Mendengar pertanyaan dari Cakra mereka menoleh ke arah Luna yang tertawa cekikikan. Dia yakin para arwah yang saat ini dia pekerjakan akan membuat semua orang yang di tempat tersebut kabur. "Woi, Luna, lo dengar tidak apa yang sahabat pompong kupu-kupu gue tanyakan. Kenapa lo, tertawa? Kesambet, lo?" tanya Beno. Dia heran si pinky boy kenapa tertawa seperti itu. Dan dia terus melihat ke arah tempat yang mau mereka serbu. "Gue rasa dia emang lagi kurang eh maksudnya kesambet, lebih baik kita buat dia sadar. Daripada berlarut. Hei, asisten gue yang paling tampan, cepat sadarkan dia," ucap Malik kepada Tom. Tom yang mendengar bosnya meminta dia untuk menyadarkan Malik terdiam. Ada rasa takut karena dia kesambet bukan yang lain. Semua melihat ke arah asisten Malik yang diam tidak bergerak sama sekali. "Gue rasa asisten lo itu kram, lebih baik jangan minta dia. Tunggu, biar gue saja," ucap Pasha mencoba menyadarkan pinky boy yang masih saja terkikik."Siapa ini, ayo ngaku. Cepat nga
"Aku akan kasih tau yang pasti tempatnya akan aman untuk kita melakukan itu. Kamu tunggu saja," jawab Felix dengan seringai yang membuat Della hanya diam dan menganggukkan kepala. Felix akan menghancurkan klan milik Cakra. Gara-gara klan milik Cakra dia dibenci oleh mafia lain dan dianggap musuh oleh semua klan mafia. "Kapan kamu akan mengajakmu ke sana?" tanya Della. "Saat aku bisa menemukan cara untuk bisa menculik kembali anak dari mafia itu, aku sudah meminta mereka mengawasi mereka semuanya. Tinggal tunggu eksekusinya saja. Jangan takut, aku akan buat kamu membalaskan dendam kepada mereka begitu juga aku," jawab Felix dengan seringai iblisnya. Della tersenyum mendengar apa yang dikatakan Felix, dia akan segera mendapatkan wanita itu. Felix melangkahkan kaki menuju ruang kerjanya. Della hanya menatap ke arah pria dingin itu masuk dan menghilang dari balik pintu. ***Cakra yang sudah kembali ke rumah segera melangkahkan kaki menuju kamar, dia sangat rindu dengan istrinya itu.
Cakra yang kesal karena kegiatannya diganggu membuka pintu dengan wajah cemberut. Saat pintu terbuka terlihat dimatanya ada tiga bocil yang menatap ke arahnya dengan tatapan sendu. Mau marah nanti ada yang marah padanya, akhirnya Cakra tersenyum walaupun berat. Kesabaran Cakra setipis tisu hingga dia harus menghela napas untuk menahan semuanya. "Ada kalian ke sini, boy? Kenapa kalian kompak mengedor kamar Daddy, kalian tau kalau gedoran kalian seperti itu, bisa hancur kamar Daddy," ucap Cakra yang jongkok agar setara dengan ketiga anaknya. "Daddy, ami au idul engan Mommy ami. Daddy, pinggil," jawab si Kenzo. "Daddy, jangan larang kami untuk tidur dengan Mommy. Mommy milik kami," ucap Kenzi lagi yang masuk tanpa persetujuan dari Cakra. Kenzi membawa kedua adiknya masuk ke dalam dan segera berlari ke arah Alena. Cakra mengangga melihat apa yang anaknya lakukan. Cakra segera berdiri dan berbalik melihat istri manis dan bohaynya direbut oleh tiga anaknya. "Hei, boy, kenapa kalian m
