Saat ini mereka berada di salah satu store makeup yang ada di dalam mall, Arkan tidak merasa kelelahan saat mengikuti Aisyah ke mana pun pergi. " Itu apa sayang ?" tanya Arkan penasaran dengan benda berbentuk persegi dan berwarna warni di tangan Aisyah. " Coba tebak ini apa?" tanya Aisyah balik. Arkan mencoba mengingat benda berbentuk persegi dan berwarna warni itu, dia seperti tidak asing dengan benda tersebut. Tapi di lupa akan nama benda tersebut. " Nyerah? gak tau nih?" Aisyah menatap Arkan yang sepertinya sedang mengingat sesuatu. Ingat dengan nama benda tersebut, dengan penuh percaya diri Arkan langsung menjawabnya." Pelangi-pelangi itu kan sayang?" Aisyah mengalihkan pandangannya dan tertawa lepas, bahkan perutnya terasa keram karena kebanyakan tertawa. Melihat Aisyah tertawa, kening Arkan mengerut bertanda bingung. " Salah ya?" Arkan menarik ujung pakaian Aisyah supaya menatapnya. Sebisa mungkin Aisyah menahan tawanya agar tidak lepas kendali, tapi saat melihat
Melihat anak kecil itu murung dan menundukkan kepalanya, Aisyah merasa bersalah akan pertanyaan yang dia berikan tadi. Melirik ke samping Arkan sedang menatapnya dengan tatapan yang selalu melemahkan jantungnya, tatapan dalam tapi terdapat kehangatan dan penuh cinta. " Maaf ya. Sudah buat kamu sedih." ucap Aisyah dengan membawa anak kecil itu ke dalam pelukannya. Anak kecil itu terkejut tapi juga merasa bahagia saat di peluk, selama ini dia hanya bisa berangan-angan di peluk dengan seorang ibu. Dan hari ini dia bisa merasakannya di peluk seorang ibu, dia bahagia dan ingin selalu bersama perempuan yang dia anggap mommy ini. " Mommy gak salah." balas anak kecil itu yang tidak ingin mommy nya merasah bersalah akan pertanyaan tadi. Walaupun dia belum mengerti terlalu banyak tentang orang dewasa, tapi dia bisa merasakan kalau perempuan yang sedang memeluknya ini baik dan tulus. Melihat istrinya memeluk pria lain walaupun pria itu anak kecil, tetap saja dia merasa cemburu. Aisyah te
Sehabis subuh Aisyah sudah sibuk memasak di dapur, dia akan memasak sarapan pagi yang sederhana. Saking fokusnya dengan memasak, sampai tidak sadar Arkan sedang berjalan ke arahnya. " Assalamu'alaikum sayang."Aisyah sempat tersentak kaget saat merasakan pelukan dari belakangnya, tidak lama dia tersenyum karena begitu mengenali suara dan wangi parfum yang di miliki suaminya itu. Arkan mengecup pipi Aisyah dengan meletakkan kepalanya di ceruk leher Aisyah. " Sayang jawab salam aku."Masih dengan senyumnya, Aisyah segera menjawab salam Arkan. " Wa'alaikumussalam suamiku."Telinga dan wajah Arkan langsung bersemu merah saat mendengar itu, bahkan tanpa di pinta bibirnya sudah melengkung lebar.Melihat wajah Arkan memerah bahkan telinganya juga, Aisyah hanya terkekeh kecil dan kembali menyibukkan dirinya dengan memasak." Sayang." panggil Arkan yang terdengar manja." Apaan."Bukannya melanjutkan ucapannya, Arkan lebih memilih memandang wajah Aisyah yang sedang memasak itu. Dia tersenyum
Saat ini Aisyah dan Kenaan sedang menonton kartun bocah kembar yang berasal dari negara tetangga, mereka begitu serius menonton kartun itu di ruang tamu, hingga tidak sadar Arkan masuk ke dalam penthouse yang baru saja pulang dari masjid itu. " Assalamu'alaikum istriku." ucap Arkan ketika sudah masuk ke dalam penthouse. Dengan langkah tenang Arkan berjalan menuju ruang tamu, dia tersenyum melihat ekspresi wajah mereka yang terlihat begitu serius menonton tv, sampai dia sudah duduk di samping istrinya tapi sang istri dan anaknya masih belum sadar akan keberadaan dirinya. Anak? entahlah Arkan dan Aisyah sudah menganggap Kenaan seperti anak mereka sendiri. Walaupun Kenaan tidak lahir dari rahim istrinya, tetapi mereka begitu menyayanginya. Dan tentang identitas aslinya Kenaan, dia sedang mencari tau tentang informasi itu. Dia berharap dengan kehadiran Kenaan bisa membuat mereka belajar menjadi orang tua yang baik, dan mereka ikhlas jika suatu hari nanti orang tua atau pun wali Kenaa
