Saat ini Aisyah dan Kenaan sedang menonton kartun bocah kembar yang berasal dari negara tetangga, mereka begitu serius menonton kartun itu di ruang tamu, hingga tidak sadar Arkan masuk ke dalam penthouse yang baru saja pulang dari masjid itu. " Assalamu'alaikum istriku." ucap Arkan ketika sudah masuk ke dalam penthouse. Dengan langkah tenang Arkan berjalan menuju ruang tamu, dia tersenyum melihat ekspresi wajah mereka yang terlihat begitu serius menonton tv, sampai dia sudah duduk di samping istrinya tapi sang istri dan anaknya masih belum sadar akan keberadaan dirinya. Anak? entahlah Arkan dan Aisyah sudah menganggap Kenaan seperti anak mereka sendiri. Walaupun Kenaan tidak lahir dari rahim istrinya, tetapi mereka begitu menyayanginya. Dan tentang identitas aslinya Kenaan, dia sedang mencari tau tentang informasi itu. Dia berharap dengan kehadiran Kenaan bisa membuat mereka belajar menjadi orang tua yang baik, dan mereka ikhlas jika suatu hari nanti orang tua atau pun wali Kenaa
Seperti sepakatan mereka tadi pagi, bahwasanya Kenaan akan ikut Arkan pergi ke kantor. Sedangkan Aisyah akan pergi kuliah, saat ini mobil yang mereka tumpangi sedang melaju ke arah kampus. " Sayang sudah sampai." ucap Arkan dengan memberitahukan kepada Aisyah sambil mengusap lembut kepala istrinya. Seketika Aisyah langsung melihat ke arah samping dari kaca mobil dan benar saja, dia melihat sekelilingnya sudah berada di area kampus. Satu hari dia gak berkuliah, tidak ada perubahan sedikit pun dari kampusnya. " Sayang." panggil Arkan lembut yang membuat Aisyah langsung menoleh ke arahnya. " Kenapa?" tanya Aisyah dengan menatap Arkan. " Sudah sampai. Kamu gak mau kuliah? atau mau ikut aku ke kantor?" " Kuliah lah." Arkan mengangguk kemudian tangannya melepaskan salbet nya, setelah itu mencondongkan tubuhnya mendekati Aisyah, tindakannya itu membuat jantung Aisyah tidak karuan. Walaupun tindakan Arkan bukan hal pertama baginya, tetap saja jantung nya tidak pernah aman. " Kamu mau
CeklekArkan melangkah masuk ketika pintu sudah terbuka, dia tersenyum tipis melihat Kenaan sudah terbangun dan sedang duduk di atas tempat tidur. " Sudah bangun, hm?" tanya Arkan. Dia berjalan mendekati tempat tidur, dan duduk di samping anaknya. Kenaan menoleh ke arah sumber suara, kemudian memberikan anggukan kepada daddy nya. " Udah daddy." Dengan mudah Arkan mengangkat tubuh Kenaan lalu membawanya ke pangkuannya, jari-jari nya mulai merapikan rambut Kenaan yang terlihat sedikit berantakan. Kenaan hanya pasrah dan diam saja saat tangan daddy nya merapikan rambutnya, dengan begitu nyaman Kenaan sudah menyandarkan kepalanya di dada bidang daddy nya. " Daddy." panggil Kenaan. " Kenapa, hm?" tanya Arkan dengan menatap Kenaan. " Mau mommy. Anan mau mommy, daddy." Arkan menghela napas yang untuk sekian kalinya, hari ini sudah berapa kali dia berhela napas sampai gak bisa di hitung. Ternyata begini menjaga anak, sungguh sangat melelahkan kan. Mana yang di tanya, dari tadi istriny
Lihat lah, tampang CEO dingin saat ini sudah seperti anak kecil yang sedang membujuk mamahnya, mulai dari wajahnya memelas, bibir manyun, tatapan sendu, dan terakhir tangannya menarik-narik ujung pakaian yang Aisyah kenakan.Dengan wajah santai, Aisyah hanya menatap Arkan tanpa ada niatan untuk meladeni. Gak merasa kesusahan sama sekali sebab sedang menggendong Kenaan, dia masih sempat-sempatnya melanjutkan kembali memakan kuaci sambil menatap ekspresi Arkan. " Sudah?" tanya Aisyah yang sudah mulai merasa bosan. " Hah?" Arkan sampai terperangah dan membuat dirinya bingung dengan pertanyaan Aisyah. Seolah sadar, Arkan buru-buru mengklarifikasi. " Maksud aku sayang, kamu tanya apa?" " Ayok pulang." ajak Aisyah dengan merangkul lengan Arkan. Arkan langsung mengangguk dan tersenyum malu-malu ketika melihat lengannya di rangkul Aisyah, mereka berjalan beriringan menuju tempat mobilnya berada. Sampai di dekat mobilnya, Arkan dengan sigap langsung membukkakan pintu mobil untuk Aisyah.
