Share

prank

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2022-05-13 12:21:05

Melihat wajahku yang seketika murung dan bersedih Ibunda Mas Rafiq langsung tertawa dan mendekatiku.

"Kamu sedih ya?"

"Ti-tidak Bu," ucapku pelan masih menunduk.

"Mama hanya bercanda," ujarnya tersenyum penuh kharisma.

Aku mengangkat wajahku, mendongak ke arahnya.

"Betulkah, Bu?"

"Iya, Hehehehe, jangan panggil Ibu, panggil Mama saja." Ia mengucapkan dengan penuh kelembutan.

"Iya, Bu, eh, Ma-mama," ujarku salah tingkah.

"Kamu gak usah gugup, Mama baik kok, mama akan selalu mendukung apa yang membahagiakan Rafiq," ujarnya.

Aku menghela napas lega sambil membalas senyumannya.

"Nanti kamu mau kamarnya, di sebelah mana?"

"Di mana saja, Ma, asal atas keridhaan mama," jawabku.

"Tapi ...." Aku sedikit ragu.

"Apa?" Ucapnya pelan.

"Aku punya anak, Ma. Apakah aku boleh membawanya bergabung kemari?"

Ia tertawa kecil lalu mengangguk pelan, "Tentu saja, kenapa tidak?"

"Benarkah Mama setuju?"

"Iya."

"Alhamdulillah," ucapku.

Sesaat kemudian mas Rafiq turun dengan wajah yang sudah segar dan pakaian y
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Gj Bj
gak wajar lelaki Dan wanita yg bukan mujrim nersentuhan..Haram hukumnye..watak lelaki Dan wanita Muslim sreing nersentuhan..memeluk..menjatuhkan imej Islam sejati..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tiba-Tiba Dimadu   gak jelas

    "Sudah cukup Mas," kataku sambil melepaskan diri darinya.Ia mengernyit samar namun tetap tersenyum."Kita belum menikah nanti jadi fitnah," sambungku.Ia hanya menggaruk-garuk belakang kepalanya."Jadi ke kamar mandi?""Ah, iya, aku lupa." Ia segera menuju kamar mandi.*Acara benar-benar telah berakhir dan tamu sudah kembali semua ke rumah masing-masing.Kuajak Raisa untuk berbaring di peraduan dan beristirahat setelah aktivitas hari yang panjang."Bunda ...." Putriku memanggil."Iya, Nak," jawabku lembut."Om Rafiq akan jadi ayah Raisa?"Kutatap mata buka kecil yang selalu memberiku semangat dan menghilangka kesedihan, mencoba mengerti apa yang ingin ia sampaikan."Memangnya kenapa sayang?""Kalo Om Rafiq jadi ayah Raisa apa dia akan sayang sama Raisa? Apa dia gak akan tinggalin Raisa lagi?"Sebuah pertanyaan yang mewakili kegundahan putri kecilku, aku paham betul dia galau dan merasa takut, hubungan baru yang dijalin orang tuanya membuat dia khawatir akan kenyamanan dirinya. Apaka

    Last Updated : 2022-05-13
  • Tiba-Tiba Dimadu   polos

    "Kok diam aja," ucap pria mapan yang penuh pesona di sampingku itu.Sepanjang perjalanan memang aku hanya diam saja sambil merenungi kembali sikap pasiennya."Gak apa-apa, Mas."Apa yang harus aku lakukan untuk terlepas dari rasa trauma dan membangun kembali rasa percayaku pada apa yang disebut cinta.Aku bahagia ada Mas Rafiq di sampingku, namun bayang tiba-tiba dimadu tempo hari membuatku bergidik takut untuk segera membuka hati untuk menerima dan mencintai sepenuhnya."Kamu kenapa? Mikirin apa?""Takut semuanya yang dulu, terjadi lagi, Mas." Aku menerawang ke luar jendela mobil, tanpa terasa air mata bergulir di pipi menjadikan diriku emosional tanpa alasan."Sayang, tidak peduli pada apa omongan orang, aku mencintaimu, dan akan tetap begitu," ujarnya sambil menggenggam tanganku."Aku takut, Mas.""Kita majukan saja tanggal pernikahan ya, Sayang.""Gak tahu, Mas." Dadaku masih resah dan galau."Lafazkan Bismillah, buka hati dan angkahkan kakimu menuju masa depan yang lebih baik ber

