Beranda / CEO / Tiga Bayi Sang Mafia / Bab 107. Aku Akan Membunuh Kalian

Share

Bab 107. Aku Akan Membunuh Kalian

Penulis: ZeeHyung
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Alena terus menggelengkan kepala, dia tidak mau dirinya diberikan obat apapun. Alena mencoba untuk memberontak tapi anak buah dari Della tidak peduli sama sekali.

"Cepat kalian suntik dan kau cepat pergi dari sini. Tutup mulutnya terlebih dahulu dan anak kecil ini. Cepat, aku tidak mau ada yang tau kita menculiknya." Della memerintahkan kepada anak buahnya untuk segera menyuntik Alena.

Anak buah Della segera menutup mulut Alena dan Kiano. Alena yang melihat mulut anaknya di tutup membuat Alena memberontak. Dia tidak tega melihat anaknya disakiti.

"Jangan sentuh anakku. Lepaskan dia, aku tidak akan maafkan kalian. Aku akan membunuh kalian jika kalian menyakiti anakku. Aku katakan lepas!" pekik Alena.

Alena segera bungkam karena mulutnya sudah ditutup. Begitu juga dengan Kiano yang terus menangis. Mobil bergerak meninggalkan taman di saat Cakra mencari Alena.

Pasukan bayangan Cakra memberitahukan kepada Arvin mereka saat ini mengejar mobil yang membawa Alena dan Kiano.

"Anda jang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tiga Bayi Sang Mafia   Bab. 108. Mana Istri Dan Anakku

    Della yang menghubungi seseorang di telpon tersenyum karena dia akan membuat Cakra juga teman-temannya hancur. Della memerintahkan untuk meledakkan gudang saat Cakra masuk ke dalam mencari Alena dan anaknya. Mobil Della masuk ke parkiran bandara. Dia akan naik jet pribadi membawa Alena dan dua anaknya. Felix sudah berada di tempat tersebut menunggu Della. Saat mobil berhenti tepat di depan Felix, pintu terbuka, Della tersenyum ke arah Felix dan merentangkan tangannya. "Kamu hebat, sudah melakukan dengan baik. Sekarang, ayo kita pergi. Sebentar lagi, kita akan jadi penguasa," ucap Felix. Felix mengurai pelukkannya dan mengecup kening Della. Felix melakukan dengan spontan. "Terima kasih karena sudah memujiku. Aku lakukan ini juga karena kau yang mengajari aku. Apakah semua sudah siap? Bagaimana nuklirnya, apakah sudah bisa digunakan?" tanya Della yang berjalan menuju tangga masuk pesawat. Felix mengibaskan tangan ke arah anak buahnya untuk segera membawa tahanan ke dalam pesawat. D

  • Tiga Bayi Sang Mafia    Bab 109. Tolong Aku, Cakra

    "Tenang, Cakra. Kita akan cari istrimu dan anakmu. Jadi, kamu tenang ya," ucap Tuan Rosario mencoba menenangkan Cakra. "Bagaimana mau tenang, Dad. Istri dan anakku diculik, aku yakin ini pasti ulah dari Della dan mafia itu, tidak ada yang lain. Aku harus temui mereka, sekarang mereka aa daa di bandara, aku harus ke sana. Aku tidak mau, Alena dan anakku dibawa pergi, aku akan susul mereka," ujar Cakra yang membuat Tuan Rosario tidak bisa berbuat apa-apa. "Iya, tapi kamu harus sembuh, Cakra. Bagaimana kamu mau selamatkan mereka jika kamu seperti ini. Daddy sudah minta kepada anak buah Daddy yang di luar negeri untuk melacak mereka. Kamu jangan khawatir, kita akan temui mereka, pulihkan dulu diri kamu, setelah itu kita akan cari mereka," ucap Tuan Rosario meminta kepada anaknya Cakra untuk tenang. Cakra tidak bisa tenang, dirinya benar-benar merasakan sakit saat ini. Bukan sakit karena luka yang dia terima tapi luka karena kehilangan istri dan anaknya. Dia takut jika keduanya dilukai