Singkat cerita, malam pun telah tiba. Terdapat pasangan suami-istri tengah bersiap-siap di dalam kamar mereka, malam ini mereka akan pergi dinner di salah satu restoran mewah yang ada di Jakarta. Di depan kaca, terlihat Aisyah sedang sibuk berkutat dengan alat makeup-nya sedari 30 menit yang lalu. Kemudian tidak jauh dartempat Aisyah berada, Arkan sedang sibuk mengancingkan semua pakaiannya, Lalu di karpet bulu, terdapat Kenaan yang begitu anteng dengan mainan di tangannya. Selesai dengan mengancingkan semua pakaiannya, Arkan mendekati Aisyah dengan langkah perlahan, sampai di dekat istrinya. Tangan Arkan langsung melingkar di pinggang Aisyah, seolah memastikan bahwa Aisyah tidak bisa kabur. " Sayang apa masih lama?" tanya Arkan yang nyaris terdengar seperti berbisik. Aisyah tersentak, ketika mendengar suara Arkan yang nyaris terdengar seperti berbisik. Apalagi dia juga merasakan deru napas Arkan yang menerpa leher jenjangnya. " Sayaaaaang." rengek Arkan seperti anak kecil. "
Diam-diam pemilik mata hazel secara terang-terangan memandang gadis cantik yang sedang duduk di hadapannya, dan kenyataannya gadis cantik itu adalah istrinya. Aisyah bukan tidak sadar jika ada sepasang mata sedari tadi terus menatapnya, dia lebih memilih untuk acuh dan menyibukkan dirinya dengan makanan yang ada di depan matanya. " Sayang apa makanan itu lebih elok di pandang dari pada wajah tampan aku?" tanya Arkan. Kening Aisyah mengerut sampai kedua alisnya ikut menyatu apalagi setelah mendengar pertanyaan Arkan, lantas dia mengangkat wajahnya dengan matanya langsung bersibobrok pada pemilik mata hazel yaitu Arkan. " Kamu ngomong apa sih? ngaco banget tau." Aisyah terkekeh kecil untuk mengurangi keheningan yang sedang melanda. Arkan memiringkan wajahnya lalu menghela napas kasar, gak mungkin kan dia cemburu hanya dengan namanya makanan? tapi kenapa hatinya terasa sesak ketika melihat Aisyah lebih memilih memandang makanan dari pada wajah tampannya? Melihat ekspresi Arkan sep
" 𝘊𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪. 𝘔𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘥𝘪𝘢 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢, 𝘩𝘢𝘵𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘪𝘬𝘶𝘵 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢. 𝘛𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘩𝘢𝘥𝘪𝘳 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘴𝘪 𝘩𝘢𝘵𝘪 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘸𝘢𝘭𝘢𝘶𝘱𝘶𝘯 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘶. 𝘈𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘺𝘢 𝘪𝘯𝘪." Abian Baskara Bwijaya. " 𝘚𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘪𝘴𝘵𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭𝘬𝘶 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨, 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘢𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘫𝘢𝘬𝘢𝘯𝘮𝘶, 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢𝘬𝘢𝘯𝘮𝘶, 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬𝘮𝘶, 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘰𝘴𝘰𝘬 𝘴𝘶𝘢𝘮𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘢𝘯𝘥𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯, 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘬𝘶 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘵𝘢𝘶." Muhammad Arkan Al- Uqshari Albelard. _______________________________________________ " Bagaimana dengan kencanmu, Abi?" Sontak Abian yang hendak men
