Pagi ini seperti biasa, dosen masuk dan langsung melanjutkan penjelasan materi minggu lalu, dua jam lamanya mereka mengikuti kelas tersebut. Sebelum dosennya pergi beliau memberikan tugas berkelompok kepada mahasiswanya. Seperti saat ini, Aisyah, Nurul, dan satu pria dengan bermata abu-abu tengah berjalan menuju caffe yang berada di seberang kampus. Di arah berlawanan ada mobil sedan sedang mengawasi seseorang. Ketika menemukan celah untuk melakukan misinya, dia menaikkan sudut bibirnya berbentuk sebuah senyuman menyeringai dengan seraya melajukan mobilnya.Brumm.." LO AKAN MATI!! HAHAHA..." ucap wanita itu dengan wajah tampak bahagia, dan terus menambahkan kecepatan mobilnya.Ciiiiitttt... BRAAKK!!Tiba-tiba sekujur tubuhnya seperti mati rasa dan tidak berdaya, ketika ada sebuah mobil menghantam tubuhnya sampai terpental lumayan jauh dari tabrakan barusan. Melihat kejadian itu, orang-orang pada ramai mengerubungi dengan berbagai banyak tatapan mulai dari sedih, takut, dan iba. Bahka
Suasana pagi ini, di ruangan inap Aisyah sedang terjadi perang dunia ke- 10. Yang suami sedang berusaha membujuk istrinya untuk mandi, tapi sang istri tidak mau mandi. Jadi lah mereka terus berdebat masalah mandi dari beberapa jam yang lalu." Pokoknya aku gak mau!" tegas Aisyah yang tidak mau mandi.Masih tidak menyerah untuk Arkan membujuk Aisyah supaya mau mandi. Karena dari kemarin Aisyah masuk rumah sakit, belum ada istrinya mandi atau pun bersih-bersih. Dan dia bisa melihat Aisyah juga tidak nyaman kalau tidak mandi sehari saja. Pasalnya akhir-akhir ini, Aisyah begitu rajin mandi. " Sayang ku, mandi gak lama. Dari pada tubuh kamu gerah, lebih baik aku bantu kamu mandi. Mau yuk, sayang ku mandi." bujuk Arkan yang sekian kalinya.Aisyah menggeleng cepat, pokoknya gak mau mandi! apalagi di bantu sama Arkan! yang benar aja, malu dong!" Sayang, " " Enggak!!" " Ok. Gimana kalau wajah, tangan dan kaki kamu di lap pakai kain basah. Mau sayang?" Arkan sudah menyerah membujuk Aisyah un
Hari ini tepat sudah 4 hari Aisyah berada di rumah sakit, setelah di periksa dokter Nara pagi tadi, Aisyah sudah di perbolehkan untuk pulang. Dan saat ini Aisyah melihat Arkan yang sedang sibuk membereskan barang-barang mereka. Gadis itu terus menggerutu melihat Arkan yang tidak selesai-selesai membereskan barang-barang Mereka sedari tadi." Ayo pulang. Lama banget kamu iih! dari tadi gak siap-siap! aku bantuin gak boleh!" ucap Aisyah yang sekian kalinya, dengan menahan kesabaran melihat Arkan yang begitu lama menurutnya. Mendengar ucapan Aisyah barusan membuat Arkan seketika langsung berhenti memasukkan pakaian ke dalam tas. Dia melihat Aisyah sedang menatapnya dengan wajah cemberut, tidak ketinggalan ciri khas bibirnya sedang ber komat-kamit seperti sedang membaca mantra saja." Maaf ya sayang ku, sekarang sudah siap. Mari kita pulang istri ku." setelah selesai membereskan pakaiannya, Arkan langsung menghampiri Aisyah dengan menatapnya lembut.Aisyah masih menatapnya kesal, dan Arka