  • Tiga Bayi Sang Mafia   Bab. 110. Kita Selamatkan Mereka

    Tuan Rosario yang berada di luar segera masuk dia terkejut mendengar Cakra menjerit dengan cepat dirinya mendekati Cakra. "Ada apa kamu? Kamu seperti orang ketakutan, apa kamu bermimpi, Cakra?" tanya Tuan Rosario dengan wajah cemas. "Dad, Alena dan Kiano, mereka ketakutan, Dad. Kita harus selamatkan mereka, Dad. Aku takut jika mereka disiksa. Apa Daddy sudah tau di mana mereka berada saat ini?" tanya Cakra.Tuan Rosario masih belum bisa mengatakan apakah mereka di negara itu atau tidak. Terlebih lagi, kondisi Cakra yang saat ini. Dia takut jika Cakra langsung pergi ke negara tersebut. "Daddy, belum tau pasti. Tapi, Daddy sudah memerintahkan anak buah Daddy untuk pergi ke negara itu," jawab Tuan Rosario. "Di negara mana, Daddy?" tanya Cakra. Tuan Rosario lagi-lagi terdiam saat mendengar pertanyaan Negara mana. Cakra memegang tangan Tuan Rosario, dia menunjukkan raut wajah yang memohon kepada Tuan Rosario Ayahnya. Tuan Rosario menghela napas dan pada akhirnya dia mengatakan Negara

  • Tiga Bayi Sang Mafia   Bab 111. Bahan Baku

    "Mau cepat malah pergi malah dia pingsan. Ayo bangunkan dia cepat," ucap Beno lagi meminta asisten pribadinya untuk membangunkan Luna. Asisten pribadi Beno membangunkan Luna. Cakra sudah siap untuk pergi menyelamatkan Alena dan Kiano. Arvin sudah berkoordinasi dengan anak buah yang ada di Italia dan benar saja, mereka ada di sana. Sebuah pesawat sudah mendarat di bandara seperti yang Tuan Rosario katakan padanya. "Tuh, perempuan benar-benar cari masalah dengan kita, beranii sekali dia membawa istri lo, Cakra. Apa dia tidak takut mati ya?" tanya Pasha yang masih menunggu Luna bangun sambil berbincang. "Dia bukannya dia cari masalah, tapi cari mati dianya. Dia itu marah pada lo, Cakra karena menolak perjodohan itu, makanya itu wanita menculik keduanya. Dua kali dia lakukan itu, apa tidak takut dia lo sikat habis. Gue rasa dia sudah terkontaminasi oleh si Felix dan ketua klan Minamoto itu. Wanita pendendam sekali dia ya," jawab Malik. "Wanita pendendam ya, bahaya itu. Tapi, lebih bah

  • Tiga Bayi Sang Mafia   Bab 112. Ketemu

    "Entahlah, mungkin puluhan tahun atau suka-suka hati mereka saja," jawab Cakra sekenaknya yang membuat Malik mendengus kesal. "Nggak perlu jawab kalau kamu ngga mau jawab, menyebalkan sekali," sahut Malik dengan raut wajah kesal. Mereka duduk dengan tenang tidak ada pembicaraan yang berarti. Sampai di bandara semuanya turun, pesona Cakra benar-benar kuat, sehingga semua orang yang memandang Cakra terpesona melihat ketampanan Cakra. Bukan hanya Cakra saja, semua yang ikut dengan Cakra juga menjadi tatapan dari semua orang, sahabatnya yang bersama Cakra menunjukkan aura ketampanan yang tidak jauh dari pesona sang mafia. "Apa sudah siap pesawat kita? Dan bagaimana dengan situasi di sana? Apa ada pergerakan?" tanya Cakra. "Ada iring-iringan mobil melintasi jalan tersebut, tapi tidak tau apakah itu klan Woody atau bukan," ucap Arvin dengan suara pelan agar tidak terdengar oleh sekeliling. Cakra hanya menganggukkan kepala, dirinya mengerti kemungkinan itu orang yang ingin melihat nukl

