Share

POV rafiq

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2022-05-09 18:52:04

"Assalamualaikum," bunyi sapaan dari pintu depan.

"Aku dan orang tuaku yang sedang berunding di ruang tengah seketika tersentak dengan suara panggilan seorang pria dari depan sana

"Ya, waalaikumsalam," jawabku yang langsung beralih ke pintu depan.

"Mas Rafiq, mari masuk," ucapku mempersilakan dokter baik yang membawa bungkusan entah apa di tangannya yang langsung ia letakkan di atas meja.

"Jannah, apa kabar? Kenapa sepanjang hari ini kamu belum menjawab telepon atau chatku?" cepatnya yang langsung membulatkan mata salah tingkah. Aku gugup dengan tatapan mata dan senyum menggodanya sedang aku malu pada kedua orang tuaku.

"Sssstt ... Dokter apa maksudnya mencariku hanya karena lupa balas chat?" tanyaku.

"Rindu," jawabnya singkat dengan senyum mengembang ala bintang Korea.

"Ya Allah, Mas. Aku sebenarnya baru mendapat masalah yang sedikit rumit, Mas," kataku sambil mendudukkan diri di seberangnya.

"Masalah apa?"

....

Aku menceritakan semuanya dan Dokter Rafiq memperhatikan dengan seksa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Tiba-Tiba Dimadu   kejutan lagi

    Bismillahirrahmanirrahim 🌺Tatkala matahari telah meninggi, kutemukan pesan jika Mas Ikbal telah dibawah pergi dari rumah sakit Siti Fatimah Medical Centre.Fahmi memberi tahu sejak kedatangan Dokter Rafiq Ustad Hamid seperti kebakaran jenggot, ia mengambil keputusan dengan cepat demi menjaga martabat dan citra dirinya.Begitu kata Fahmi menerangkan padaku, namun aku tak begitu mengkhawatirkan tentang pria tua itu, aku hanya berharap semoga Mas Ikbal dirawat ke tempat yang lebih baik dan mendapat perhatian yang sepantasnya.Tring ....Ponsel berdering ketika aku sedang sibuk bekerja, tadinya kuabaikan dering tapi karena gawai itu terus berdering dan mengganggu akhirnya kuputuskan untuk menjauh sejenak dari dapur dan mengangkatnya."Halo," sapaku."Assalamualaikum, ini aku," kata suara khas yang selalu lembut menyapaku."Iya, Mas Rafiq ada apa?""Aku menyiapkan sesuatu untukmu keluar ke halaman samping rumah sakit," suruhnya."Tapi aku sibuk," elakku karena merasa tak ingin meninggalk

    Last Updated : 2022-05-10
  • Tiba-Tiba Dimadu   apakah ayah

    Sesampainya di rumah sakit kami segera bergegas menemui Mas Ikbal di ruang perawatannya.Kami menunggu beberapa saat di kursi tunggu kali setelah diperbolehkan, kami bisa masuk.Dari ujung koridor terlihat para santri berkumpul dan beberapa dari mereka terlihat sedih dan tegang, dari pintu masuk ruangan kelas VIP itu, kudapati kedua mertua Mas Ikbal sedang menungguinya, Uminya terlihat menyeka air matanya berkali-kali, sembari menatap Mas Ikbal putra angkatnya itu.Mas Ikbal terlihat merintih kesakitan sedang beberapa orang mengipasi sambil sesekali mengucapkan kata menghibur agar Mas Ikbal tenang dan tidak terus mengadu kesakitan.Kini Mas Ikbal dirawat menggunakan alat bantu pernapasan dan dia terlibat begitu lemah dan tak berdaya."Assalamualaikum," sapaku pelan."Waalaikum salam," jawab mereka hampir bersamaan.Kuhampiri ranjang Mas Ikbal sambil kugendong putrinya. Aku tahu saat itu kami tak boleh membawa anak kecil ke rumah sakit tapi karena memohon pengecualian maka dengan izi