Malam harinya,Setelah selesai shalat isya dan makan malam, Arkan dan Aisyah langsung tidur karena merasa kecapekan setelah pergi dari supermarket. Satu jam yang lalu mereka habis berbelanja untuk keperluan rumah tangga, yang memang sudah tidak ada apapun di rumah mereka. Apalagi besok pagi Aisyah sudah mulai masuk kuliah kembali. Begitu pula dengan Arkan yang akan pergi ke kantor.Setiap malam, Arkan akan terbangun untuk melakukan shalat malam. Begitu pun dengan malam ini, Arkan sudah terbangun dari beberapa menit yang lalu dan saat ini dia sedang mengangumi ciptaan Allah yang berada di sampingnya. " Sayang bangun." ucap Arkan yang nyaris seperti berbisik, karena efek suara baru bangun tidur. Aisyah hanya bergumam tidak jelas, lalu melanjutkan kembali tidurnya. Melihat itu Arkan hanya menggeleng kepalanya, dan tangannya terulur mengusap pipi chubby Aisyah." Sayang ku, cinta ku. Ayo bangun, kita shalat tahajud bersama." " Hmm.. jam berapa sih?" tanya Aisyah yang belum ada niatan un
Bukannya menjawab pertanyaan Arkan yang ada Aisyah mengambil tangan suaminya itu untuk di salim. Sedangkan Nurul yang melihat itu hanya tersenyum canggung seraya matanya melihat sekeliling ruang tersebut. " Assalamualaikum." ucap Aisyah setelah salim tangan Arkan." Wa'alaikumsalam sayang." jawab Arkan dengan mengusap kepala Aisyah yang tertutup hijab itu.Arkan langsung membawa Aisyah menuju sofa yang tidak jauh dari mereka berdiri. Aisyah pun langsung menarik tangan Nurul untuk mengikutinya dan Arkan yang akan pergi menuju ke sofa." Kalian mau minum apa?" tanya Arkan dengan menatap kedua perempuan itu." Capuccino dingin dan makanan." jawab Aisyah yang di anggukan Nurul." Tunggu sebentar ya sayang, aku beritahukan pihak kantin dulu." ucap Arkan dengan mengambil handphonenya dan menghentikan sesuatu untuk memerintahkan seseorang membawa pesanan yang dia pinta." Ok." " Ini ruangan kerja suami kau? emang suami kau kerja apa sih?" bisik Nurul yang tidak mau Arkan mendengar bisikanny
Setibanya di rumah, mereka langsung bersih-bersih dan istirahat sejenak sambil menunggu waktu dzuhur. Kemudian setelah masuk waktu dzuhur, Arkan langsung pergi ke mesjid. Sepulangnya dari mesjid, Arkan buru-buru untuk pulang, karena mau mengerjakan pekerjaan kantor. CeklekSuara pintu terbuka membuat perhatian Arkan langsung teralihkan, melihat Aisyah masuk sambil membawa nampan berisi jus jeruk dan cemilan. Dia tersenyum menatap Aisyah yang sedang berjalan mendekatinya. " Buat kamu." Aisyah memberikan jus jeruk kepada Arkan yang langsung di terima dengan Arkan." Terimakasih sayang." Aisyah mengangguk dengan meminum jus jeruk miliknya, matanya melihat laptop Arkan yang isinya angka-angka dan grafik sampai membuat kepalanya pusing. ' Aku lihat matematika aja udah nyerah. Lah dia setiap hari lihat kaya gitu, gak pusing apa?' batin Aisyah." Kenapa sayang?" tanya Arkan yang sadar Aisyah tengah melihat laptopnya.Aisyah langsung menoleh menatap Arkan. " Kamu gak pusing?" Arkan mengge
" Sayang mungkin aku jemput kamu nanti agak lama. Maaf ya, soalnya hari ini aku ada jadwal meeting dengan klien dari luar negeri." ucap Arkan memberitahukan Aisyah kalau mungkin dia akan menjemput telat. Aisyah mengangguk mengerti, dia tidak masalah jika Arkan tidak menjemputnya nanti. " Atau gak gini aja, aku pulang naik taksi. Jadi kamu gak perlu jemput aku." saran Aisyah. Arkan langsung menggeleng cepat. " Enggak boleh sayang. Akan aku usahakan jemput kamu secepatnya. Jadi kamu gak perlu naik taksi, dengar sayang ku?" Aisyah mengangguk mengalah. " Dengar." Satu kata untuk istrinya, gemas. Bahkan Arkan sudah mengusap kepala Aisyah yang tertutup hijab itu. Mendapat perhatian itu, Aisyah hanya tersenyum dengan menahan salting nya. " Kamu belajar yang rajin. Jangan lirik-lirik pria lain, karena aku cemburu. Kalau ada apa-apa langsung telepon aku, tolong ya hati dan mata istri ku. Jaga untuk aku, karena suaminya cemburuan." Arkan memang suka sekali membuat pipi chubby Aisyah memerah