  • Tiga Bayi Sang Mafia   Bab 113. Menyelinap

    "Benar, Tuan. Saya saja tidak tau kenapa bisa tidak ada di kamarnya. Yang ada hanya anak buahnya, jadi kita harus apa, Tuan?" tanya anak buah Tuan Rosario. Pria yang terkejut mendengar Cakra kabur juga teman-temannya adalah Tuan Rosario. Pantas saja Luna diminta ikut dengannya. "Sudah tau dia kemana? Kalau sudah tau biarkan saja, tapi kalian pantau saja apa lagi ada pertemuan mafia bukan, jadi awasi begitu juga cepat bergerak bantu Cakra untuk menyelamatkan istri dan cucuku," jawab anak buah Tuan Rosario. "Mereka ke Italia. Baik saya akan ke sana sekarang juga. Kalau begitu saya permisi dulu, Tuan," ucap anak tuan Rosario. Tuan Rosario menganggukkan kepala dan mengghela napas panjang, dia tidak bisa berbuat apapun. Anaknya tidak bisa ditahan untuk apapun, apalagi sangkut pautnya dengan keluarga kecilnya jadi dirinya akan menjadi garda ke depan. Di villa mewah, di tengah hutan Alena dan Kiano masih disekap oleh Della dan Felix. Kondisi keduanya sangat memprihatinkan, Kiano berpel

  • Tiga Bayi Sang Mafia   Bab 114. Aku Di Sini

    Cakra masih diam dia tidak menjawab apa yang Beno tanyakan. Tapi, dari raut wajahnya dia terlihat sangat menakutkan. Tidak dipungkiri Cakra termasuk mafia yang bertangan dingin dan sosok iblis melekat di dirinya. Untuk membunuh orang saja dia tidak ada takutnya. " Wajah you kenapa seperti itu? You jawab dulu apa yang ditanyakan desek, jangan buat kita seperti ini menebak jawaban you. Apa desek kesambet ya?" tanya Luna penasaran dengan jawaban Cakra. Cakra mulai membuka suara, dia menjelaskan apa yang akan dia lakukan. Semuanya mendengar apa yang Cakra katakan. Tidak ada yang membantah sama sekali, mereka benar-benar konsentrasi dengan apa yang Cakra rencanakan. "Jadi, kalian sudah mengerti apa yang akan kita semua lakukan?" tanya Cakra dengan senyum mengembang. Beno melihat ke arah sahabatnya, Beno mengangkat alisnya sebagai kode apakah mereka setuju atau tidak. Pasha menganggukkan kepala begitu juga Malik. Beno kembali melihat ke arah Cakra dan tersenyum. "Mengerti dan setuju d

  • Tiga Bayi Sang Mafia   Bab 115. Kita Dikepung

    "Jangan takut, kita lanjut saja," ucap Cakra mencoba menyemangati anak buahnya. Kobaran api sangat besar dan terlihat ledakan yang tidak mungkin mereka lewati. Hawa panas juga sedikit mengenai mereka. Walaupun jauh tapi bisa terasa oleh mereka. Apa lagi ledakan terjadi secara beruntun. "Bos, ranjaunya sepertinya terus menerus meledak, kita kalau melanjutkan biasanya ke panggang bos. Lihat itu, burung sudah pada terbang menyelamatkan diri," ucap anak buah Cakra menunjuk beberapa binatang salah satunya burung yang menyelamatkan diri. "Bagaimana bisa ada ranjau di sini dan apa mereka tidak punya hati apa, binatang bisa mati kalau terkena ranjau. Kita jalan dari depan saja, kalian tau pintu depan vila itu atau tidak?" tanya Cakra. "Anda akan kami terbangkan pakai parasut. Terus Anda turun ke bawah hanya itu cara sstu-satunya," ucap pengawal pribadi Cakra. "Apa tidak ada sistem keamanan yang terpasang di vila tersebut?" tanya Cakra. "Itu Anda tenang saja, jangan khawatir ya, semuany

