Home / Fantasi / Thousand Years / 5. Pandangan Pertama ( Kisah ribuan tahun lalu)

Share

5. Pandangan Pertama ( Kisah ribuan tahun lalu)

Author: Vieneze
last update Last Updated: 2021-06-12 07:08:05

Ryu Damian meninggalkan Vinia di sana. Sorot matanya terpancar kesedihan yang tidak bisa digambarkan sesakit apa rasanya. Setiap melihat Vinia, kenangan indah saat bersama Sena dulu, selalu merasuki benaknya. Ryu masih mengingat setiap detil saat awal ia mulai mengejar Sena. Meskipun ia tahu, Aslan dan Sena saat itu sedang menjalin hubungan.

***

"Jadi, ini alasan dia sering turun ke bumi? Sepertinya ia menyukai peri itu. Sangat tidak menarik. wanita hanya penghalang saja. Dewa terkuat seperti aku tidak butuh wanita." Ryu Damian mengintai dari balik pohon, melihat Aslan dan Sena sedang bercumbu mesra di tepi danau biru.

Ryu tetap berada di sana untuk waktu yang lama. Entah mengapa rasa penasarannya seakan menahan Ryu untuk tetap memperhatikan mereka. Terkadang ia mencibir dan juga tertawa melihat pemandangan itu. Hingga, saat Sena melihat ke arah pohon tempat Ryu bersembunyi, Ryu tertegun melihat sorot mata coklat Sena. Bagi Ryu, itu seperti mendapatkan kekuatan baru. Ia menyukai bagaimana Sena tersenyum kepada Aslan juga  suara tawa peri itu yang terdengar renyah di telinganya.

”Apa ini? Mengapa jantungku berdebar?” Ryu memegang dada kirinya, sementara bola matanya tetap mengawasi Aslan dan Sena.

Pertama kalinya jantung Ryu berdebar seperti itu. Selama ini ia tidak pernah merasakan itu sekalipun dengan Dewi tercantik. Sejak saat itu, Ryu hampir setiap waktu turun ke bumi. Sekadar mengamati peri itu dari kejauhan. Semakin ia memperhatikan semakin bertambah pula rasa penasarannya.

Pernah suatu ketika di Bloom Forest, negeri para peri, mengadakan festival bunga. Semua peri sibuk mengumpulkan kuntum bunga yang sudah mekar di alun-alun istana peri. Tentu saja Aslan tidak melewatkan festival itu. Hanya dia satu-satunya Dewa yang mau berkunjung ke dunia peri, tentu saja itu karena Sena. Para peri cantik mengerumuni Aslan yang duduk di atas kursi batu. Mereka semua terpesona dengan wajah menawan Aslan. 

”Dewa Aslan, kau datang ke sini bukan untuk melihat festival, kan? Para Dewa tidak pernah menyukai dunia peri. Jika bukan untuk melihat Sena, kau pasti tidak akan datang.” Kata salah satu peri itu.

Aslan tertawa mendengar perkataan peri itu, lalu ia memiringkan posisi duduknya. 

”Tentu saja, aku datang ke sini untuk menemui Sena. Apa itu masalah?” Bola matanya yang berwarna hijau terlihat indah dengan binar yang cerah.

Para peri itu tertawa cekikikan mendengar jawaban Aslan. 

”Apakah, di istana awan ada Dewa tampan selain dirimu, Dewa Aslan?” 

Aslan mengangkat alisnya yang tebal seperti semut beriringan, ”Ya, di sana banyak Dewa yang tampan. Terlebih Kaisar Ryu dia Dewa yang menawan.” 

”Tidak. Kami tidak ingin Kaisar Ryu. Banyak rumor yang beredar di dunia Peri. Dari yang aku dengar Kaisar Ryu, Dewa terangkuh dan kejam di seluruh kerajaan Nirwana. Kami tidak mengharapkan kehadirannya di sini.” Peri Deana menyela perkataannya Aslan.

Para peri lainnya juga mengiyakan perkataan peri Deana. Rumor itu memang benar adanya, Ryu Damian memang Dewa yang angkuh.

Aslan tersenyum menanggapi ucapan para peri itu. Sejurus kemudian Aslan melirik ke kiri, ke kanan, depan dan belakang. Ia mencari sosok Sena. Tapi, peri itu tidak kunjung terlihat jua. 