Pria itu mengangguk dengan tersenyum sangat tipis menatap Aisyah, reaksi yang di perlihatkan Aisyah membuat sisi lain Dion, ingin melakukan kejutan yang lebih seru dari sekedar itu. Pria itu Dion, teman satu fakultas dan pernah membantunya ketika mengalami kecelakaan pada waktu itu, tapi kenapa ekspresi Dion saat ini tidak seperti biasanya. Ada perasaan takut ketika melihat Dion saat ini, ingin rasanya dia pergi dari ruangan tersebut." Kenapa sayang? takut, hm?" Kenapa Dion seperti ini? Apa sebenarnya sifat Dion sebrengsek ini?Sebisa mungkin Aisyah tidak perlihatkan ketakutan pada Dion, tapi dia tetap tidak bisa ketika Dion berjalan mendekati ke arahnya. " Jangan takut sayang," Dion tersenyum tipis dengan mengusap pipi chubby Aisyah, " Kamu sekarang milik aku." Aisyah langsung menepis tangan Dion yang begitu lancang mengusap pipinya, tanpa bisa dia cegah, air matanya sudah mengalir begitu saja membasahi pipinya. Dia benci ketika pria asing menyentuh dirinya. Wajah panik Dion be
Kantor Sampai di kantor Arkan langsung masuk ke dalam ruangan kerjanya. Secangkir kopi bersama tumpukan berkas di atas meja, setia menunggu kedatangannya. Lembar- lembaran kertas belum tersentuh, seolah memanggil- mangilnya untuk meminta segera di kerjakan. Sesekali Arkan menyesap kopinya, tak lupa memperbaiki letak kacamata yang sempat merosot ke bawah. Matanya menatap serius pada layar di depannya, begitu pula dengan tangannya. Bergerak lincah ke sana ke mari di atas papan ketik komputer itu. Hening dan tenang gambaran suasana di dalam ruangan kerja Arkan. Hanya terdengar suara ketikan keyboard komputer saja. Tok! Tok! " Masuk!" titah Arkan, matanya tetap fokus pada layar komputer. Tanpa tau jika seseorang sedang melangkah masuk. Setelah mendapatkan izin dari dalam, seorang wanita dengan membawa berkas di tangan kanannya. Melangkah masuk ke dalam ruangan, seketika tubuh wanita itu menegang di tempat. Tak berselang lama ekspresi wajahnya langsung berubah, senyum tipis ters
" Hm, boleh deh." " Serius sayang?" Aisyah mengangguk sambil tersenyum pada Arkan. " Iyaa. Tapi..." Arkan yang sudah senang mendengar itu, langsung menyahut cepat. " Tapi apa sayang?" tanyanya yang terdengar tidak sabaran. " Tidur di luar!!" Setelah mengatakan itu, Aisyah langsung keluar dari mobil dengan keadaan kesal. Wajah cantiknya berubah jadi jutek dengan sorot mata tajam. Mendengar ucapan Aisyah, Arkan berpikir sesaat. " Sayang. Loh ke mana?" seketika Arkan tersadar jika istrinya sudah keluar dari mobil. Bergegas Arkan keluar dari mobil, dengan langkah lebar dia berusaha mengejar Aisyah. Beberapa tatapan dan pekikan terdengar, satu pun tidak ada di tanggapi olehnya. Di pikirannya hanya satu, istrinya. Apapun menyangkut tentang istrinya akan Arkan lakukan tanpa ada terkecuali. " Sayang tunggu." " Berhenti sebentar, sayang." Mendengar ucapan Arkan, seketika langkah kakinya berhenti. Aisyah menghela napas sebelum berbalik tubuhnya, kini dia bisa melihat suaminya sedang