Alena tidak menyangka jika Cakra melakukan ini padanya. Entah kenapa dirinya sangat senang dengan apa yang suaminya ini lakukan. Taman dibuat seindah mungkin, bunga mawar disusun seperti buket yang cukup besar dan ada tulisan yang indah. "Hanya untukmu, istriku, love you forever." tulisan di buket tersebut hingga membuat Alena meneteskan air matanya. "Sayang, hei, kenapa menangis. Ya Tuhan, kamu ini luar biasa sekali. Bisa-bisanya menangis, harusnya kamu itu tidak perlu menangis, Sayang. Aku persembahkan ini untukmu dan lihat di sini," ucap Cakra yang menunjukkan seluruh keluarganya datang. Alena menutup mulutnya, ada sepupunya dan ibunya juga mertuanya Tuan Rosario juga sahabat temannya juga pelayan, suster anaknya mereka juga datang. Alena semakin menangis karena ternyata mereka datang."Ini bukan ulang tahunku, Sayang. Kenapa kamu seperti ini. Aku ...." Alena sulit untuk mengatakannya karena saat ini bibirnya kelu untuk mengatakan bahwa semua ini sangat manis dan indah. "Saya
"Sekarang cepat kamu tangkap mereka, ingat jangan sampai ketahuan. Aku mau mereka segera ditangkap dan kita bawa mereka ke tempat biasa, cepatlah," ucap pria kepada wanita yang duduk di sebelahnya. "Apa kamu yakin kita bisa menangkapnya?" tanya wanita tersebut yang tidak lain adalah Della. Pria yang meminta Della menangkap Alena adalah Felix ketua klan mafia Woody. "Apa kamu takut, Della? Kemana nyalimu? Apa sekarang nyalimu sudah hilang. Bukannya kamu menggebu-gebu saat ingin menangkap wanita itu? Tapi, kenapa kamu sekarang bertanya seperti itu?" tanya Felix kepada Della yang saat ini menatapnya. Della membolakan matanya mendengar apa yang dikatakan Felix. "Aku hanya bertanya. Kamu bisa lihat itu, pengawalnya banyak. Dia juga punya pengawal bayangan seperti yang kamu katakan. Bagaimana kalau pengawal tersebut mengetahuinya, apa tidak bahaya? Sama saja itu akan membuat nyawa aku yang melayang," jawab Della dengan wajah kesal. Felix tertawa melihat wajah kesal Della. Secara reflek
Alena terus menggelengkan kepala, dia tidak mau dirinya diberikan obat apapun. Alena mencoba untuk memberontak tapi anak buah dari Della tidak peduli sama sekali. "Cepat kalian suntik dan kau cepat pergi dari sini. Tutup mulutnya terlebih dahulu dan anak kecil ini. Cepat, aku tidak mau ada yang tau kita menculiknya." Della memerintahkan kepada anak buahnya untuk segera menyuntik Alena. Anak buah Della segera menutup mulut Alena dan Kiano. Alena yang melihat mulut anaknya di tutup membuat Alena memberontak. Dia tidak tega melihat anaknya disakiti. "Jangan sentuh anakku. Lepaskan dia, aku tidak akan maafkan kalian. Aku akan membunuh kalian jika kalian menyakiti anakku. Aku katakan lepas!" pekik Alena. Alena segera bungkam karena mulutnya sudah ditutup. Begitu juga dengan Kiano yang terus menangis. Mobil bergerak meninggalkan taman di saat Cakra mencari Alena. Pasukan bayangan Cakra memberitahukan kepada Arvin mereka saat ini mengejar mobil yang membawa Alena dan Kiano. "Anda jang
Della yang menghubungi seseorang di telpon tersenyum karena dia akan membuat Cakra juga teman-temannya hancur. Della memerintahkan untuk meledakkan gudang saat Cakra masuk ke dalam mencari Alena dan anaknya. Mobil Della masuk ke parkiran bandara. Dia akan naik jet pribadi membawa Alena dan dua anaknya. Felix sudah berada di tempat tersebut menunggu Della. Saat mobil berhenti tepat di depan Felix, pintu terbuka, Della tersenyum ke arah Felix dan merentangkan tangannya. "Kamu hebat, sudah melakukan dengan baik. Sekarang, ayo kita pergi. Sebentar lagi, kita akan jadi penguasa," ucap Felix. Felix mengurai pelukkannya dan mengecup kening Della. Felix melakukan dengan spontan. "Terima kasih karena sudah memujiku. Aku lakukan ini juga karena kau yang mengajari aku. Apakah semua sudah siap? Bagaimana nuklirnya, apakah sudah bisa digunakan?" tanya Della yang berjalan menuju tangga masuk pesawat. Felix mengibaskan tangan ke arah anak buahnya untuk segera membawa tahanan ke dalam pesawat. D