Bab terbaru

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 151. Epilog

    Sejak meninggalnya Alena membuat Cakra lebih banyak menghabiskan waktu ke pemakaman Alena dan dia hampir setiap hari ke sana membawakan bunga kesukaan Alena, perusahaan sudah diserahkannya semua kepada ketiga anaknya Kenzo, Kenzi dan Kiano. Mereka benar-benar menumpahkan semua rasa sayang mereka kepada Cakra dan mereka juga mengurus perusahaan yang diserahkan kepada mereka seluruhnya. Cakra sudah tidak lagi memikirkan perusahaan setiap hari dia selalu pulang pergi ke rumah dan pemakaman. Hari berlalu dengan cepat. Cakra sudah lebih menua. Tuan Rosario dan ibu Fatimah juga sudah pergi meninggalkan mereka keduanya yang sudah sepuh dan mereka mengikuti Alena. Ibu Fatimah dimakamkan di sebelah Alena. Sedangkan Tuan Rosario dimakamkan di samping istrinya. Saat ini, hari-hari Cakra hanya bisa bermain dengan 3 cucu kembarnya yang semuanya laki-laki anak dari Kenzi sedangkan Kenzo memiliki tiga kembar dan semuanya laki-laki juga sedangkan Kiano dua laki-laki dan 1 wanita dan saat ini cucu C

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 150. Pemakaman

    Cakra mendekati Ibu Fatimah, dia memeluk ibunya Alena dengan cukup erat. Wajah Ibu Fatimah itu mirip dengan Alena jadi dia merasa kalau Alena ada di dalam diri Ibu Fatimah. "Ibu sudah jangan menangis, Alena sudah pergi, dia tidak sakit lagi. Dia sekarang bahagia di sana bersama Mommyku. Ibu masih punya aku dan si kembar. Lagipula, cicit Ibu juga akan lahir. Aku harap Ibu bisa menjaga mereka menggantikan Alena ya, aku mohon jangan menangis. Kita harus ikhlas, Ibu," ucap Cakra yang membuat Ibu Fatimah terisak di pelukkan Cakra dan tentu saja itu membuat Cakra ikut menangis. Para menantu Alena memeluk nenek mereka, Ibu dari mertua mereka. Mika yang dekat dengan Ibu Fatimah menghapus air mata Ibu Fatimah. "Nenek cantik, jangan sedih ya, aku akan sedih jika nenek cantik sedih, Mommy akan sedih jika nenek cantik sedih, kita harus kuat dan selalu doakan Mommy ya, Nenek cantik," ujar Mika mencoba menenangkan Ibu dari mertuanya tersebut. Ibu Fatimah yang dipeluk oleh cucu menantunya menang

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 149. Separuh Jiwaku Pergi

    Tepat hari ini, Cakra menghadapi cobaan yang luar biasa, dia harus merasakan sakit yang teramat dalam. Wanita kesayangannya pergi dalam pelukkannya. "Katanya kamu nggak akan pergi, kenapa pergi juga, kenapa tinggalkan aku. Bukannya kita akan menua bersama, kamu kenapa berbohong kepadaku?" tanya Cakra yang masih memeluk Alena dan dia tidak mau membawa Alena pergi dari tempat tersebut. Kenzi, Kenzo, Kiano tidak tahan melihat separuh jiwa daddynya pergi dan belahan jiwa mereka pergi. Kiano menangis histeris dan tubuhnya bergetar saat ini. "Mommy, kenapa tega meninggalkan aku. Apa salah Mommyku Tuhan, aku tidak mau Mommyku pergi, kembalikan dia. Kembalikan dia aku mohon, kembalikan dia, Mommy kembali, jangan tinggalkan aku!" tangis Kiano membuat mereka semuanya menangis melihat keluarga Cakra mendapatkan cobaan yang cukup besar. "Bawa Ibu Fatimah ke mobil, sadarkan dia ya, tolong bantu dia kuat," ucap Tuan Rosario meminta kepada Hana dan Hani untuk membangunkan bibi mereka. "Baik, P