    Last Updated : 2022-05-10
  • Tiba-Tiba Dimadu   selamat tinggal

    "Apa?! Gawat?""Iya, Mbak. Mas ikbalnya udah gawat sekali ini, sebaiknya Mbak Jannah bawa Raisa,' jawab suara dari seberang sana.Kulirik jam dinding dan waktu menunjukkan pukul setengan tiga pagi, putriku yang terlelap di sampingku rasanya tak tega untuk membangunkannya."Mungkin dia cuma down, sebentar lagi akan stabil," kataku mencoba menghibur diri sendiri dan lawan bicaraku."Gak, Mbak, Mas Ikbal sudah kehilangan kesadaran, denyut jantungnya sudah sangat lemah, Mbak, segeralah datang," pinta santri itu dengan nada bergetar."Benarkah?""Sungguh, demi Allah, Mbak. Mbak Soraya dan orang tua mereka telah menangis di sana, setelah dokter memberikan gelengan pelan pertanda semuanya akan berakhir," jawabnya."Dari mana nereka begitu tahu dan yakin Mas Ikbal akan meregang nyawa," kataku gusar dan gemas."Mbak datang aja ke sini dan lihat sendiri," pintanya.Ku tutup penggilan, tercenung sesaat, memikirkan tentang Mas Ikbal. Kelebatan wajahnya muncul seolah ingin mengucapkan selamat ti

    Last Updated : 2022-05-11
  • Tiba-Tiba Dimadu   tentangnya

    Senja mengguratkan warna yang dulunya kuanggap sisi terindah dari rangkaian hari-hari penuh makna, namun kini, setelah kepergian Mas Ikbal, aku merasakan separuh napas tubuhku hilang begitu saja.Di dalam taksi yang membawaku pulang, Kulirik kembali cincin yang melingkar di jari, cincin pemberian Mas Rafiq, cincin itu melingkari dan mengikat sebauh jalinan yang diharapkan bisa membuat pria yang memberiku cincin ini bahagia selamanya.Kemarin, suasana hatiku begitu gembira dan penuh keharuan, tapi hari ini semuanya menjadi hampa dan hambar.Kutatap wajah Raisa di pangkuanku, ia tertidur karena lelah menangis dan memanggil-manggil nama ayahnya.Tring ...Ponselku berbunyi, dan ada sebuah pesan dari nomor yang tidak kukenal di sana.[ Mbak Jannah, sebaiknya Mbak Jannah ikut ke pemakaman Mas Ikbal, untuk memberinya ucapan terakhir, aku akan pesankan tiket dan mengirimkan kodenya pada Mbak agar mbak bisa berangkat secepatnya. ]Kubaca pesan itu berkali-kali dan sudah kupastikan jika pengi

    Last Updated : 2022-05-12
  • Tiba-Tiba Dimadu   tiba tiba

    Dulu, kami bahagia, penuh canda dan tawa diantara taburan mimpi akan hari tua yang damai dan indah. Tiba tiba kedatangan Soraya melenyapkan semuanya, bahkan sosoknya.Aku gamang dengan kelebatan-kelebatan bayangan tentang Mas Ikbal dan tanpa kusadari bahwa semuanya terjadi begitu cepat.[ Mbak, kami mengundang Mbak Jannah, di acara tujuh hari kematian Mas Ikbal ] Pagi ini SMS dari Soraya masuk lagi. Ia juga mengirim poto terakhir mantan suamiku itu, ketika duduk menatap pemandangan dengan angle kamera menyamping membentuk siluet wajahnya sempurna.Mengapa Soraya ingin aku hadir dan seakan-akan menyuruhku untuk tidak melupakan orang yang kini adalah mendiang suaminya itu.Mengherankan.[Aku gak bisa Soraya, maaf ya, namun ribuan doa selalu kutitipkan semoga mendiang tenang di alam sana dan keluarga yang dia tinggalkan diberi ketabahan dan kekuatan ][Mbak, aku gak bisa jalani ini sendiri ] ia mengirim emoji menangis sedih.[Kamu pasti bisa, kuat-kuat ya ] kirimku.[Kini aku menyadari