”Sena tidak di sini. Ia pergi memetik bunga Hortensia ke padang bunga yang ada dibalik bukit itu. Ratu peri menginginkan Hortensia pink dan ungu untuk buket bunga di singgasana.” Ujar Peri Deana.

”Oh, kalau begitu aku akan menyusulnya ke sana.” Aslan segera berdiri.

Namun, tiba-tiba ratu peri datang menghentikan langkahnya. Ratu peri terlihat anggun dengan terusan berwarna putih yang terbuat dari ribuan kelopak melati. Di kepalanya, mahkota dari untaian bunga phlox putih melingkar dengan indah. 

”Selamat datang ke dunia peri, Dewa Aslan yang agung. Maaf hamba terlambat menyambut kedatangan Dewa.” Ratu peri tersenyum dan menundukkan kepalanya memberi penghormatan kepada Aslan.

Aslan sumringah, ”tidak masalah, aku lihat kalian sangat sibuk dengan festival ini. Sepertinya ini akan sangat menarik untuk dinikmati.” Sahut Aslan tegas.

”Jika Dewa berkenan, mari ikut saya menikmati pertunjukan bunga di alun-alun.” Ratu peri menjulurkan tangannya, mempersilakan Aslan untuk ikut bersamanya.

Aslan merasa tidak enak hati untuk menolak, seketika ia batalkan niatnya untuk menyusul Sena ke padang bunga. 

Dan dibalik bukit, hamparan bunga-bunga yang berwarna-warni bermekaran dengan indah. Semua jenis bunga tumbuh subur di lembah Bloom Forest. Sena berlarian dan menari berputar dengan riang gembira dihamparan bunga-bunga itu. Ditemani puluhan kupu-kupu yang cantik. Kau bisa melihat hamparan dandelion kuning dan putih, juga tanaman marigold menyatu dengan krisan liar. Seperti pelangi yang tumpah ke bumi. 

Dari kejauhan di antara tanaman hortensia, Ryu Damian memperhatikan Sena. Sebuah senyuman manis dan sorot mata yang berbinar menghiasi wajah tampannya. Mungkin itu pertama kalinya Ryu tersenyum bahagia seperti itu. Biasanya ia tersenyum mencemooh dan bersikap angkuh dengan yang lainnya. Ia menikmati setiap gerak-gerik Sena. Entah sudah berapa kali ia diam-diam mengawasi Sena. Ia bahkan rela meninggalkan tugasnya di istana awan hanya untuk melihat peri itu dari dekat. 

Tiba-tiba seekor rubah merah liar menyerang Sena. Sena berusaha menenangkan rubah itu tapi gagal, ia bukan peri hewan jadi tidak tahu bagaimana mengatasi hewan yang mengamuk. Ryu secepat kilat muncul dihadapan Sena dan menggendong Sena menjauh dari rubah itu. Sena terhenyak dengan sosok yang menyelamatkannya. Tatapan mereka beradu.

”Ka-kaisar.” Sena berbicara terbata seakan tidak percaya dengan yang dilihatnya.

Ryu tersenyum miring, ”kau bukan peri hewan, tapi berusaha menenangkan rubah itu. Sungguh nyalimu kuat sekali.” Ryu menurunkan Sena dari rangkulannya.

”Hormat saya yang mulia Kaisar.” Sena membungkuk memberi penghormatan.

Ryu merasa bahagia bisa berbicara dengan Sena. Tapi, ia menyembunyikan kebahagiaannya dengan sikap dinginnya. Mengatur mimik wajahnya agar tetap terlihat menyebalkan.

”Bukankah, di alun-alun sedang ada festival? Mengapa kau berada di sini?” tanya Ryu, ia mengalihkan pandangannya ke hamparan bunga-bunga.

”Ratu menginginkan bunga hortensia. Itulah alasanku di sini. Ah, akhirnya aku menemukannya juga.” Sena tersenyum gembira melihat sekitarnya di tumbuhi tanaman hortensia.

Sebelum memetik bunga itu, Sena mengelus pelan kelopak hortensia dan berkata, ”Maafkan aku, bunga manis. Aku harus memetik bungamu yang cantik, Ratu membutuhkan keindahanmu untuk festival bunga.” Lalu ia petik dengan perlahan bunga-bunga itu.