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 148. Kepergian Alena

    "Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu. Saya harap semuanya akan lancar dan tidak ada kanker yang menyebar di seluruh tubuh istri saya, tapi rambut istri saya sudah gugur. Apakah itu berpengaruh karena sakitnya?" tanya Cakra yang akhirnya mengatakan kalau rambut Alena gugur.Mendengar pertanyaan dari Cakra, Dokter tersebut menganggukkan kepala. "Iya benar, itu adalah efeknya dan juga efek kemoterapi yang waktu itu tapi Anda jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja, semoga istri Anda bisa kuat dan dia bisa dioperasi dan juga kankernya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya," jawab Dokter. Mendengar perkataan dari Dokter, Cakra menganggukkan kepala, itulah yang dia harapkan Alena sembuh. Apapun akan dia lakukan untuk sembuh. "Ya sudah, Dokter, terima kasih. Saya pergi dulu, saya ingin bertemu dengan istri saya," jawab Cakra yang dianggukan oleh dokter. Keduanya bersalaman dan tersenyum. Cakra keluar dari ruangan Dokter. Tubuhnya lemas kakinya bergetar dia merasakan ada sesuatu yang hi

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 147. Operasi

    Tuan Rosario tidak tau pasti dengan jawabannya. "Apakah Anda yakin besan?" tanya Ibu Fatimah."Aku tidak yakin dan tidak tahu kapan anak perempuanku itu akan bangun karena saat ini dia sepertinya masih enggan untuk melihat kita, dia masih betah dengan dunianya yang di alam mimpi. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, aku sudah melarangnya untuk tidak tertidur. Saat itu, tapi nyatanya dia tidur juga. Apakah aku bisa melarangnya jika anakku ingin tidur?" tanya Tuan Rosario yang akhirnya menumpahkan semua rasa kesedihannya dengan air matanya. Dia yang kuat dan dia yang menasehati semuanya untuk tidak menangis. Tapi, saat melihat anak perempuannya tidak juga bangun membuat dirinya sedih terlebih lagi sejak Alena muncul dalam kehidupan anaknya Cakra. Cakra sudah berubah menjadi pria yang dia inginkan dan sekarang jika Alena tidak ada, apakah Cakra akan kembali ke mode yang dulu. Luna dan ketiga sahabat Cakra juga dua sahabat Alena serta dua sepupu masing-masing memeluk suami mereka. Merr

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 146. Aku Tidak Judi Mommy

    Setiap hari Cakra terus membuat obrolan yang kalau orang mendengar pasti akan membosankan tapi tidak dengan Cakra, dia terus mengatakan semuanya hingga Cakra perlahan putus asa karena setiap hari obrolannya tidak direspon malah Alena semakin menutup matanya. "Sayang, Kiano ingin menikah, dia ingin kamu menyaksikannya. Apakah kamu tidak kasihan dengan Kiano. Dia menunggumu, Sayang, bangunlah aku ingin melihat kamu menyaksikan, anak semata wayangmu itu mau menikah. Ayo bangunlah, tidak maukah kamu melihatnya. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang. Dia menunggumu, bangunlah, sudah sebulan lebih kamu tidak bangun dan kamu juga tidak meresponku, aku tidak masalah kamu tidak meresponku tapi mereka yang di luar menunggu kamu. Ibu, Dadddy, sahabatmu, sepupumu keponakanmu dan juga menantu serta anakmu. Dan aku menunggumu, bangunlah. Tidak maukah kamu bangun, Sayang. Apakah sesulit itu untuk membuka matamu, apa yang dokter berikan kepadamu sehingga kamu menutup mata, coba katakan biar aku menghabis

