"Ed!" Anna mencubit tangan Edgar pelan. Suaminya itu terlalu posesif dan over protektif. "Maaf, Grace. Aku akan naik bersama Edgar."Lagi pula, yang namanya kencan itu harus berpasangan dengan lawan jenis. Mana mungkin Anna berangkat dari rumah dengan Edgar, namun menghabiskan waktu kencannya dengan Grace? Itu sangat aneh. "Profesor Kevin, tolong jaga Grace baik-baik, ya! Selamat menikmati kencan kalian!"Setelah mengatakan itu, Anna sontak pergi dengan Edgar sambil berpegangan tangan. Dia sudah tidak sabar untuk menaiki bianglala yang merupakan wahana favoritnya sejak kecil. Hiruk pikuk orang berdesak-desakan untuk mengambil antrean. Ya, tidak sedikit orang yang ingin menaiki wahana bianglala. Mungkin karena bianglala adalah wahana yang menarik. Wahana bundar itu bisa memperlihatkan pemandangan alam yang indah saat sampai di titik puncaknya. Namun, bagi seseorang yang phobia ketinggian maka wahana bianglala bisa menjadi mimpi buruk! "Untuk dua orang," ucap Edgar seraya menyerahkan
"Lalu bagaimana dengan yang kemarin?" Lagi-lagi Edgar bertanya. Dia belum puas dengan jawaban Kevin. Pertanyaan Edgar membuat Anna dan Grace saling memandang dan memberi kode. Mereka penasaran dengan apa yang sedang dibicarakan para pria. Namun, sepertinya Anna sedikit paham dengan maksud Edgar. Pasti Edgar sedang mempertanyakan soal wanita yang kemarin sempat dibicarakan olehnya. Anna mengangkat bahunya berpura-pura tidak tahu. Lagi pula, itu bukan urusannya dan tidak ada hubungannya dengan Anna. Terlihat Kevin tengah kesal karena mendapat pertanyaan dari Edgar. Sudut mata Kevin berkedut dan bibirnya sediki miring. Karena dari awal sudah berbohong, tampaknya Kevin harus meneruskan kebohongannya. "Yang kemarin?" Kevin menaikkan sebelah alisnya. "Dia hanya salah satu kenalanku, Ed. Kau pasti tahu kalau aku terkenal, bukan?"Kevin mengatakan yang sebenarnya, meskipun masih ada sedikit kebohongan. Jika memikirkan kejadian kemarin, Kevin tanpa sadar teringat dengan Venna. Apakah wanit
Agar Anna tidak lagi bertemu dengan staf yang menjadi hantu, Edgar menyuruh Anna u untuk menutup mata rapat-rapat, sedangkan dia menuntun Anna berjalan. Edgar melakukan itu karena dia merasa kasihan dengan para staf yang berkostum hantu. Mereka pasti kesakitan setelah dipukuli oleh tas Anna. "Ed, apa jalan ke luarnya masih jauh?"Ketakutannya sudah mencapai batas. Anna merasa kalau seluruh badannya merinding hingga membuat jantungnya berdebar sangat kencang. Rumah hantu memang sesuatu yang efektif untuk memacu adrenalin. Grep! Langkahnya tertahan, Anna bisa merasakan sebuah tangan yang memegang pergelangan kakinya. Anna sangat takut, padahal dia sudah menutup matanya rapat-rapat seperti yang Edgar perintahkan. "Ed, kakiku ... ada sesuatu di kakiku!" ucap Anna dengan bibir bergetar. Dia menarik pakaian Edgar agar membantunya terlepas dari tangan yang menahan kakinya.Melihat ekspresi ketakutan Anna, Edgar nyaris tertawa lepas karenanya. Bagaimana bisa Anna jadi terlihat menggemaska
"Um ... apa kalian lapar? Sebenarnya aku ingin mencoba menu yang paling terkenal di kafe itu." Grace menunjuk ke sebuah kafe yang didekorasi penuh dengan warna merah muda. Atap kafe itu memiliki bentuk yang unik karena dibuat menyerupai mahkota seorang putri kerajaan. "Ow! Sejujurnya aku sudah lama sekali ingin pergi ke sana. Ada rumor yang mengatakan kalau sepasang kekasih berciuman di balkon kafe itu, cinta mereka akan abadi. Bukankah kita harus mencobanya?" Konyol. Entah siapa yang menyebarkan rumor konyol dan tidak masuk akal itu, namun sepertinya Anna termakan dengan rumor konyol itu. Memangnya kafe itu memiliki sihir? Hingga bisa membuat cinta sepasang kekasih menjadi abadi? Tak ingin menghancurkan hati Anna yang tengah bahagia, Edgar sontak menyetujui ajakan Grace untuk makan di kafe tersebut. Kafe itu sangat ramai oleh para pasangan muda, sepertinya mereka datang karena mendengar rumor konyol itu. "Syukurlah karena masih ada meja yang kosong," ucap Anna. Duduk berpasa