Setengah jam lalu, pria berwajah tampan dengan tatapan tajam itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Dia tampak sibuk dan terlihat sedikit kesulitan mengurusi anaknya, ada kuratan kecil di keningnya pertanda dia merasa sedikit tertekan. Tapi kejadian kecil tersebut, tidak berlangsung lama setelah beberapa kali bujukan dan rayuannya berhasil membuat anaknya luluh. Kemudian ada kejadian yang tidak terduga, ketika dia akan pergi meninggalkan kantor. Tiba-tiba saja titisan jailangkung muncul di dekat mobilnya. Lalu tanpa menunggu persetujuan darinya, sudah langsung duduk manis di kursi penumpang. Mau di turunkan secara paksaan, takut di lihat anaknya. Jadi kan, mau tidak mau dia harus tetap menampung titisan mirip jailangkung tersebut. " Turun!" titah Arkan dingin. " Hoaamm.. ooh, sudah sampai ya?" tanya Reza basa-basi, sambil mengucek-ngucek kedua matanya. Arkan hanya merespon dengan gumaman kecil, kemudian dia segera keluar dari mobil. Setelah mengambil anaknya dan membawanya kel
Kantor Sampai di kantor Arkan langsung masuk ke dalam ruangan kerjanya. Secangkir kopi bersama tumpukan berkas di atas meja, setia menunggu kedatangannya. Lembar- lembaran kertas belum tersentuh, seolah memanggil- mangilnya untuk meminta segera di kerjakan. Sesekali Arkan menyesap kopinya, tak lupa memperbaiki letak kacamata yang sempat merosot ke bawah. Matanya menatap serius pada layar di depannya, begitu pula dengan tangannya. Bergerak lincah ke sana ke mari di atas papan ketik komputer itu. Hening dan tenang gambaran suasana di dalam ruangan kerja Arkan. Hanya terdengar suara ketikan keyboard komputer saja. Tok! Tok! " Masuk!" titah Arkan, matanya tetap fokus pada layar komputer. Tanpa tau jika seseorang sedang melangkah masuk. Setelah mendapatkan izin dari dalam, seorang wanita dengan membawa berkas di tangan kanannya. Melangkah masuk ke dalam ruangan, seketika tubuh wanita itu menegang di tempat. Tak berselang lama ekspresi wajahnya langsung berubah, senyum tipis ters
" Hm, boleh deh." " Serius sayang?" Aisyah mengangguk sambil tersenyum pada Arkan. " Iyaa. Tapi..." Arkan yang sudah senang mendengar itu, langsung menyahut cepat. " Tapi apa sayang?" tanyanya yang terdengar tidak sabaran. " Tidur di luar!!" Setelah mengatakan itu, Aisyah langsung keluar dari mobil dengan keadaan kesal. Wajah cantiknya berubah jadi jutek dengan sorot mata tajam. Mendengar ucapan Aisyah, Arkan berpikir sesaat. " Sayang. Loh ke mana?" seketika Arkan tersadar jika istrinya sudah keluar dari mobil. Bergegas Arkan keluar dari mobil, dengan langkah lebar dia berusaha mengejar Aisyah. Beberapa tatapan dan pekikan terdengar, satu pun tidak ada di tanggapi olehnya. Di pikirannya hanya satu, istrinya. Apapun menyangkut tentang istrinya akan Arkan lakukan tanpa ada terkecuali. " Sayang tunggu." " Berhenti sebentar, sayang." Mendengar ucapan Arkan, seketika langkah kakinya berhenti. Aisyah menghela napas sebelum berbalik tubuhnya, kini dia bisa melihat suaminya sedang