    Last Updated : 2022-05-12
  • Tiba-Tiba Dimadu   prank

    Melihat wajahku yang seketika murung dan bersedih Ibunda Mas Rafiq langsung tertawa dan mendekatiku."Kamu sedih ya?""Ti-tidak Bu," ucapku pelan masih menunduk."Mama hanya bercanda," ujarnya tersenyum penuh kharisma.Aku mengangkat wajahku, mendongak ke arahnya."Betulkah, Bu?""Iya, Hehehehe, jangan panggil Ibu, panggil Mama saja." Ia mengucapkan dengan penuh kelembutan."Iya, Bu, eh, Ma-mama," ujarku salah tingkah."Kamu gak usah gugup, Mama baik kok, mama akan selalu mendukung apa yang membahagiakan Rafiq," ujarnya.Aku menghela napas lega sambil membalas senyumannya."Nanti kamu mau kamarnya, di sebelah mana?""Di mana saja, Ma, asal atas keridhaan mama," jawabku."Tapi ...." Aku sedikit ragu."Apa?" Ucapnya pelan."Aku punya anak, Ma. Apakah aku boleh membawanya bergabung kemari?"Ia tertawa kecil lalu mengangguk pelan, "Tentu saja, kenapa tidak?""Benarkah Mama setuju?""Iya.""Alhamdulillah," ucapku. Sesaat kemudian mas Rafiq turun dengan wajah yang sudah segar dan pakaian y

    Last Updated : 2022-05-13
  • Tiba-Tiba Dimadu   gak jelas

    "Sudah cukup Mas," kataku sambil melepaskan diri darinya.Ia mengernyit samar namun tetap tersenyum."Kita belum menikah nanti jadi fitnah," sambungku.Ia hanya menggaruk-garuk belakang kepalanya."Jadi ke kamar mandi?""Ah, iya, aku lupa." Ia segera menuju kamar mandi.*Acara benar-benar telah berakhir dan tamu sudah kembali semua ke rumah masing-masing.Kuajak Raisa untuk berbaring di peraduan dan beristirahat setelah aktivitas hari yang panjang."Bunda ...." Putriku memanggil."Iya, Nak," jawabku lembut."Om Rafiq akan jadi ayah Raisa?"Kutatap mata buka kecil yang selalu memberiku semangat dan menghilangka kesedihan, mencoba mengerti apa yang ingin ia sampaikan."Memangnya kenapa sayang?""Kalo Om Rafiq jadi ayah Raisa apa dia akan sayang sama Raisa? Apa dia gak akan tinggalin Raisa lagi?"Sebuah pertanyaan yang mewakili kegundahan putri kecilku, aku paham betul dia galau dan merasa takut, hubungan baru yang dijalin orang tuanya membuat dia khawatir akan kenyamanan dirinya. Apaka

    Last Updated : 2022-05-13
  • Tiba-Tiba Dimadu   polos

    "Kok diam aja," ucap pria mapan yang penuh pesona di sampingku itu.Sepanjang perjalanan memang aku hanya diam saja sambil merenungi kembali sikap pasiennya."Gak apa-apa, Mas."Apa yang harus aku lakukan untuk terlepas dari rasa trauma dan membangun kembali rasa percayaku pada apa yang disebut cinta.Aku bahagia ada Mas Rafiq di sampingku, namun bayang tiba-tiba dimadu tempo hari membuatku bergidik takut untuk segera membuka hati untuk menerima dan mencintai sepenuhnya."Kamu kenapa? Mikirin apa?""Takut semuanya yang dulu, terjadi lagi, Mas." Aku menerawang ke luar jendela mobil, tanpa terasa air mata bergulir di pipi menjadikan diriku emosional tanpa alasan."Sayang, tidak peduli pada apa omongan orang, aku mencintaimu, dan akan tetap begitu," ujarnya sambil menggenggam tanganku."Aku takut, Mas.""Kita majukan saja tanggal pernikahan ya, Sayang.""Gak tahu, Mas." Dadaku masih resah dan galau."Lafazkan Bismillah, buka hati dan angkahkan kakimu menuju masa depan yang lebih baik ber

    Last Updated : 2022-05-14

Latest chapter

  • Tiba-Tiba Dimadu   kabar buruk apa?