" Sayang pengen." " Gak ada!" " Sayang please." " No!" " Satu kali saja. Ya, ya boleh ya sayang." " Sayaaaang please." Aisyah menghela napas melihat Arkan, mendengar rengekan suaminya sudah seperti mendengar anak kecil merengek meminta permen pada mamahnya.Salahnya dia juga sih, memakai pakaian tersebut, entah kenapa malam ini Aisyah tiba-tiba kepengen memakai pakaian kurang bahan itu. Apa itu termasuk ngidam juga? Arkan sendiri tidak merasa gentar atau pun putus asa membujuk sang pujaan hati, agar rencananya bisa terlaksanakan dengan lancar dan baik. Dengan perlahan Arkan merapatkan tubuhnya pada Aisyah, tangannya menarik pinggang sang istri supaya lebih dekat lagi dengannya. Lalu kepalanya bersandar di kedua gundukan gunung istrinya, sambil mencari-cari kenyamanan di sana. " Istrikuu, sayangku boleh ya. Janji deh cuman sekali saja. Aku lagi pengen banget sayang." tatapan sayu Arkan mendongak menatap Aisyah, jujur melihat istrinya memakai pakaian seperti itu. Sangat berha
Waktu silih berganti, perasaan baru kemarin mereka merasakan berkumpul bersama dengan penuh canda tawa. Namun, kini harus berpisah kembali seperti sediakala. Minggu sore ini di bandara Soekarno-Hatta, terlihat Arkan dan Aisyah sedang mengantarkan keluarganya. Beberapa wejangan di berikan kepada pasangan suami-istri itu, tak lupa ada aksi nangis menangis terjadi. " Jaga diri kalian baik-baik, terutama untuk Aisyah. Di jaga kesehatannya, makanannya, dan jangan banyak pikiran. Walaupun sedang hamil jangan malas bergerak, bukannya hamil gak boleh gerak dan kerja. Kerja boleh, tapi jangan yang berat-berat. Misalnya angkat rumah gitu. Nah, kalau itu jangan ya dek ya." " Kalau bisa pun kalian pindah di kamar bawah aja, kasian nanti nih anak bontot satu. Udah lagi hamil, naik turun tangga setiap hari, yang ada anaknya brojol duluan sebelum waktunya." Arkan hanya mengangguk mengerti, berbanding terbalik dengan Aisyah. Bibirnya maju beberapa senti seperti bebek yang hendak nyosor saja. Mel
" Ok, fine! aku tau, aku salah. Tapi jangan seperti ini sayang, jangan diamin aku terus. Rasanya sakit. Sakit banget sayang." Arkan tidak berbohong jika diamnya Aisyah bisa se effect itu baginya, sebentar saja tidak mendengar suara istrinya. Mendadak dia kecarian dan merasa sepi seperti kehidupannya dulu. Ini salahnya, andai dia lebih bisa mengatur emosi dan cemburu. Pasti hal seperti ini tidak akan pernah terjadi.Tapi nasi sudah menjadi bubur, berandai-andai apapun itu jika sudah terjadi maka tak akan bisa di ubah kembali. Aisyah menoleh, menatap Arkan dengan pandangan sulit di artikan. Helaan napas sedari tadi terus terdengar. Punya suami pencemburu patut di syukuri, sebab suami pencemburu pasti paham akan ilmunya. Dan, Aisyah mensyukuri mempunyai suami pencemburu, tapi kadang-kadang dia merasa sedikit kesal. Seperti halnya hari ini! Kepala Arkan mendongak menatap manik mata Aisyah, bibirnya tersungging senyum. Dadanya berdebar kencang seolah dia baru saja lari marathon. " M
Di sini lah mereka berada, di sebuah taman yang indah dengan suasana sejuk dari pohonnya langsung. Terlihat Aisyah tampak begitu menikmati pemandangan taman tersebut, segala kepenatannya seketika hilang saat semilir angin menerpa wajahnya.Tanpa Aisyah sadari jika ada sepasang mata sedari tadi menatap ke arahnya, dengan langkah ringan seseorang tersebut berjalan mendekati Aisyah yang masih belum sadar akan kedatangannya.Semakin dekat seseorang tersebut semakin membuat jantungnya berdebar kencang, seketika dia refleks memegang dadanya.Huuftt.. helaan napas seseorang tersebut, terdengar sekali sedang gugup.Dia sudah sampai dan sekarang sedang berdiri tepat di depan perempuan itu. " Hai." sapa nya dengan menahan gugup.Sontak Aisyah terkejut mendengar suara seseorang yang begitu dekat dengannya, refleks dia memundurkan tubuhnya menjauh dari pria itu.Ya, seorang pria. Bahkan Aisyah tidak tau kapan pria itu datang dan tiba-tiba sudah berada di depannya, perasaannya mulai merasa gelisah
