"Um ... apa kalian lapar? Sebenarnya aku ingin mencoba menu yang paling terkenal di kafe itu." Grace menunjuk ke sebuah kafe yang didekorasi penuh dengan warna merah muda. Atap kafe itu memiliki bentuk yang unik karena dibuat menyerupai mahkota seorang putri kerajaan. "Ow! Sejujurnya aku sudah lama sekali ingin pergi ke sana. Ada rumor yang mengatakan kalau sepasang kekasih berciuman di balkon kafe itu, cinta mereka akan abadi. Bukankah kita harus mencobanya?" Konyol. Entah siapa yang menyebarkan rumor konyol dan tidak masuk akal itu, namun sepertinya Anna termakan dengan rumor konyol itu. Memangnya kafe itu memiliki sihir? Hingga bisa membuat cinta sepasang kekasih menjadi abadi? Tak ingin menghancurkan hati Anna yang tengah bahagia, Edgar sontak menyetujui ajakan Grace untuk makan di kafe tersebut. Kafe itu sangat ramai oleh para pasangan muda, sepertinya mereka datang karena mendengar rumor konyol itu. "Syukurlah karena masih ada meja yang kosong," ucap Anna. Duduk berpasa
"Lama tidak berjumpa ... Edgar Dominic." Mendengar namanya dipanggil, Edgar sontak menoleh pada wanita yang berdiri di samping pintu toilet pria. Namun, Edgar tidak bisa melihat wajah wanita itu karena terhalang oleh topi yang dia pakai. "Siapa? Apa kau mengenalku?" tanya Edgar yang kebingungan. Venna menyeringai kecil sebelum dia memperlihatkan wajahnya pada Edgar. Begitu topinya dibuka, Venna sontak menatap mata Edgar dengan wajah serius. Deg! Pupilnya membesar, seluruh tubuh Edgar terasa sangat panas dan sakit yang luar biasa. Jantungnya berdetak sangat kencang dan napasnya memburu. Edgar kembali mengingat perasaan menjijikkan yang dia terima saat dilecehkan oleh Venna. Bayang-bayang masa lalu yang sudah mulai terlupakan, akhirnya kembali muncul dalam sekejap mata. Wanita yang melecehkan secara seksual dan membuat Edgar trauma mendalam, kini tengah berdiri di hadapan Edgar dengan wajah seolah tak berdosa. Menjijikkan! Venna mendekati tubuh Edgar yang mematung dan mera
Venna tertawa terbahak-bahak, tak habis pikir dengan ucapan Kevin yang bodoh. Memangnya kapan Venna menyetujui Kevin untuk berhenti mendekati Edgar? "Apa kau kira aku akan menuruti perintahmu?" Venna melangkah mendekati Kevin. "Ah! Jika kau tidak ingin aku menyakiti Edgar, bagaimana jika kau menggantikannya? Waktu itu aku belum sempat mencicipi tubuhmu."Tidak masalah siapa pun orangnya, Venna hanya menginginkan seorang pria untuk memenuhi hasratnya. Namun, akan lebih baik jika Venna mendapatkan Edgar yang sudah pernah dia sentuh. Apalagi Venna mendengar dari Kevin bahwa Edgar menjadi sama seperti dirinya yang sadisme, itu tentu akan menjadi kombinasi yang menarik. "Kau memang gila!" Kevin menepis tangan Venna yang hampir menyentuhnya. Daripada terus terlibat dengan Venna, Kevin akhirnya membawa Edgar pergi dari sana. Semua perkataan wanita itu hanya akan membuat Edgar dan dirinya stres. Tidak ada hal baik yang akan terjadi jika berada dekat dengan Venna, yang ada hanyalah membuka
Marah! Anna tidak suka jika Edgar memendam masalahnya sendiri. Setiap kali Anna berada dalam masalah, Edgar akan membantu menyelesaikannya. Namun, mengapa Edgar tidak ingin berbagi masalahnya dan membuat Anna membantunya? Bukankah pasangan harus saling membantu dan mempercayai? Ckiiit! Edgar menginjak rem secara tiba-tiba hingga membuat mobil mengeluarkan suara nyaring akibat gesekan ban dengan aspal. "Ed!" teriak Anna. Anna terkejut karena kepalanya hampir membentur dashboard mobil. Tidak memedulikan teriakan Anna, Edgar membenamkan wajahnya di stir mobil seraya memejamkan mata. Bohong kalau dirinya berkata baik-baik saja, nyatanya Edgar sangat terguncang setelah bertemu kembali dengan Venna. Mengapa Venna harus kembali di saat Edgar sudah bahagia bersama Anna? "Aku bertemu wanita itu," lirih Edgar. "Apakah wanita itu memakai floppy hat?"Edgar mengangguk ringan. "Hn, dia adalah wanita yang menculik dan mencabuliku di masa lalu. Namanya Venna."Meskipun Anna baru mengetahui ide
Suara detak jarum jam terdengar jelas di keheningan malam. Terlihat Anna dan Edgar tengah tertidur pulas di kamar mereka dengan selimut yang menutupi tubuh mereka hingga leher. "Ugh!"Lenguhan terdengar dari mulut Edgar yang masih terlelap dalam tidurnya. Edgar menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, napasnya terengah-engah dan keringat dingin mulai bercucuran. Membuka mata, Edgar meneguk ludahnya dengan susah payah. Edgar bermimpi buruk, mimpi tentang masa lalunya di mana dia dicabuli oleh Venna. Sepertinya pertemuan Edgar dengan Venna benar-benar sebuah bencana! Mimpi buruk yang sudah lama menghilang, tiba-tiba kembali datang menghampiri tidur Edgar. Edgar bangkit dari ranjangnya dengan sangat hati-hati agar tidak membangunkan Anna yang masih tidur. Dengan langkah pelan, Edgar keluar dari kamar dan pergi ke dapur. Gara-gara mimpi buruk itu, Edgar sudah kehilangan rasa kantuknya. Dia juga perlu menenangkan diri dan melupakan mimpi buruk itu dengan bantuan alkohol."Ck! Sial!