    "Kabar buruk apa?"tanyaku heran."Aku sudah berusaha untuk mengalihkan pikiran dan semua kerinduanku tapi tetap saja, perasaan bersalah dan rasa ingin memperbaiki keadaan timbul di dalam hatiku," ucapnya sambil memandang mataku dengan penuh makna."Aku tak paham ....""Aku masih berharap kita bersama lagi. Demi anak anak, demi aku, demi harapan yang pernah kita bangun.""apa kau lupa tentang perlakuanmu dan apa saja yang sudah terjadi dalam hidup kita masing masing.""Ya, aku bersalah menikahi angel secara diam diam, aku mengulangi kesalahan suamimu yang fatal. tapi ...""Sudah, jangan dilanjutkan," cegahku. "aku tak mau mengenang apapun tentang masa lalu.""Aku hampir kehilangan dirimu dan semangat hidupku saat kau bersama dengan wira. Tapi, setelah bertemu dengannya dan mengetahui hal sebenarnya harapanku tumbuh kembali. Aku harap kita bisa ....""apa?""rujuk lagi," jawabnya sambil menatap mataku."Jadi itu kabar buruknya?""ya, bahwa aku sulit move on dan hidup tanpamu. Maukah

  • Tiba-Tiba Dimadu   menerima

    "Sebaiknya segera tentukan pilihanmu Nak, Ibu juga tidak ingin kamu terus-menerus sendiri seperti itu, karena penilaian orang lain tentang status janda sangat merugikan posisimu," ujar Ibu ketika aku menelponnya."Iya Bu, aku tahu tapi aku belum menentukan pilihanku, aku belum siap untuk naik ke jenjang berikutnya.""Ada dua pria yang begitu tulus dan menyayangimu, Nduk, kamu tinggal memilihnya," ujar Ibu."Bagaimanapun itu adalah pilihan yang sulit, Bu," gumamku pelan."Raisa menyukai salah satu dari pria itu?" tanya Ibu lagi."Raisa ingin aku kembali kepada Mas Raffiq.""Bagaimana dengan perasaanmu sendiri?""Entahlah... masih bingung," jawab ku sambil menghela nafas pelan."Lalu apa yang terjadi tentang Soraya?""Dia masih ditahan di rumahnya, Bu, polisi belum memiliki cukup bukti untuk bisa menjebloskan dia ke penjaara.""Jelas-jelas dia yang menyerang wira dengan air keras," ujar Ibu sedikit ingin marah."Tapi keluarga dan pengacaranya memiliki pengaruh besar, Bu. Mereka mati-m

  • Tiba-Tiba Dimadu   pergilah

    "Jangan dipikirkan apa yang dikatakan Mama dia memang seperti itu," bisik Wira kepadaku ketika Mamanya ke kamar mandi."Aku tak mempermasalahkannya," jawabku pelan sambil menyuapinya."Mbak ... aku berterimakasih atas semua perhatianmu, tapi sebaiknya Mbak tidak usah menjengukku lagi." Aku mencoba menelisik maksud dari ucapannya, mengapa dia harus mengatakan hal semacam itu."Apa yang kau katakan, aku tidak mengerti," ujarku."Aku sudah ikhlas melepaskan Mbak Jannah dengan Mas Rafiq." Sorot matanya yang sendu membuatku terenyuh."Jangan melantur seperti ini sebaiknya kamu istirahat saja." Aku membenahi selimut yang menutupi tubuhnya."Aku sungguh-sungguh, Mbak. Aku sadar bahwa cinta tidak bisa dipaksakan. Aku tahu, meski kita berteman tidak serta merta membuat hal itu menjadi cinta untukmu aku menyadari semua itu dan aku menyesali sikap bodohku untuk memaksakan dirimu menikahiku, Mbak," ujarnya sambil tersenyum getir."Tidak masalah aku memahami perasaanmu, aku bisa memaklumi sem