    Last Updated : 2022-05-14
  • Tiba-Tiba Dimadu   manis

    "Aku tahu perasaanmu, Mas. Namun ini bisa boros namanya, dan sikap boros itu berteman dengan syaitan. Jika Mas sungguh ingin membelikan maka cukup satu saja." Aku meraih salah satu dari tumpukan pakaian itu."Kamu yakin hanya mau beli satu?""Iya, Mas. Cukup sehelai saja dengan kerudungnya," balasku."Tapi ini akan jadi seserahan," ucapnya ragu."Seserahan hanya simbol Mas, kapan kapan aku bisa beli beberapa helai lagi," jawabku."Baik jika begitu, Jannah."Kami membayar dan bergegas pergi dari mall karena hari semakin siang."Oh ya, kita makan dulu?""Apa gak sebaiknya kita makan di rumah Bu saja?" usulku."Ada resto terbaru terkenal di depan Mall ini, kita coba yuk," ajaknya."Ya udah Mas, oke."Kami berjalan bergandengan menuju restoran yang ada di seberang jalan. Setelah memilih tempat duduk yang nyaman Mas Rafiq mulai memanggil pelayan untuk memesan menu yang dia inginkan."Kau mau ayam atau daging?""Apa aja Mas," jawabku."Kalau minumnya? kamu mau apa?""Apa aja Mas, yang pe

    Last Updated : 2022-05-14
  • Tiba-Tiba Dimadu   kejutan dua kali

    Mendapatinya dengan begitu banyak kejutan dan hadiah cinta, Aku langsung bangkit dan tanpa banyak bicara lagi seketika memeluknya dan melabuhkan semua rasa yang kusimpan selama ini."Loh kok, tumben-tumbennya ya," ia terkekeh melihat tingkahku yang langsung menubruk dan memeluknya."Mas sendiri ... Mas yang selalu bikin aku terharu," jawabku masih membenamkan wajah di dadanya."Aku beli ini tanpa sepengetahuanmu," ujarnya dan langsung meraih jemariku lalu memakaikannya cincin itu."Indah sekali Mas, Pasti ini harganya sangat mahal," ujarku sambil terkagum kagum menatap benda cantik yang melingkari jariku."Aku tidak menghitung harga lagipula untuk arti cintamu dan ketulusanku, apalah artinya uang?""Apakah Mas mencintaiku?" tanyaku dengan mata yang berkaca-kaca karena bahagia, "apakah Mas akan memegang janji untuk akan selalu membahagiakanku?" tanyaku dengan tatapan yang penuh harap."Iya sayang, insya Allah selagi nyawa berada di badanku, pesan orang tuamu dan janjiku kepada Alla

    Last Updated : 2022-05-15
  • Tiba-Tiba Dimadu   dalam rangka

    "Dalam rangka apa Mas membuat 'prank' seperti ini?" tanyaku masih merajuk."Dalam rangka ... anggap saja bride shower.""Bride shower gini amat," ujarku."Hehehe ...." Ia terkekeh pelan."Mas harus tanggung jawab anter aku pulang," sungutku."Pulang sendiri ... Datang juga nyetir sendiri," ia berkata santai."Ish ...." Aku melangkah menjauhinya, "aku pulang dulu," ujarku masih sedikit kesal padanya."Aku masih rindu padamu," imbuhnya menyusul dan mencekal lenganku."Tahan saja kerinduanku, itu mas hingga hari pernikahan kita," jawabku yang melangkah pergi."Kok pulang nak?" tanya ibunya padaku."Aku harus segera pulang Ma, Sebentar lagi harus kerja juga," jawabku tersenyum."Lho terus kesini tadi ....""Mama tanya aja sama anak Mama pagi-pagi udah ngerjain orang," ujarku sambil menciumi punggung tangannya lalu melangkah pergi."Jannah pulang dulu, Ma."Wanita itu mengangguk pelan menyaksikan kepergianku.* Di tempat kerja,Seperti biasa pekerjaanku adalah menyiapkan makanan ke wadah