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 145. Bangun Sayang

    "Sakit?" tanya Alex yang menatap ke arah Nilam. "Iya, sakit. Apakah kamu sakit?" tanyanya kembali. Menurutmu, apakah aku sakit setelah semua yang terjadi kepadaku, Nilam? Aku sakit karena baru tahu selama ini Ibuku menderita, dia terlihat bahagia tapi nyatanya dia malah sedih apakah pantas jika aku tidak mengatakan aku sakit?" tanya Alex.Nilam menggelengkan kepala, dia tahu kalau saat ini pasti Alex sangat sakit dan dia juga mengerti kalau saat ini Alex merasakan sakit yang teramat dalam, kehilangan orang yang dicintai yang dia sayangi sedari dulu dan orang itu meninggal di tangannya. "Jika kamu sakit maka datangi dia, minta maaf lah kepadanya seperti apapun ibumu, dia tetaplah ibumu, dia tahu kamu tidak akan mau melakukan itu dan aku yakin dia pasti sudah memaafkanmu. Jauh sebelum kamu meminta maaf karena kamu tahu seorang ibu memaafkan anaknya walaupun anaknya sudah melakukan kesalahan sebesar apapun itu, dia pasti memaafkannya," ucap Nilam.Alex yang mendengar perkataan dari Ni

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 144. Penyesalan Alex

    Orang yang membuat Alex kesal siapa lagi kalau bukan Kahfi. Kahfi datang menemui Alex dan dia bersama sepupunya untuk menjenguk Alex dan tentu saja itu membuat Alex kesal, bukan tidak suka jika mereka menjenguknya tapi dia menyindirnya bukankah itu menyebalkan? Ya, sangat menyebalkan. "Mau apa, kamu ke sini, hahh? Berani-beraninya kamu ke sini, pergi sana. Aku tidak membutuhkanmu," usir Alex kepada Kahfi. Namun, Kahfi tidak peduli dia masuk bersama dengan yang lainnya.Mereka duduk dan meletakkan buah-buahan yang sudah mereka bawa. "jangan terlalu perasaan, ingat semua sudah berakhi, lebih baik kamu tenang dan jangan memikirkan siapapun. Oh, ya bagaimana kondisimu. Apa sudah baikan?" tanya Mike kepada Alex. "Menurutmu, apakah aku sudah baik-baik saja? Jawabannya tentu tidak. Lihatlah, aku masih terbaring di sini. Kalian mau apa ke tempatku dan kalian bawa apa untukku? Hanya buah-buahan, ya? Aku tidak butuh buah-buahan yang aku butuhkan nuklir, mana dia serahkan cepat," jawab Alex ya

  • Tiga Bayi Sang Mafia   S2 Bab 143. Pemakaman Maria

    Alex mendengar suara Nilam yang terdengar khawatir ada perasaan hangat di hatinya karena saat ini ada yang mengkhawatirkan dirinya."Sudah jangan nangis aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja kamu bisa datang ke rumah sakit ya minta sopir ke sini dan satu lagi bisa tidak kamu masakin aku makanan karena aku sangat menginginkan makanan darimu, makanan di sini tidak enak," pinta Alex yang bertingkah seperti anak kecil dan dia merengek kepada Nilam untuk membawakannya makanan.Nilam yang saat ini tengah mendengar rengekan dari Alex hanya tersenyum dia pun mengiyakan apa yang diminta oleh Alex. Keduanya saling bercanda satu sama lain sedangkan Rian saat ini tengah mengurus pemakaman dari Maria, dia menunggu di ruang kamar mayat karena saat ini pihak rumah sakit sedang memandikan Maria.Rian pun harus bolak-balik ke kamar mayat dan ke kasit untuk membayar semua administrasi yang dibutuhkan termasuk biaya pemakaman dan yang lainnya. Rian sudah mencari pemakaman yang benar-benar terbaik untuk

DMCA.com Protection Status