"Tenang, Cakra. Kita akan cari istrimu dan anakmu. Jadi, kamu tenang ya," ucap Tuan Rosario mencoba menenangkan Cakra. "Bagaimana mau tenang, Dad. Istri dan anakku diculik, aku yakin ini pasti ulah dari Della dan mafia itu, tidak ada yang lain. Aku harus temui mereka, sekarang mereka aa daa di bandara, aku harus ke sana. Aku tidak mau, Alena dan anakku dibawa pergi, aku akan susul mereka," ujar Cakra yang membuat Tuan Rosario tidak bisa berbuat apa-apa. "Iya, tapi kamu harus sembuh, Cakra. Bagaimana kamu mau selamatkan mereka jika kamu seperti ini. Daddy sudah minta kepada anak buah Daddy yang di luar negeri untuk melacak mereka. Kamu jangan khawatir, kita akan temui mereka, pulihkan dulu diri kamu, setelah itu kita akan cari mereka," ucap Tuan Rosario meminta kepada anaknya Cakra untuk tenang. Cakra tidak bisa tenang, dirinya benar-benar merasakan sakit saat ini. Bukan sakit karena luka yang dia terima tapi luka karena kehilangan istri dan anaknya. Dia takut jika keduanya dilukai
Sejak meninggalnya Alena membuat Cakra lebih banyak menghabiskan waktu ke pemakaman Alena dan dia hampir setiap hari ke sana membawakan bunga kesukaan Alena, perusahaan sudah diserahkannya semua kepada ketiga anaknya Kenzo, Kenzi dan Kiano. Mereka benar-benar menumpahkan semua rasa sayang mereka kepada Cakra dan mereka juga mengurus perusahaan yang diserahkan kepada mereka seluruhnya. Cakra sudah tidak lagi memikirkan perusahaan setiap hari dia selalu pulang pergi ke rumah dan pemakaman. Hari berlalu dengan cepat. Cakra sudah lebih menua. Tuan Rosario dan ibu Fatimah juga sudah pergi meninggalkan mereka keduanya yang sudah sepuh dan mereka mengikuti Alena. Ibu Fatimah dimakamkan di sebelah Alena. Sedangkan Tuan Rosario dimakamkan di samping istrinya. Saat ini, hari-hari Cakra hanya bisa bermain dengan 3 cucu kembarnya yang semuanya laki-laki anak dari Kenzi sedangkan Kenzo memiliki tiga kembar dan semuanya laki-laki juga sedangkan Kiano dua laki-laki dan 1 wanita dan saat ini cucu C
Cakra mendekati Ibu Fatimah, dia memeluk ibunya Alena dengan cukup erat. Wajah Ibu Fatimah itu mirip dengan Alena jadi dia merasa kalau Alena ada di dalam diri Ibu Fatimah. "Ibu sudah jangan menangis, Alena sudah pergi, dia tidak sakit lagi. Dia sekarang bahagia di sana bersama Mommyku. Ibu masih punya aku dan si kembar. Lagipula, cicit Ibu juga akan lahir. Aku harap Ibu bisa menjaga mereka menggantikan Alena ya, aku mohon jangan menangis. Kita harus ikhlas, Ibu," ucap Cakra yang membuat Ibu Fatimah terisak di pelukkan Cakra dan tentu saja itu membuat Cakra ikut menangis. Para menantu Alena memeluk nenek mereka, Ibu dari mertua mereka. Mika yang dekat dengan Ibu Fatimah menghapus air mata Ibu Fatimah. "Nenek cantik, jangan sedih ya, aku akan sedih jika nenek cantik sedih, Mommy akan sedih jika nenek cantik sedih, kita harus kuat dan selalu doakan Mommy ya, Nenek cantik," ujar Mika mencoba menenangkan Ibu dari mertuanya tersebut. Ibu Fatimah yang dipeluk oleh cucu menantunya menang