Seperti sepakatan mereka tadi pagi, bahwasanya Kenaan akan ikut Arkan pergi ke kantor. Sedangkan Aisyah akan pergi kuliah, saat ini mobil yang mereka tumpangi sedang melaju ke arah kampus. " Sayang sudah sampai." ucap Arkan dengan memberitahukan kepada Aisyah sambil mengusap lembut kepala istrinya. Seketika Aisyah langsung melihat ke arah samping dari kaca mobil dan benar saja, dia melihat sekelilingnya sudah berada di area kampus. Satu hari dia gak berkuliah, tidak ada perubahan sedikit pun dari kampusnya. " Sayang." panggil Arkan lembut yang membuat Aisyah langsung menoleh ke arahnya. " Kenapa?" tanya Aisyah dengan menatap Arkan. " Sudah sampai. Kamu gak mau kuliah? atau mau ikut aku ke kantor?" " Kuliah lah." Arkan mengangguk kemudian tangannya melepaskan salbet nya, setelah itu mencondongkan tubuhnya mendekati Aisyah, tindakannya itu membuat jantung Aisyah tidak karuan. Walaupun tindakan Arkan bukan hal pertama baginya, tetap saja jantung nya tidak pernah aman. " Kamu mau
CeklekArkan melangkah masuk ketika pintu sudah terbuka, dia tersenyum tipis melihat Kenaan sudah terbangun dan sedang duduk di atas tempat tidur. " Sudah bangun, hm?" tanya Arkan. Dia berjalan mendekati tempat tidur, dan duduk di samping anaknya. Kenaan menoleh ke arah sumber suara, kemudian memberikan anggukan kepada daddy nya. " Udah daddy." Dengan mudah Arkan mengangkat tubuh Kenaan lalu membawanya ke pangkuannya, jari-jari nya mulai merapikan rambut Kenaan yang terlihat sedikit berantakan. Kenaan hanya pasrah dan diam saja saat tangan daddy nya merapikan rambutnya, dengan begitu nyaman Kenaan sudah menyandarkan kepalanya di dada bidang daddy nya. " Daddy." panggil Kenaan. " Kenapa, hm?" tanya Arkan dengan menatap Kenaan. " Mau mommy. Anan mau mommy, daddy." Arkan menghela napas yang untuk sekian kalinya, hari ini sudah berapa kali dia berhela napas sampai gak bisa di hitung. Ternyata begini menjaga anak, sungguh sangat melelahkan kan. Mana yang di tanya, dari tadi istriny
Lihat lah, tampang CEO dingin saat ini sudah seperti anak kecil yang sedang membujuk mamahnya, mulai dari wajahnya memelas, bibir manyun, tatapan sendu, dan terakhir tangannya menarik-narik ujung pakaian yang Aisyah kenakan.Dengan wajah santai, Aisyah hanya menatap Arkan tanpa ada niatan untuk meladeni. Gak merasa kesusahan sama sekali sebab sedang menggendong Kenaan, dia masih sempat-sempatnya melanjutkan kembali memakan kuaci sambil menatap ekspresi Arkan. " Sudah?" tanya Aisyah yang sudah mulai merasa bosan. " Hah?" Arkan sampai terperangah dan membuat dirinya bingung dengan pertanyaan Aisyah. Seolah sadar, Arkan buru-buru mengklarifikasi. " Maksud aku sayang, kamu tanya apa?" " Ayok pulang." ajak Aisyah dengan merangkul lengan Arkan. Arkan langsung mengangguk dan tersenyum malu-malu ketika melihat lengannya di rangkul Aisyah, mereka berjalan beriringan menuju tempat mobilnya berada. Sampai di dekat mobilnya, Arkan dengan sigap langsung membukkakan pintu mobil untuk Aisyah.
Singkat cerita, malam pun telah tiba. Terdapat pasangan suami-istri tengah bersiap-siap di dalam kamar mereka, malam ini mereka akan pergi dinner di salah satu restoran mewah yang ada di Jakarta. Di depan kaca, terlihat Aisyah sedang sibuk berkutat dengan alat makeup-nya sedari 30 menit yang lalu. Kemudian tidak jauh dartempat Aisyah berada, Arkan sedang sibuk mengancingkan semua pakaiannya, Lalu di karpet bulu, terdapat Kenaan yang begitu anteng dengan mainan di tangannya. Selesai dengan mengancingkan semua pakaiannya, Arkan mendekati Aisyah dengan langkah perlahan, sampai di dekat istrinya. Tangan Arkan langsung melingkar di pinggang Aisyah, seolah memastikan bahwa Aisyah tidak bisa kabur. " Sayang apa masih lama?" tanya Arkan yang nyaris terdengar seperti berbisik. Aisyah tersentak, ketika mendengar suara Arkan yang nyaris terdengar seperti berbisik. Apalagi dia juga merasakan deru napas Arkan yang menerpa leher jenjangnya. " Sayaaaaang." rengek Arkan seperti anak kecil. "