada, Daddy akan selamatkan kamu ya," ucap Cakra deng
Cakra akhirnya bisa membawa ke tiga anaknya kembali ke rumah untuk bertemu dengan anaknya. Cakra benar-benar tidak bisa menutup kebahagiaannya. "Daddy, apa mereka akan menculik kami lagi?" tanya Kenzi kepada Cakra. Cakra yang mendengar apa yang di katakan oleh si sulung terdiam karena dia tidak tau apakah mereka akan menculik anaknya lagi atau tidak. "Kalian tenang saja, Daddy tidak akan membiarkan mereka menculik kalian lagi. Kalian akan dijaga dengan ketat, kalian juga tidak boleh pergi tanpa Mommy dan Daddy ok," jawab Cakra. Ketiganya menganggukkan kepala mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Cakra. Mobil terus melaju menuju rumah, mereka tidak diizinkan ke rumah sakit. Alena yang berada di rumah sakit hanya bisa diam dan berharap ketiga buah hatinya selamat. Ibu Fatimah mengusap tangan anaknya, dia tau anaknya saat ini memikirkan cucunya. "Sayang, sudah ya, kamu tidak perlu sedih lagi, ingat kamu harus kuat dan percaya jika Cakra pasti bisa selamatkan anakmu. Kamu berdoa s
Cakra yang saat ini berada di dekat Alena mulai meraba sang istri, dia ingin menumpahkan semua yang bergejolak di dalam dirinya. Apa lagi si otong sudah mulai berkembang dan mendesak untuk bertemu dengan pawangnya. "Otong ingin ketemu pawangnya, apa kamu mau, Sayang. Kita buat ruangan ini indah," ucap Cakra sambil mengedipkan matanya. Alena tersipu malu mendengar apa yang dikatakan oleh Cakra dirinya tidak menyangka kalau Cakra akan mengatakan itu padanya. Alena menyembunyikan wajahnya di dalam dada bidang Cakra. Cakra tau kalau Alena malu padanya. Tanpa disengaja, Alena menyentuh otong yang saat ini sudah memberontak. Cakra mengerang karena sentuhan dari kaki Alena. Hanya kaki saja sudah membuat sang mafia bergetar. "Sa-Sayang, aku sudah tidak tahan," ucap Cakra dengan suara yang serak. Mendengar suara serak dari Cakra itu artinya dirinya sudah mulai on. Alena mengangkat kepalanya dan mulai melakukan tugasnya. Alena mengecup bibir Cakra dengan lembut. Cakra yang mendapat kecupan
Cakra tidak bisa mengatakan apapun, dia hanya diam mencari jawaban yang tepat untuk Alena karena dirinya benar-benar tidak bisa menjawabnya karena dirinya tidak bisa salah jawab bisa bahaya. "Kenapa? Apa kamu tidak bisa menjawab pertanyaan dariku?" tanya Alena.Suara Alena sudah berubah, tatapan matanya juga sangat tajam hingga Cakra menelan salivanya, terlihat jika dirinya sangat takut dengan Alena yang dalam mode singa betina. "Anu, Sayang. Aku mau katakan padamu, begini aku mau katakan kalau aku sebagai pengusaha dan aku ...." ucapan Cakra terhenti saat mata Alena semakin tajam. "Aku apa?" tanya Alena dengan penuh penekanan. "Aku tidak punya pekerjaan lagi, selain menyayangi kamu dan mencintai kamu apa adanya tanpa aku sadari kalau aku tidak bisa jauh dari kamu. Dan aku mau lagi," jawab Cakra yang segera naik ke atas tubuh Alena dan mengukungnya. Alena membulatkan matanya melihat Cakra naik ke atas tubuhnya. "Sa-sayang, apa ini, kenapa kamu melakukan ini padaku? Aku mohon, j
Sejak meninggalnya Alena membuat Cakra lebih banyak menghabiskan waktu ke pemakaman Alena dan dia hampir setiap hari ke sana membawakan bunga kesukaan Alena, perusahaan sudah diserahkannya semua kepada ketiga anaknya Kenzo, Kenzi dan Kiano. Mereka benar-benar menumpahkan semua rasa sayang mereka kepada Cakra dan mereka juga mengurus perusahaan yang diserahkan kepada mereka seluruhnya. Cakra sudah tidak lagi memikirkan perusahaan setiap hari dia selalu pulang pergi ke rumah dan pemakaman. Hari berlalu dengan cepat. Cakra sudah lebih menua. Tuan Rosario dan ibu Fatimah juga sudah pergi meninggalkan mereka keduanya yang sudah sepuh dan mereka mengikuti Alena. Ibu Fatimah dimakamkan di sebelah Alena. Sedangkan Tuan Rosario dimakamkan di samping istrinya. Saat ini, hari-hari Cakra hanya bisa bermain dengan 3 cucu kembarnya yang semuanya laki-laki anak dari Kenzi sedangkan Kenzo memiliki tiga kembar dan semuanya laki-laki juga sedangkan Kiano dua laki-laki dan 1 wanita dan saat ini cucu C