Selesai memencet bell penthouse Nurul memainkan handphonenya sembari menunggu pemiliknya membuka pintu, terlalu asik memainkan handphone dia sampai tak sadar jika pintu sudah terbuka sama pemiliknya. " EKHEM!!" suara deheman itu sontak membuat Nurul kaget sampai handphone yang berada di tangannya melayang, dan berakhir jatuh di lantai. Nurul segera mengambil handphonenya yang mati dengan keadaan layar separuh retak, sungguh sangat menyakiti hatinya. Padahal baru saja dia menganti anti gores. Melihat seorang pria yang dia kenali membuat Nurul sedikit terkejut, tak lama dia menormalkan kembali ekspresinya. " Ada perlu apa?" tanya Mail tanpa merasa bersalah pada teman adiknya itu. Sejenak Nurul menghela napas, supaya berbicara tak pakai emosi pada pelaku yang mengejutkannya tadi. " Aisyah. Mana?" Mail tak menjawab tapi membukakan pintunya lebih lebar lagi agar teman adiknya itu bisa masuk, setelah teman adiknya itu masuk. Langsung saja Mail menutup kembali pintunya, lalu pergi meni
" Huekk.." Aisyah tertunduk lemas dengan tangannya menopang pada meja wastafel, akhir-akhir ini dia sering merasa mual dan hanya memuntahkan cairan bening saja. Setelah mencuci wajah dan tangannya, Aisyah mendongakkan kepalanya menatap ke arah kaca yang ada di depannya. Terlihat wajahnya pucat, bibir pecah-pecah, rambut acak-acakan, pakaian kusut, sungguh penampilannya sudah seperti orang yang tak terurus. Membuat Aisyah sedikit terkejut setelah sadar jika penampilannya, memang sekacau itu. Ceklek! Arkan masuk ke dalam kamar setelah itu menutup pintunya kembali, pandangannya mengedar ke seluruh ruangan kamar, keningnya mengernyit bingung dengan perasaan khawatir yang tak menemukan keberadaan Aisyah di dalam kamar. " Huekk.." Tiba-tiba dia mendengar suara yang berasal dari kamar mandi. Tanpa membuang waktu, segera Arkan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. " Huekk.." lagi-lagi Aisyah memuntahkan isi perutnya yang hanya keluar cairan bening itu, tiba-tiba tubuhnya kurang kese
Pagi yang cerah sama seperti secerah wajah Arkan saat ini, suami Aisyah itu tengah berjalan menuju ke arah kamar. Sambil tangannya membawa nampan berisi buah-buahan dan susu hamil. Setengah jam lalu mereka tiba di kediaman penthouse, mereka di sambut dengan raut wajah bahagia dan juga pelukan. Baik dari pihak keluarga istrinya maupun juga dari pihak keluarganya. Kedua keluarga itu, begitu kompak menyambut kepulangan anak dan menantu mereka. Dan tak lupa memberikan kata selamat pada pasangan suami-istri yang sebentar lagi akan menjadi orang tua itu.Ceklek! " Taruh dulu handphone nya sayang." perintah Arkan. Setelah menutup pintu dan menguncinya, dengan langkah ringan Arkan berjalan menuju ke arah Aisyah, yang sedang duduk di atas tempat tidur itu.Tanpa bantahan Aisyah mengangguk dan menaruh handphone nya di samping dia duduk, matanya melirik kecil ke arah nampan yang berada di tangan Arkan. Dia mengira suaminya itu membawa makanan yang pedas dan gurih, oh ternyata oh ternyata buah