  • Tiba-Tiba Dimadu   Wira dan dia

    Sejujurnya aku lelah dengan semua ini, dengan takdir berliku liku yang mewarnai hidupku. Andai bisa, aku ingin lari dan mengamankan diri ini dari dunia yang begitu kejam.Baru saja aku dan kedua anakku mengecap ketenangan, dan menikmati hidup kami, kini ujian menghantam silih berganti, membuatku sangat ingin menyerah dari semua ini, andai aku bisa, sejenak lepas dari semua kesulitan yang membelit ini. Sungguh, aku letih.Masih segar dalam ingatan, bagaimana ketika Wira merintih di ranjangnya, sementara keluarganya terus mendesakku agar mau menerima lamaran bankir kaya itu, tiba-tiba Mas Rafiq datang dan berteriak dengan tatapan melotot penuh amarah bahwa dia menolak semua cara mereka menekanku untuk menikahi anggota keluarga mereka."Apakah musibah ini akan kalian gunakan untuk menekan Jannah?""Hei, apa maksudmu! Anakku terluka gara-gara dia, tidak tahu apa yang akan terjadi kepada putraku kedepannya, apakah dia masih seperti semula atau malah cacat," ujar Jeng Zahrina sambil terdu

  • Tiba-Tiba Dimadu   kantor polisi

    Aku kembali ke rumah dengan tubuh dan pikiran yang sudah lelah kubuka pintu utama lalu menuju kursi tamu meletakkan tasku lalu membaringkan diri dengan lunglai di sana.Pikiranku melayang pada rentetan kejadian yang begitu mengejutkan hari ini, setelah didesak untuk "mau menerima" mengambil hati Wira, akhirnya Jeng Zahrina mau tenang dan menguatkan hatinya untuk tidak menangis lagi.Besok mereka akan melakukan operasi untuk memperbaiki kulit punggung dan wajah Wira yang rusak akibat siraman air keras. Ah, kembali pikiranku melayang kepada mantan maduku itu, entah di mana dia berada dan apa yang sedang dia lakukan, kemungkinan saat ini dia sedang bersembunyi di suatu tempat atau mungkin juga duduk santai di rumah orang tuanya.Tring ... Ponsel berbunyi.Kuraih benda itu dengan setengah lesu lalu membaca nama siapa yang sedang menelpon, dan ternyata itu adalah Rina."Halo Rin ada kabar terbaru?""Laporan sudah kami selesaikan, besok polisi akan menuju tempat kejadian untuk mengamankan

  • Tiba-Tiba Dimadu   menanggung kemarahan

    Sesegera mungkin aku meluncur membawa wira ke rumah sakit bersama kedua asistenku, tak lupa aku hubungi nomor Mama Wira yang memang sudah tersimpan di ponselku karena dia adalah pelanggan tetap toko kami."Halo assalamualaikum Jeng Zahrina," sapaku."Waalaikumsalam ada apa kamu menelpon saya," tanya Nyonya Zahrina dengan nada sedikit tidak suka."Maaf karena aku harus memberitahukan hal penting, tapi mohon tenangkan diri Jeng ya," ujarku."Katakan saja apa yang sedang terjadi?""Tadinya Wira datang ke tokoku dan duduk sebentar lalu pergi, namun tak lama kemudian Soraya datang dan berniat menyiramkan air keras kepadaku, namun tanpa diduga-duga Wira datang lagi dan terkena siraman air keras," tuturku hati-hati."Apa?!""Iya, saat ini aku dalam perjalanan membawanya ke rumah sakit.""Kalo terjadi apa-apa dengan anak saya kamu harus bertanggung jawab." Ucapan Mama Wira membuat pikiranku kacau."Kemana kamu akan membawa anakku!" pekiknya lagi."Ke Rumah Sakit Budi Kusuma Jeng," jawabku.