    Last Updated : 2022-05-15
  • Tiba-Tiba Dimadu   menikah

    "Bagaimana persiapan pernikahannya?"Tanyanya ketika kami menikmati makan siang di kantin rumah sakit."Udah delapan puluh persen, Mas. Mas sendiri udah nyebar undangan ka?""Udah kok Jannah, tapi beberapa undangan sepertinya harus kita bayar sendiri," ujarnya sambil menyendokkan makanan ke mulut."Kepada siapa?""Kepada direktur rumah sakit, dan keluarga terdekat Mamaku," jawabnya."Berati kita harus kosongkang jadwal.""Aku udah ajukan cuti buat kita berdua," katanya santai sambil mengedipkan mata."Benar Mas, wajah berarti aku gak perlu repot izin lagi."Ia tertawa kecil sambil menimpali "kamu memang gak suka repot, hehehhe."**Tenda terpasang megah di halaman rumah, langit-langitnya dibentuk sedemikian rupa sehingga membentuk bunga yang indah, di sudut area tenda bunga bunga segar terpasang rapi membentuk buket besar yang apik dipandang mata.Sejak jam lima pagi aku telah bersiap-siap, berias diri dan menyanggul rambut. Melihat pantulan diri yang cantik dengan kebaya dan siger d

    Last Updated : 2022-05-16
  • Tiba-Tiba Dimadu   pulang

    Seusai dengan semua prosesi dan resepsi, malam ini, aku menuju kamar dan dibantu beberapa tim MUA, aku melepaskan sanggul dan gaun pengantin yang sangat berat dan panjang ini.Aku suka cara pria yang saat ini halal kusebut suami itu, ia yang memperhatikan segalanya dengan detail. Mas Rafiq telah memesankan kamar hotel khusus pengantin agar aku bisa beristirahat setelah acara tanpa harus menempuh perjalanan jauh untuk pulang kerja rumah. Seusai membersihkan diri dan menunaikan aku beranjak naik ke tempat tidur yang dihias bunga-bunga, penerangan dibuat temaram dengan beberapa lilin menyala di atas meja menambah kesan romantis bagi pengantin.Pintu di ketuk membuyarkan lamunan, Mas Rafiq mengintip lalu menyunggingkan seulas senyum untukku."Bosan nunggu ya?""Gak juga Mas.""Ibu dan Bapak sudah pulang bawa Raisa, mereka bilang kita nginap di hotelnya berdua saja," kata suamiku sambil menghampiriku lalu duduk di sampingku."Oh ...." Aku tak tahu harus menanggapi apa lagi karena tiba-

    Last Updated : 2022-05-16
  • Tiba-Tiba Dimadu   kalut

    "Mbak bantu aku, Mbak," katanya mengulang pernyataannya tadi."Apa yang harus aku lakukan untukmu, mengapa kamu datang dan menangis?" aku jadi panik dan tidak nyaman melihat keadaannya."Aku dipaksa abi untuk menikah dengan laki-laki yang tidak kuinginkan, dia duda yang sudah berumur, Aku tidak mau nggak, bantu aku ... aku tidak ingin dipaksa." Ia menarik dan memegang kedua tanganku. "Lantas apa yang bisa aku lakukan untukmu?"ucapku sambil mengguncang bahunya."Bantu aku demi mendiang Mas Iqbal, Mbak." wanita itu menjatuhkan diri lalu menangis tersedu-sedu di kakiku."Apa hubungannya?" Aku makin resah dan tegang rasanya."Aku belum bisa melupakan mantan suamiku dan kini Ayah ingin menjodohkanku dengan anak temannya, aku tidak mau ... aku tidak mau." wanita itu menggeleng-geleng pelan dan semakin deras air matanya mengucur."Kenapa kau tidak berlari ke kota lain, kenapa harus datang kerumah ini dan nantinya akan menimbulkan semua masalah untukku dan Ibu Bapakku?""Aku tidak tahu harus

    Last Updated : 2022-05-17

Latest chapter

  • Tiba-Tiba Dimadu   kabar buruk apa?