" Sayang pengen." " Gak ada!" " Sayang please." " No!" " Satu kali saja. Ya, ya boleh ya sayang." " Sayaaaang please." Aisyah menghela napas melihat Arkan, mendengar rengekan suaminya sudah seperti mendengar anak kecil merengek meminta permen pada mamahnya.Salahnya dia juga sih, memakai pakaian tersebut, entah kenapa malam ini Aisyah tiba-tiba kepengen memakai pakaian kurang bahan itu. Apa itu termasuk ngidam juga? Arkan sendiri tidak merasa gentar atau pun putus asa membujuk sang pujaan hati, agar rencananya bisa terlaksanakan dengan lancar dan baik. Dengan perlahan Arkan merapatkan tubuhnya pada Aisyah, tangannya menarik pinggang sang istri supaya lebih dekat lagi dengannya. Lalu kepalanya bersandar di kedua gundukan gunung istrinya, sambil mencari-cari kenyamanan di sana. " Istrikuu, sayangku boleh ya. Janji deh cuman sekali saja. Aku lagi pengen banget sayang." tatapan sayu Arkan mendongak menatap Aisyah, jujur melihat istrinya memakai pakaian seperti itu. Sangat berha
Waktu silih berganti, perasaan baru kemarin mereka merasakan berkumpul bersama dengan penuh canda tawa. Namun, kini harus berpisah kembali seperti sediakala. Minggu sore ini di bandara Soekarno-Hatta, terlihat Arkan dan Aisyah sedang mengantarkan keluarganya. Beberapa wejangan di berikan kepada pasangan suami-istri itu, tak lupa ada aksi nangis menangis terjadi. " Jaga diri kalian baik-baik, terutama untuk Aisyah. Di jaga kesehatannya, makanannya, dan jangan banyak pikiran. Walaupun sedang hamil jangan malas bergerak, bukannya hamil gak boleh gerak dan kerja. Kerja boleh, tapi jangan yang berat-berat. Misalnya angkat rumah gitu. Nah, kalau itu jangan ya dek ya." " Kalau bisa pun kalian pindah di kamar bawah aja, kasian nanti nih anak bontot satu. Udah lagi hamil, naik turun tangga setiap hari, yang ada anaknya brojol duluan sebelum waktunya." Arkan hanya mengangguk mengerti, berbanding terbalik dengan Aisyah. Bibirnya maju beberapa senti seperti bebek yang hendak nyosor saja. Mel
" Ok, fine! aku tau, aku salah. Tapi jangan seperti ini sayang, jangan diamin aku terus. Rasanya sakit. Sakit banget sayang." Arkan tidak berbohong jika diamnya Aisyah bisa se effect itu baginya, sebentar saja tidak mendengar suara istrinya. Mendadak dia kecarian dan merasa sepi seperti kehidupannya dulu. Ini salahnya, andai dia lebih bisa mengatur emosi dan cemburu. Pasti hal seperti ini tidak akan pernah terjadi.Tapi nasi sudah menjadi bubur, berandai-andai apapun itu jika sudah terjadi maka tak akan bisa di ubah kembali. Aisyah menoleh, menatap Arkan dengan pandangan sulit di artikan. Helaan napas sedari tadi terus terdengar. Punya suami pencemburu patut di syukuri, sebab suami pencemburu pasti paham akan ilmunya. Dan, Aisyah mensyukuri mempunyai suami pencemburu, tapi kadang-kadang dia merasa sedikit kesal. Seperti halnya hari ini! Kepala Arkan mendongak menatap manik mata Aisyah, bibirnya tersungging senyum. Dadanya berdebar kencang seolah dia baru saja lari marathon. " M
Di sini lah mereka berada, di sebuah taman yang indah dengan suasana sejuk dari pohonnya langsung. Terlihat Aisyah tampak begitu menikmati pemandangan taman tersebut, segala kepenatannya seketika hilang saat semilir angin menerpa wajahnya.Tanpa Aisyah sadari jika ada sepasang mata sedari tadi menatap ke arahnya, dengan langkah ringan seseorang tersebut berjalan mendekati Aisyah yang masih belum sadar akan kedatangannya.Semakin dekat seseorang tersebut semakin membuat jantungnya berdebar kencang, seketika dia refleks memegang dadanya.Huuftt.. helaan napas seseorang tersebut, terdengar sekali sedang gugup.Dia sudah sampai dan sekarang sedang berdiri tepat di depan perempuan itu. " Hai." sapa nya dengan menahan gugup.Sontak Aisyah terkejut mendengar suara seseorang yang begitu dekat dengannya, refleks dia memundurkan tubuhnya menjauh dari pria itu.Ya, seorang pria. Bahkan Aisyah tidak tau kapan pria itu datang dan tiba-tiba sudah berada di depannya, perasaannya mulai merasa gelisah