  • Tiba-Tiba Dimadu   musibah apa ini

    *Pemuda itu, datang lagi ke toko sore menjelang aku menutup gerai pakaian dan barang milikku itu.Ia melangkah santai lalu menarik kursi yang ada di depan meja kerja dan mendudukkan dirinya sambil tersenyum."Mbak Jannah, belum mau pulang?" tanyanya."Belum, masih sibuk," jawabku."Uhm, aku akan menunggu,", jawabnya."Kau sadar apa yang kau lakukan sekarang?"tanyaku dengan tatapan tajam. "Aku sudah cukup memberimu ruang, Wira.""Apa maksudnya Mbak, Mbak terlihat marah," ucapnya pelan."Aku sudah cukup baik kepadamu dengan tidak bersikap kasar dan frontal, aku harap kau mengerti kalau aku tidak nyaman dengan semua sikap ini.""Aku tidak tahu cara terbaik untuk bisa merebut hatimu Mbak," jawabnya pelan."Kamu tidak perlu bersusah payah karena aku belum membuka hati untuk siapapun Wira," ucapku dengan tetap menatap lekat padanya."Aku tahu kalau tidak denganku, Mbak Jannah pasti akan kembali lagi dengan dokter Rafiq, iya kan?" cecarnya sok tahu.Aku hanya tertawa getir mendengar ucapan

  • Tiba-Tiba Dimadu   aduh

    Ting tong ...Pagi pagi bel rumah sudah berdenting dan entah siapa berkunjung di pagi buta seperti ini. Sesaat aku sempat bertanya-tanya sekaligus kesal, denting yang terus menerus mengganggu telingaku."Siapa di luar?" tanyaku."Aku," jawab suara yang familiar kudengar itu."Kamu ngapain pagi-pagi gini, bahkan embun pun belum kering di pucuk daun," ujarku."Biarkan embun, yang penting aku menatapmu di awal hari sudah cukup membuatku seolah memiliki semua kebahagiaan.""Hentikan gombalan recehmu!" teriakku di pengeras suara yang tersambung ke gerbang."Jangan marah pagi-pagi aku datang ke sini membawa sesuatu untuk Raisa dan Rayan,". ujarnya santai."Tidak usah bawakan apapun anak-anakku baik-baik saja," jawabku ketus."Tapi Raisa menyukaiku kok. Buktinya ia senang menerima sepaket boneka LoL yang aku belikan," lanjutnya sambil tertawa kecil, " Raisa Sapa Bunda," suruhnya."Bunda ...." Tiba tiba suara anakku timbul dari depan gerbang sana."Raisa kamu ngapaian di gerbang pagi-pagi, k

  • Tiba-Tiba Dimadu   saingan

    "Ini makanan banyak banget siapa yang beli makanan sebanyak ini?""itu dari pemuda tampan yang pagi-pagi sudah datang ke sini dan membawa semobil makanan," jawab asistenku Rina."Apa? Siapa?""Teman Mbak, yang berondong itu lho," jawab Rina setengah berbisik."Ya ampun," desahku."Kenapa Mbak, kan bagus mbak dapat banyak perhatian," jawabnya sambil berkedip aneh."Ish ...mendapat perhatian dari orang yang kita suka itu bagus, tapi kalo gak suka, bikin ilfil kan?""Emangnya mbak sekarang lagi ilfil?" timpal Rudi supirku."Iya, karena aku gak mau didekati pria itu." Aku menghempas diri di sofa sambil melempar pandangan ke tumpukan kotak makanan di meja tamu.Kuhela napas berkali-kali untuk melegakan dadaku, namun kedua pegawaiku itu masih heran dengan sikapku itu. Mereka seperti menunggu adegan berikutnya."Apa lagi? Kenapa pada berdiri?""Makanan sebanyak itu Mbak Jannah bisa habiskan?""Siapa bilang aku akan memakannya?" jawabku sewot."Kasihan yang beli, Mbak," jawab Rina memelas."

DMCA.com Protection Status