    "Kabar buruk apa?"tanyaku heran."Aku sudah berusaha untuk mengalihkan pikiran dan semua kerinduanku tapi tetap saja, perasaan bersalah dan rasa ingin memperbaiki keadaan timbul di dalam hatiku," ucapnya sambil memandang mataku dengan penuh makna."Aku tak paham ....""Aku masih berharap kita bersama lagi. Demi anak anak, demi aku, demi harapan yang pernah kita bangun.""apa kau lupa tentang perlakuanmu dan apa saja yang sudah terjadi dalam hidup kita masing masing.""Ya, aku bersalah menikahi angel secara diam diam, aku mengulangi kesalahan suamimu yang fatal. tapi ...""Sudah, jangan dilanjutkan," cegahku. "aku tak mau mengenang apapun tentang masa lalu.""Aku hampir kehilangan dirimu dan semangat hidupku saat kau bersama dengan wira. Tapi, setelah bertemu dengannya dan mengetahui hal sebenarnya harapanku tumbuh kembali. Aku harap kita bisa ....""apa?""rujuk lagi," jawabnya sambil menatap mataku."Jadi itu kabar buruknya?""ya, bahwa aku sulit move on dan hidup tanpamu. Maukah

  • Tiba-Tiba Dimadu   menerima

    "Sebaiknya segera tentukan pilihanmu Nak, Ibu juga tidak ingin kamu terus-menerus sendiri seperti itu, karena penilaian orang lain tentang status janda sangat merugikan posisimu," ujar Ibu ketika aku menelponnya."Iya Bu, aku tahu tapi aku belum menentukan pilihanku, aku belum siap untuk naik ke jenjang berikutnya.""Ada dua pria yang begitu tulus dan menyayangimu, Nduk, kamu tinggal memilihnya," ujar Ibu."Bagaimanapun itu adalah pilihan yang sulit, Bu," gumamku pelan."Raisa menyukai salah satu dari pria itu?" tanya Ibu lagi."Raisa ingin aku kembali kepada Mas Raffiq.""Bagaimana dengan perasaanmu sendiri?""Entahlah... masih bingung," jawab ku sambil menghela nafas pelan."Lalu apa yang terjadi tentang Soraya?""Dia masih ditahan di rumahnya, Bu, polisi belum memiliki cukup bukti untuk bisa menjebloskan dia ke penjaara.""Jelas-jelas dia yang menyerang wira dengan air keras," ujar Ibu sedikit ingin marah."Tapi keluarga dan pengacaranya memiliki pengaruh besar, Bu. Mereka mati-m

  • Tiba-Tiba Dimadu   pergilah

    "Jangan dipikirkan apa yang dikatakan Mama dia memang seperti itu," bisik Wira kepadaku ketika Mamanya ke kamar mandi."Aku tak mempermasalahkannya," jawabku pelan sambil menyuapinya."Mbak ... aku berterimakasih atas semua perhatianmu, tapi sebaiknya Mbak tidak usah menjengukku lagi." Aku mencoba menelisik maksud dari ucapannya, mengapa dia harus mengatakan hal semacam itu."Apa yang kau katakan, aku tidak mengerti," ujarku."Aku sudah ikhlas melepaskan Mbak Jannah dengan Mas Rafiq." Sorot matanya yang sendu membuatku terenyuh."Jangan melantur seperti ini sebaiknya kamu istirahat saja." Aku membenahi selimut yang menutupi tubuhnya."Aku sungguh-sungguh, Mbak. Aku sadar bahwa cinta tidak bisa dipaksakan. Aku tahu, meski kita berteman tidak serta merta membuat hal itu menjadi cinta untukmu aku menyadari semua itu dan aku menyesali sikap bodohku untuk memaksakan dirimu menikahiku, Mbak," ujarnya sambil tersenyum getir."Tidak masalah aku memahami perasaanmu, aku bisa memaklumi sem