Selesai memencet bell penthouse Nurul memainkan handphonenya sembari menunggu pemiliknya membuka pintu, terlalu asik memainkan handphone dia sampai tak sadar jika pintu sudah terbuka sama pemiliknya. " EKHEM!!" suara deheman itu sontak membuat Nurul kaget sampai handphone yang berada di tangannya melayang, dan berakhir jatuh di lantai. Nurul segera mengambil handphonenya yang mati dengan keadaan layar separuh retak, sungguh sangat menyakiti hatinya. Padahal baru saja dia menganti anti gores. Melihat seorang pria yang dia kenali membuat Nurul sedikit terkejut, tak lama dia menormalkan kembali ekspresinya. " Ada perlu apa?" tanya Mail tanpa merasa bersalah pada teman adiknya itu. Sejenak Nurul menghela napas, supaya berbicara tak pakai emosi pada pelaku yang mengejutkannya tadi. " Aisyah. Mana?" Mail tak menjawab tapi membukakan pintunya lebih lebar lagi agar teman adiknya itu bisa masuk, setelah teman adiknya itu masuk. Langsung saja Mail menutup kembali pintunya, lalu pergi meni
" Huekk.." Aisyah tertunduk lemas dengan tangannya menopang pada meja wastafel, akhir-akhir ini dia sering merasa mual dan hanya memuntahkan cairan bening saja. Setelah mencuci wajah dan tangannya, Aisyah mendongakkan kepalanya menatap ke arah kaca yang ada di depannya. Terlihat wajahnya pucat, bibir pecah-pecah, rambut acak-acakan, pakaian kusut, sungguh penampilannya sudah seperti orang yang tak terurus. Membuat Aisyah sedikit terkejut setelah sadar jika penampilannya, memang sekacau itu. Ceklek! Arkan masuk ke dalam kamar setelah itu menutup pintunya kembali, pandangannya mengedar ke seluruh ruangan kamar, keningnya mengernyit bingung dengan perasaan khawatir yang tak menemukan keberadaan Aisyah di dalam kamar. " Huekk.." Tiba-tiba dia mendengar suara yang berasal dari kamar mandi. Tanpa membuang waktu, segera Arkan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. " Huekk.." lagi-lagi Aisyah memuntahkan isi perutnya yang hanya keluar cairan bening itu, tiba-tiba tubuhnya kurang kese
Pagi yang cerah sama seperti secerah wajah Arkan saat ini, suami Aisyah itu tengah berjalan menuju ke arah kamar. Sambil tangannya membawa nampan berisi buah-buahan dan susu hamil. Setengah jam lalu mereka tiba di kediaman penthouse, mereka di sambut dengan raut wajah bahagia dan juga pelukan. Baik dari pihak keluarga istrinya maupun juga dari pihak keluarganya. Kedua keluarga itu, begitu kompak menyambut kepulangan anak dan menantu mereka. Dan tak lupa memberikan kata selamat pada pasangan suami-istri yang sebentar lagi akan menjadi orang tua itu.Ceklek! " Taruh dulu handphone nya sayang." perintah Arkan. Setelah menutup pintu dan menguncinya, dengan langkah ringan Arkan berjalan menuju ke arah Aisyah, yang sedang duduk di atas tempat tidur itu.Tanpa bantahan Aisyah mengangguk dan menaruh handphone nya di samping dia duduk, matanya melirik kecil ke arah nampan yang berada di tangan Arkan. Dia mengira suaminya itu membawa makanan yang pedas dan gurih, oh ternyata oh ternyata buah