Tepat hari ini, Cakra menghadapi cobaan yang luar biasa, dia harus merasakan sakit yang teramat dalam. Wanita kesayangannya pergi dalam pelukkannya. "Katanya kamu nggak akan pergi, kenapa pergi juga, kenapa tinggalkan aku. Bukannya kita akan menua bersama, kamu kenapa berbohong kepadaku?" tanya Cakra yang masih memeluk Alena dan dia tidak mau membawa Alena pergi dari tempat tersebut. Kenzi, Kenzo, Kiano tidak tahan melihat separuh jiwa daddynya pergi dan belahan jiwa mereka pergi. Kiano menangis histeris dan tubuhnya bergetar saat ini. "Mommy, kenapa tega meninggalkan aku. Apa salah Mommyku Tuhan, aku tidak mau Mommyku pergi, kembalikan dia. Kembalikan dia aku mohon, kembalikan dia, Mommy kembali, jangan tinggalkan aku!" tangis Kiano membuat mereka semuanya menangis melihat keluarga Cakra mendapatkan cobaan yang cukup besar. "Bawa Ibu Fatimah ke mobil, sadarkan dia ya, tolong bantu dia kuat," ucap Tuan Rosario meminta kepada Hana dan Hani untuk membangunkan bibi mereka. "Baik, P
"Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu. Saya harap semuanya akan lancar dan tidak ada kanker yang menyebar di seluruh tubuh istri saya, tapi rambut istri saya sudah gugur. Apakah itu berpengaruh karena sakitnya?" tanya Cakra yang akhirnya mengatakan kalau rambut Alena gugur.Mendengar pertanyaan dari Cakra, Dokter tersebut menganggukkan kepala. "Iya benar, itu adalah efeknya dan juga efek kemoterapi yang waktu itu tapi Anda jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja, semoga istri Anda bisa kuat dan dia bisa dioperasi dan juga kankernya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya," jawab Dokter. Mendengar perkataan dari Dokter, Cakra menganggukkan kepala, itulah yang dia harapkan Alena sembuh. Apapun akan dia lakukan untuk sembuh. "Ya sudah, Dokter, terima kasih. Saya pergi dulu, saya ingin bertemu dengan istri saya," jawab Cakra yang dianggukan oleh dokter. Keduanya bersalaman dan tersenyum. Cakra keluar dari ruangan Dokter. Tubuhnya lemas kakinya bergetar dia merasakan ada sesuatu yang hi
Tuan Rosario tidak tau pasti dengan jawabannya. "Apakah Anda yakin besan?" tanya Ibu Fatimah."Aku tidak yakin dan tidak tahu kapan anak perempuanku itu akan bangun karena saat ini dia sepertinya masih enggan untuk melihat kita, dia masih betah dengan dunianya yang di alam mimpi. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, aku sudah melarangnya untuk tidak tertidur. Saat itu, tapi nyatanya dia tidur juga. Apakah aku bisa melarangnya jika anakku ingin tidur?" tanya Tuan Rosario yang akhirnya menumpahkan semua rasa kesedihannya dengan air matanya. Dia yang kuat dan dia yang menasehati semuanya untuk tidak menangis. Tapi, saat melihat anak perempuannya tidak juga bangun membuat dirinya sedih terlebih lagi sejak Alena muncul dalam kehidupan anaknya Cakra. Cakra sudah berubah menjadi pria yang dia inginkan dan sekarang jika Alena tidak ada, apakah Cakra akan kembali ke mode yang dulu. Luna dan ketiga sahabat Cakra juga dua sahabat Alena serta dua sepupu masing-masing memeluk suami mereka. Merr
Setiap hari Cakra terus membuat obrolan yang kalau orang mendengar pasti akan membosankan tapi tidak dengan Cakra, dia terus mengatakan semuanya hingga Cakra perlahan putus asa karena setiap hari obrolannya tidak direspon malah Alena semakin menutup matanya. "Sayang, Kiano ingin menikah, dia ingin kamu menyaksikannya. Apakah kamu tidak kasihan dengan Kiano. Dia menunggumu, Sayang, bangunlah aku ingin melihat kamu menyaksikan, anak semata wayangmu itu mau menikah. Ayo bangunlah, tidak maukah kamu melihatnya. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang. Dia menunggumu, bangunlah, sudah sebulan lebih kamu tidak bangun dan kamu juga tidak meresponku, aku tidak masalah kamu tidak meresponku tapi mereka yang di luar menunggu kamu. Ibu, Dadddy, sahabatmu, sepupumu keponakanmu dan juga menantu serta anakmu. Dan aku menunggumu, bangunlah. Tidak maukah kamu bangun, Sayang. Apakah sesulit itu untuk membuka matamu, apa yang dokter berikan kepadamu sehingga kamu menutup mata, coba katakan biar aku menghabis