  • Tiba-Tiba Dimadu   Wira dan dia

    Sejujurnya aku lelah dengan semua ini, dengan takdir berliku liku yang mewarnai hidupku. Andai bisa, aku ingin lari dan mengamankan diri ini dari dunia yang begitu kejam.Baru saja aku dan kedua anakku mengecap ketenangan, dan menikmati hidup kami, kini ujian menghantam silih berganti, membuatku sangat ingin menyerah dari semua ini, andai aku bisa, sejenak lepas dari semua kesulitan yang membelit ini. Sungguh, aku letih.Masih segar dalam ingatan, bagaimana ketika Wira merintih di ranjangnya, sementara keluarganya terus mendesakku agar mau menerima lamaran bankir kaya itu, tiba-tiba Mas Rafiq datang dan berteriak dengan tatapan melotot penuh amarah bahwa dia menolak semua cara mereka menekanku untuk menikahi anggota keluarga mereka."Apakah musibah ini akan kalian gunakan untuk menekan Jannah?""Hei, apa maksudmu! Anakku terluka gara-gara dia, tidak tahu apa yang akan terjadi kepada putraku kedepannya, apakah dia masih seperti semula atau malah cacat," ujar Jeng Zahrina sambil terdu

  • Tiba-Tiba Dimadu   kantor polisi

    Aku kembali ke rumah dengan tubuh dan pikiran yang sudah lelah kubuka pintu utama lalu menuju kursi tamu meletakkan tasku lalu membaringkan diri dengan lunglai di sana.Pikiranku melayang pada rentetan kejadian yang begitu mengejutkan hari ini, setelah didesak untuk "mau menerima" mengambil hati Wira, akhirnya Jeng Zahrina mau tenang dan menguatkan hatinya untuk tidak menangis lagi.Besok mereka akan melakukan operasi untuk memperbaiki kulit punggung dan wajah Wira yang rusak akibat siraman air keras. Ah, kembali pikiranku melayang kepada mantan maduku itu, entah di mana dia berada dan apa yang sedang dia lakukan, kemungkinan saat ini dia sedang bersembunyi di suatu tempat atau mungkin juga duduk santai di rumah orang tuanya.Tring ... Ponsel berbunyi.Kuraih benda itu dengan setengah lesu lalu membaca nama siapa yang sedang menelpon, dan ternyata itu adalah Rina."Halo Rin ada kabar terbaru?""Laporan sudah kami selesaikan, besok polisi akan menuju tempat kejadian untuk mengamankan

  • Tiba-Tiba Dimadu   menanggung kemarahan

    Sesegera mungkin aku meluncur membawa wira ke rumah sakit bersama kedua asistenku, tak lupa aku hubungi nomor Mama Wira yang memang sudah tersimpan di ponselku karena dia adalah pelanggan tetap toko kami."Halo assalamualaikum Jeng Zahrina," sapaku."Waalaikumsalam ada apa kamu menelpon saya," tanya Nyonya Zahrina dengan nada sedikit tidak suka."Maaf karena aku harus memberitahukan hal penting, tapi mohon tenangkan diri Jeng ya," ujarku."Katakan saja apa yang sedang terjadi?""Tadinya Wira datang ke tokoku dan duduk sebentar lalu pergi, namun tak lama kemudian Soraya datang dan berniat menyiramkan air keras kepadaku, namun tanpa diduga-duga Wira datang lagi dan terkena siraman air keras," tuturku hati-hati."Apa?!""Iya, saat ini aku dalam perjalanan membawanya ke rumah sakit.""Kalo terjadi apa-apa dengan anak saya kamu harus bertanggung jawab." Ucapan Mama Wira membuat pikiranku kacau."Kemana kamu akan membawa anakku!" pekiknya lagi."Ke Rumah Sakit Budi Kusuma Jeng," jawabku.