Cakra mendekati Ibu Fatimah, dia memeluk ibunya Alena dengan cukup erat. Wajah Ibu Fatimah itu mirip dengan Alena jadi dia merasa kalau Alena ada di dalam diri Ibu Fatimah. "Ibu sudah jangan menangis, Alena sudah pergi, dia tidak sakit lagi. Dia sekarang bahagia di sana bersama Mommyku. Ibu masih punya aku dan si kembar. Lagipula, cicit Ibu juga akan lahir. Aku harap Ibu bisa menjaga mereka menggantikan Alena ya, aku mohon jangan menangis. Kita harus ikhlas, Ibu," ucap Cakra yang membuat Ibu Fatimah terisak di pelukkan Cakra dan tentu saja itu membuat Cakra ikut menangis. Para menantu Alena memeluk nenek mereka, Ibu dari mertua mereka. Mika yang dekat dengan Ibu Fatimah menghapus air mata Ibu Fatimah. "Nenek cantik, jangan sedih ya, aku akan sedih jika nenek cantik sedih, Mommy akan sedih jika nenek cantik sedih, kita harus kuat dan selalu doakan Mommy ya, Nenek cantik," ujar Mika mencoba menenangkan Ibu dari mertuanya tersebut. Ibu Fatimah yang dipeluk oleh cucu menantunya menang
Tepat hari ini, Cakra menghadapi cobaan yang luar biasa, dia harus merasakan sakit yang teramat dalam. Wanita kesayangannya pergi dalam pelukkannya. "Katanya kamu nggak akan pergi, kenapa pergi juga, kenapa tinggalkan aku. Bukannya kita akan menua bersama, kamu kenapa berbohong kepadaku?" tanya Cakra yang masih memeluk Alena dan dia tidak mau membawa Alena pergi dari tempat tersebut. Kenzi, Kenzo, Kiano tidak tahan melihat separuh jiwa daddynya pergi dan belahan jiwa mereka pergi. Kiano menangis histeris dan tubuhnya bergetar saat ini. "Mommy, kenapa tega meninggalkan aku. Apa salah Mommyku Tuhan, aku tidak mau Mommyku pergi, kembalikan dia. Kembalikan dia aku mohon, kembalikan dia, Mommy kembali, jangan tinggalkan aku!" tangis Kiano membuat mereka semuanya menangis melihat keluarga Cakra mendapatkan cobaan yang cukup besar. "Bawa Ibu Fatimah ke mobil, sadarkan dia ya, tolong bantu dia kuat," ucap Tuan Rosario meminta kepada Hana dan Hani untuk membangunkan bibi mereka. "Baik, P
"Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu. Saya harap semuanya akan lancar dan tidak ada kanker yang menyebar di seluruh tubuh istri saya, tapi rambut istri saya sudah gugur. Apakah itu berpengaruh karena sakitnya?" tanya Cakra yang akhirnya mengatakan kalau rambut Alena gugur.Mendengar pertanyaan dari Cakra, Dokter tersebut menganggukkan kepala. "Iya benar, itu adalah efeknya dan juga efek kemoterapi yang waktu itu tapi Anda jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja, semoga istri Anda bisa kuat dan dia bisa dioperasi dan juga kankernya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya," jawab Dokter. Mendengar perkataan dari Dokter, Cakra menganggukkan kepala, itulah yang dia harapkan Alena sembuh. Apapun akan dia lakukan untuk sembuh. "Ya sudah, Dokter, terima kasih. Saya pergi dulu, saya ingin bertemu dengan istri saya," jawab Cakra yang dianggukan oleh dokter. Keduanya bersalaman dan tersenyum. Cakra keluar dari ruangan Dokter. Tubuhnya lemas kakinya bergetar dia merasakan ada sesuatu yang hi
Tuan Rosario tidak tau pasti dengan jawabannya. "Apakah Anda yakin besan?" tanya Ibu Fatimah."Aku tidak yakin dan tidak tahu kapan anak perempuanku itu akan bangun karena saat ini dia sepertinya masih enggan untuk melihat kita, dia masih betah dengan dunianya yang di alam mimpi. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, aku sudah melarangnya untuk tidak tertidur. Saat itu, tapi nyatanya dia tidur juga. Apakah aku bisa melarangnya jika anakku ingin tidur?" tanya Tuan Rosario yang akhirnya menumpahkan semua rasa kesedihannya dengan air matanya. Dia yang kuat dan dia yang menasehati semuanya untuk tidak menangis. Tapi, saat melihat anak perempuannya tidak juga bangun membuat dirinya sedih terlebih lagi sejak Alena muncul dalam kehidupan anaknya Cakra. Cakra sudah berubah menjadi pria yang dia inginkan dan sekarang jika Alena tidak ada, apakah Cakra akan kembali ke mode yang dulu. Luna dan ketiga sahabat Cakra juga dua sahabat Alena serta dua sepupu masing-masing memeluk suami mereka. Merr