"Sakit?" tanya Alex yang menatap ke arah Nilam. "Iya, sakit. Apakah kamu sakit?" tanyanya kembali. Menurutmu, apakah aku sakit setelah semua yang terjadi kepadaku, Nilam? Aku sakit karena baru tahu selama ini Ibuku menderita, dia terlihat bahagia tapi nyatanya dia malah sedih apakah pantas jika aku tidak mengatakan aku sakit?" tanya Alex.Nilam menggelengkan kepala, dia tahu kalau saat ini pasti Alex sangat sakit dan dia juga mengerti kalau saat ini Alex merasakan sakit yang teramat dalam, kehilangan orang yang dicintai yang dia sayangi sedari dulu dan orang itu meninggal di tangannya. "Jika kamu sakit maka datangi dia, minta maaf lah kepadanya seperti apapun ibumu, dia tetaplah ibumu, dia tahu kamu tidak akan mau melakukan itu dan aku yakin dia pasti sudah memaafkanmu. Jauh sebelum kamu meminta maaf karena kamu tahu seorang ibu memaafkan anaknya walaupun anaknya sudah melakukan kesalahan sebesar apapun itu, dia pasti memaafkannya," ucap Nilam.Alex yang mendengar perkataan dari Ni
Orang yang membuat Alex kesal siapa lagi kalau bukan Kahfi. Kahfi datang menemui Alex dan dia bersama sepupunya untuk menjenguk Alex dan tentu saja itu membuat Alex kesal, bukan tidak suka jika mereka menjenguknya tapi dia menyindirnya bukankah itu menyebalkan? Ya, sangat menyebalkan. "Mau apa, kamu ke sini, hahh? Berani-beraninya kamu ke sini, pergi sana. Aku tidak membutuhkanmu," usir Alex kepada Kahfi. Namun, Kahfi tidak peduli dia masuk bersama dengan yang lainnya.Mereka duduk dan meletakkan buah-buahan yang sudah mereka bawa. "jangan terlalu perasaan, ingat semua sudah berakhi, lebih baik kamu tenang dan jangan memikirkan siapapun. Oh, ya bagaimana kondisimu. Apa sudah baikan?" tanya Mike kepada Alex. "Menurutmu, apakah aku sudah baik-baik saja? Jawabannya tentu tidak. Lihatlah, aku masih terbaring di sini. Kalian mau apa ke tempatku dan kalian bawa apa untukku? Hanya buah-buahan, ya? Aku tidak butuh buah-buahan yang aku butuhkan nuklir, mana dia serahkan cepat," jawab Alex ya
Alex mendengar suara Nilam yang terdengar khawatir ada perasaan hangat di hatinya karena saat ini ada yang mengkhawatirkan dirinya."Sudah jangan nangis aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja kamu bisa datang ke rumah sakit ya minta sopir ke sini dan satu lagi bisa tidak kamu masakin aku makanan karena aku sangat menginginkan makanan darimu, makanan di sini tidak enak," pinta Alex yang bertingkah seperti anak kecil dan dia merengek kepada Nilam untuk membawakannya makanan.Nilam yang saat ini tengah mendengar rengekan dari Alex hanya tersenyum dia pun mengiyakan apa yang diminta oleh Alex. Keduanya saling bercanda satu sama lain sedangkan Rian saat ini tengah mengurus pemakaman dari Maria, dia menunggu di ruang kamar mayat karena saat ini pihak rumah sakit sedang memandikan Maria.Rian pun harus bolak-balik ke kamar mayat dan ke kasit untuk membayar semua administrasi yang dibutuhkan termasuk biaya pemakaman dan yang lainnya. Rian sudah mencari pemakaman yang benar-benar terbaik untuk