Anna mengerang keras akibat hujaman yang Edgar berikan dengan kasar. Tubuh belakang Anna dipukul dan ditampar tanpa ampun hingga terasa berdenyut nyeri.'Oh Tuhan ... aku sudah tidak kuat,' batin Anna. Berhubungan intim memang bukan masalah untuk Anna, namun kali ini Edgar sangat kasar dan memperlakukannya seperti b*dak s*ks. Bagian bawah Anna sangat perih akibat hujaman dan gesekan yang terus-menerus dia dapatkan. Tak kuasa menahan posisi menungging, Anna ambruk di atas ranjang sembari mempertahankan kesadaran. "Ho! Hanya segini kemampuanmu? Aku bahkan belum keluar!"Hati Anna berkecamuk ketika mendapati Edgar yang masih mabuk dan membayangkan Anna sebagai orang lain. Jika dalam keadaan sadar, apakah Edgar akan menemui Venna dan membalaskan traumanya dengan cara seperti ini? Meskipun Edgar menyebut itu hukuman, namun Anna tidak setuju jika Edgar menghukum Venna dengan menggunakan tubuhnya!Bruk! Tubuh Edgar ambruk di samping tubuh Anna setelah melepas ribuan benihnya, bahkan pusa
Banyak orang jahat di luar sana. Anna bahkan tidak tahu apakah dokter dan perawat di rumah sakit bisa dipercaya! Bagaimana jika mereka tidak bisa menjaga rahasia tentang kondisi Anna yang penuh dengan luka-luka di tubuhnya? Bagaimana jika mereka tahu kalau luka-luka tersebut disebabkan oleh Edgar dan mulai menyebarkan gosip jahat tanpa tahu kebenarannya? "Anna!" Edgar menaikkan suaranya. "Tubuhmu lebih penting daripada apa pun! Siapa yang peduli dengan perkataan orang lain? Meskipun mereka tahu kalau aku seorang sadisme, aku tidak peduli!""Tapi aku peduli, Ed!" tegas Anna yang tak mau kalah dengan Edgar. "Aku takut jika mereka memanfaatkan kelemahanmu untuk berbuat jahat! Dunia itu keras, Ed. Jika dosen cerdas sekaligus penerus perusahaan Dominic diketahui memiliki kelemahan, mereka tidak akan segan untuk menyerangmu!"Kecuali jika Edgar hanya orang biasa yang tidak memiliki kedudukan tinggi, mungkin Edgar tidak akan apa-apa dan pernikahannya dengan Anna akan aman. Memangnya siapa y
"Bu-buka?" gagap Anna, "Ed, kurasa ... aku bisa melakukannya sendiri. Bukankah kau harus pergi mengajar di kampus hari ini?"Sangat memalukan jika Anna harus melepas pakaian agar lukanya diobati oleh Edgar. Meskipun niat Edgar baik, namun tetap saja Anna merasa malu. "Aku berubah pikiran. Lebih baik aku libur mengajar hingga kau sembuh. Mana mungkin aku membiarkan istriku yang sedang terluka sendirian di apartemen."Pekerjaan memang penting, namun kesehatan Anna lebih penting dari pekerjaan. Apalagi Anna terluka akibat dirinya saat sedang mabuk. Sebagai seorang pria dan suami, Edgar harus bertanggung jawab atas perbuatannya kepada Anna. Tidak ingin berdebat, akhirnya Anna pasrah membuka pakaiannya di hadapan Edgar. Hanya pakaian atas yang Anna lepas, kecuali bra yang masih melekat di tubuhnya. "Kau mempermainkan aku?" Edgar mengerutkan dahi ketika melihat Anna yang tampak malu-malu menutupi tubuh atasnya yang hanya memakai bra. "Lepaskan semuanya! Termasuk celana dan pakaian dalamm