Setiap hari Cakra terus membuat obrolan yang kalau orang mendengar pasti akan membosankan tapi tidak dengan Cakra, dia terus mengatakan semuanya hingga Cakra perlahan putus asa karena setiap hari obrolannya tidak direspon malah Alena semakin menutup matanya. "Sayang, Kiano ingin menikah, dia ingin kamu menyaksikannya. Apakah kamu tidak kasihan dengan Kiano. Dia menunggumu, Sayang, bangunlah aku ingin melihat kamu menyaksikan, anak semata wayangmu itu mau menikah. Ayo bangunlah, tidak maukah kamu melihatnya. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang. Dia menunggumu, bangunlah, sudah sebulan lebih kamu tidak bangun dan kamu juga tidak meresponku, aku tidak masalah kamu tidak meresponku tapi mereka yang di luar menunggu kamu. Ibu, Dadddy, sahabatmu, sepupumu keponakanmu dan juga menantu serta anakmu. Dan aku menunggumu, bangunlah. Tidak maukah kamu bangun, Sayang. Apakah sesulit itu untuk membuka matamu, apa yang dokter berikan kepadamu sehingga kamu menutup mata, coba katakan biar aku menghabis
"Sakit?" tanya Alex yang menatap ke arah Nilam. "Iya, sakit. Apakah kamu sakit?" tanyanya kembali. Menurutmu, apakah aku sakit setelah semua yang terjadi kepadaku, Nilam? Aku sakit karena baru tahu selama ini Ibuku menderita, dia terlihat bahagia tapi nyatanya dia malah sedih apakah pantas jika aku tidak mengatakan aku sakit?" tanya Alex.Nilam menggelengkan kepala, dia tahu kalau saat ini pasti Alex sangat sakit dan dia juga mengerti kalau saat ini Alex merasakan sakit yang teramat dalam, kehilangan orang yang dicintai yang dia sayangi sedari dulu dan orang itu meninggal di tangannya. "Jika kamu sakit maka datangi dia, minta maaf lah kepadanya seperti apapun ibumu, dia tetaplah ibumu, dia tahu kamu tidak akan mau melakukan itu dan aku yakin dia pasti sudah memaafkanmu. Jauh sebelum kamu meminta maaf karena kamu tahu seorang ibu memaafkan anaknya walaupun anaknya sudah melakukan kesalahan sebesar apapun itu, dia pasti memaafkannya," ucap Nilam.Alex yang mendengar perkataan dari Ni
Orang yang membuat Alex kesal siapa lagi kalau bukan Kahfi. Kahfi datang menemui Alex dan dia bersama sepupunya untuk menjenguk Alex dan tentu saja itu membuat Alex kesal, bukan tidak suka jika mereka menjenguknya tapi dia menyindirnya bukankah itu menyebalkan? Ya, sangat menyebalkan. "Mau apa, kamu ke sini, hahh? Berani-beraninya kamu ke sini, pergi sana. Aku tidak membutuhkanmu," usir Alex kepada Kahfi. Namun, Kahfi tidak peduli dia masuk bersama dengan yang lainnya.Mereka duduk dan meletakkan buah-buahan yang sudah mereka bawa. "jangan terlalu perasaan, ingat semua sudah berakhi, lebih baik kamu tenang dan jangan memikirkan siapapun. Oh, ya bagaimana kondisimu. Apa sudah baikan?" tanya Mike kepada Alex. "Menurutmu, apakah aku sudah baik-baik saja? Jawabannya tentu tidak. Lihatlah, aku masih terbaring di sini. Kalian mau apa ke tempatku dan kalian bawa apa untukku? Hanya buah-buahan, ya? Aku tidak butuh buah-buahan yang aku butuhkan nuklir, mana dia serahkan cepat," jawab Alex ya
Alex mendengar suara Nilam yang terdengar khawatir ada perasaan hangat di hatinya karena saat ini ada yang mengkhawatirkan dirinya."Sudah jangan nangis aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja kamu bisa datang ke rumah sakit ya minta sopir ke sini dan satu lagi bisa tidak kamu masakin aku makanan karena aku sangat menginginkan makanan darimu, makanan di sini tidak enak," pinta Alex yang bertingkah seperti anak kecil dan dia merengek kepada Nilam untuk membawakannya makanan.Nilam yang saat ini tengah mendengar rengekan dari Alex hanya tersenyum dia pun mengiyakan apa yang diminta oleh Alex. Keduanya saling bercanda satu sama lain sedangkan Rian saat ini tengah mengurus pemakaman dari Maria, dia menunggu di ruang kamar mayat karena saat ini pihak rumah sakit sedang memandikan Maria.Rian pun harus bolak-balik ke kamar mayat dan ke kasit untuk membayar semua administrasi yang dibutuhkan termasuk biaya pemakaman dan yang lainnya. Rian sudah mencari pemakaman yang benar-benar terbaik untuk