"Lama tidak berjumpa ... Edgar Dominic." Mendengar namanya dipanggil, Edgar sontak menoleh pada wanita yang berdiri di samping pintu toilet pria. Namun, Edgar tidak bisa melihat wajah wanita itu karena terhalang oleh topi yang dia pakai. "Siapa? Apa kau mengenalku?" tanya Edgar yang kebingungan. Venna menyeringai kecil sebelum dia memperlihatkan wajahnya pada Edgar. Begitu topinya dibuka, Venna sontak menatap mata Edgar dengan wajah serius. Deg! Pupilnya membesar, seluruh tubuh Edgar terasa sangat panas dan sakit yang luar biasa. Jantungnya berdetak sangat kencang dan napasnya memburu. Edgar kembali mengingat perasaan menjijikkan yang dia terima saat dilecehkan oleh Venna. Bayang-bayang masa lalu yang sudah mulai terlupakan, akhirnya kembali muncul dalam sekejap mata. Wanita yang melecehkan secara seksual dan membuat Edgar trauma mendalam, kini tengah berdiri di hadapan Edgar dengan wajah seolah tak berdosa. Menjijikkan! Venna mendekati tubuh Edgar yang mematung dan mera
Venna tertawa terbahak-bahak, tak habis pikir dengan ucapan Kevin yang bodoh. Memangnya kapan Venna menyetujui Kevin untuk berhenti mendekati Edgar? "Apa kau kira aku akan menuruti perintahmu?" Venna melangkah mendekati Kevin. "Ah! Jika kau tidak ingin aku menyakiti Edgar, bagaimana jika kau menggantikannya? Waktu itu aku belum sempat mencicipi tubuhmu."Tidak masalah siapa pun orangnya, Venna hanya menginginkan seorang pria untuk memenuhi hasratnya. Namun, akan lebih baik jika Venna mendapatkan Edgar yang sudah pernah dia sentuh. Apalagi Venna mendengar dari Kevin bahwa Edgar menjadi sama seperti dirinya yang sadisme, itu tentu akan menjadi kombinasi yang menarik. "Kau memang gila!" Kevin menepis tangan Venna yang hampir menyentuhnya. Daripada terus terlibat dengan Venna, Kevin akhirnya membawa Edgar pergi dari sana. Semua perkataan wanita itu hanya akan membuat Edgar dan dirinya stres. Tidak ada hal baik yang akan terjadi jika berada dekat dengan Venna, yang ada hanyalah membuka
Marah! Anna tidak suka jika Edgar memendam masalahnya sendiri. Setiap kali Anna berada dalam masalah, Edgar akan membantu menyelesaikannya. Namun, mengapa Edgar tidak ingin berbagi masalahnya dan membuat Anna membantunya? Bukankah pasangan harus saling membantu dan mempercayai? Ckiiit! Edgar menginjak rem secara tiba-tiba hingga membuat mobil mengeluarkan suara nyaring akibat gesekan ban dengan aspal. "Ed!" teriak Anna. Anna terkejut karena kepalanya hampir membentur dashboard mobil. Tidak memedulikan teriakan Anna, Edgar membenamkan wajahnya di stir mobil seraya memejamkan mata. Bohong kalau dirinya berkata baik-baik saja, nyatanya Edgar sangat terguncang setelah bertemu kembali dengan Venna. Mengapa Venna harus kembali di saat Edgar sudah bahagia bersama Anna? "Aku bertemu wanita itu," lirih Edgar. "Apakah wanita itu memakai floppy hat?"Edgar mengangguk ringan. "Hn, dia adalah wanita yang menculik dan mencabuliku di masa lalu. Namanya Venna."Meskipun Anna baru mengetahui ide
Suara detak jarum jam terdengar jelas di keheningan malam. Terlihat Anna dan Edgar tengah tertidur pulas di kamar mereka dengan selimut yang menutupi tubuh mereka hingga leher. "Ugh!"Lenguhan terdengar dari mulut Edgar yang masih terlelap dalam tidurnya. Edgar menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, napasnya terengah-engah dan keringat dingin mulai bercucuran. Membuka mata, Edgar meneguk ludahnya dengan susah payah. Edgar bermimpi buruk, mimpi tentang masa lalunya di mana dia dicabuli oleh Venna. Sepertinya pertemuan Edgar dengan Venna benar-benar sebuah bencana! Mimpi buruk yang sudah lama menghilang, tiba-tiba kembali datang menghampiri tidur Edgar. Edgar bangkit dari ranjangnya dengan sangat hati-hati agar tidak membangunkan Anna yang masih tidur. Dengan langkah pelan, Edgar keluar dari kamar dan pergi ke dapur. Gara-gara mimpi buruk itu, Edgar sudah kehilangan rasa kantuknya. Dia juga perlu menenangkan diri dan melupakan mimpi buruk itu dengan bantuan alkohol."Ck! Sial!