  • Tiba-Tiba Dimadu   musibah apa ini

    *Pemuda itu, datang lagi ke toko sore menjelang aku menutup gerai pakaian dan barang milikku itu.Ia melangkah santai lalu menarik kursi yang ada di depan meja kerja dan mendudukkan dirinya sambil tersenyum."Mbak Jannah, belum mau pulang?" tanyanya."Belum, masih sibuk," jawabku."Uhm, aku akan menunggu,", jawabnya."Kau sadar apa yang kau lakukan sekarang?"tanyaku dengan tatapan tajam. "Aku sudah cukup memberimu ruang, Wira.""Apa maksudnya Mbak, Mbak terlihat marah," ucapnya pelan."Aku sudah cukup baik kepadamu dengan tidak bersikap kasar dan frontal, aku harap kau mengerti kalau aku tidak nyaman dengan semua sikap ini.""Aku tidak tahu cara terbaik untuk bisa merebut hatimu Mbak," jawabnya pelan."Kamu tidak perlu bersusah payah karena aku belum membuka hati untuk siapapun Wira," ucapku dengan tetap menatap lekat padanya."Aku tahu kalau tidak denganku, Mbak Jannah pasti akan kembali lagi dengan dokter Rafiq, iya kan?" cecarnya sok tahu.Aku hanya tertawa getir mendengar ucapan

  • Tiba-Tiba Dimadu   aduh

    Ting tong ...Pagi pagi bel rumah sudah berdenting dan entah siapa berkunjung di pagi buta seperti ini. Sesaat aku sempat bertanya-tanya sekaligus kesal, denting yang terus menerus mengganggu telingaku."Siapa di luar?" tanyaku."Aku," jawab suara yang familiar kudengar itu."Kamu ngapain pagi-pagi gini, bahkan embun pun belum kering di pucuk daun," ujarku."Biarkan embun, yang penting aku menatapmu di awal hari sudah cukup membuatku seolah memiliki semua kebahagiaan.""Hentikan gombalan recehmu!" teriakku di pengeras suara yang tersambung ke gerbang."Jangan marah pagi-pagi aku datang ke sini membawa sesuatu untuk Raisa dan Rayan,". ujarnya santai."Tidak usah bawakan apapun anak-anakku baik-baik saja," jawabku ketus."Tapi Raisa menyukaiku kok. Buktinya ia senang menerima sepaket boneka LoL yang aku belikan," lanjutnya sambil tertawa kecil, " Raisa Sapa Bunda," suruhnya."Bunda ...." Tiba tiba suara anakku timbul dari depan gerbang sana."Raisa kamu ngapaian di gerbang pagi-pagi, k

  • Tiba-Tiba Dimadu   saingan

    "Ini makanan banyak banget siapa yang beli makanan sebanyak ini?""itu dari pemuda tampan yang pagi-pagi sudah datang ke sini dan membawa semobil makanan," jawab asistenku Rina."Apa? Siapa?""Teman Mbak, yang berondong itu lho," jawab Rina setengah berbisik."Ya ampun," desahku."Kenapa Mbak, kan bagus mbak dapat banyak perhatian," jawabnya sambil berkedip aneh."Ish ...mendapat perhatian dari orang yang kita suka itu bagus, tapi kalo gak suka, bikin ilfil kan?""Emangnya mbak sekarang lagi ilfil?" timpal Rudi supirku."Iya, karena aku gak mau didekati pria itu." Aku menghempas diri di sofa sambil melempar pandangan ke tumpukan kotak makanan di meja tamu.Kuhela napas berkali-kali untuk melegakan dadaku, namun kedua pegawaiku itu masih heran dengan sikapku itu. Mereka seperti menunggu adegan berikutnya."Apa lagi? Kenapa pada berdiri?""Makanan sebanyak itu Mbak Jannah bisa habiskan?""Siapa bilang aku akan memakannya?" jawabku sewot."Kasihan yang beli, Mbak," jawab Rina memelas."

DMCA.com Protection Status