Ryu yang melihat itu mencemooh Sena. Dalam benaknya, kalau mau ya tinggal cabut. Untuk apa juga harus berbincang dengan tanaman. Dasar aneh. 

***

Related chapters

  • Thousand Years   6. ”Kau mengingatkan aku dengannya”

    ”Huh! Kaisar sombong. Seandainya kau bukan Kaisar, aku pasti sudah menghajarmu. Bajuku jadi basah semua.” Ia melirik bajunya yang masih melekat di badan. Kemudian Vinia keluar dari kolam air panas. Duduk di bawah pohon sakura yang tumbuh dekat kolam. ”Sial! Sekarang aku tidak punya satu pun pakaian. Aku bakal masuk angin jika kuyup begini. Di mana aku bisa mendapatkan baju yang baru? Aku tidak mengenal siapapun di sini.” Vinia terdiam sejenak memikirkan bagaimana ia mendapatkan pakaian yang kering dan hangat. Sesekali ia memeluk dirinya sendiri yang kedinginan ditiup angin. Lalu ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Sepenjang koridor itu terasa senyap tak ada siapapun. Ia bingung harus meminta tolong kepada siapa. Namun, Vinia menghentikan langkahnya pada saat ia melewati sebuah kamar dengan pintu besar berukiran burung Phoenix. Ia memandang ke kanan dan ke kiri. Mengamati situasi sekitar.

    Last Updated : 2021-06-21
  • Thousand Years   7. Desas-desus yang beredar

    Dalam benak Vinia, ia harus menemukan Dewi Hara. Ia tidak mau sepanjang hari memakai pakaian yang lebih terlihat seperti gorden di tubuhnya. Ia berjalan menuju taman mencari sosok Dewi itu, akan tetapi di sana ada banyak Dewi dan dewa. Ia tidak tahu yang mana satu di antara mereka Dewi Hara. Pandangnya tertuju kepada sosok lelaki paruh baya yang tengah bermain catur bersama dewa yang lainnya. Ia menyeringai begitu mengetahui lelaki itu adalah Dewa Heris. Vinia berjalan perlahan mendekati Heris. Sepertinya ia berniat untuk menjahili Dewa itu. Beberapa pasang mata memperhatikan Vinia dengan tatapan yang takjub tak sedikit juga yang saling berbisik mencibir Vinia. Rupanya pakaian yang ia kenakan menarik perhatian mereka. Semua penghuni dunia itu tahu, baju itu milik sang Kaisar. Tentu saja, hanya Ryu Damian yang memakai pakaian dengan corak phoenix di punggungnya. ”Sepertinya ia habis tidur dengan Kaisar.” Bisik salah satu De

    Last Updated : 2021-06-22
  • Thousand Years   8. Secangkir Teh, Secangkir Ketenangan

    ”Kau masih hidup?” Tanya Dewi itu kaget.Dulu ia dan Sena pernah berseteru karena sang Kaisar lebih memilih Sena dibandingkan dirinya. Ia masih mengingat jelas bagaimana Ryu memperlakukannya seperti kotoran. Sementara terhadap Sena ia selalu bersikap baik.”Tentu saja aku masih hidup. Maksudmu apa mengatakan itu?” Balas Vinia.Heris segera menarik Dewi Hara menjauh dari Vinia. Kemudian ia berbicara berbisik.”Dia bukan Sena. Hanya seseorang yang mirip saja.” Ujar Heris.Lalu Dewi Hara menyapu pandangannya ke arah Vinia. ”Tapi, itu nyaris sempurna. Seperti kembarannya saja.”Mereka berdua mengangguk dan serampak melirik Vinia. Kemudian Dewi Hara tersenyum saat berjalan mendekati Vinia.”Sepertinya aku salah mengenali orang. Maaf telah membuatmu tidak nyaman. Tapi pak

    Last Updated : 2021-06-24
  • Thousand Years   9. Segenggam Kisah si Bunga Magnolia

    Ryu melirik dengan tatapan yang dingin dan sedikit senyum. Tidak terkejut dengan perkataan Vinia. Lalu ia membalas Vinia dengan datar. Seolah itu bukanlah hal yang penting. ”Sepetinya Hara memperlakukanmu dengan baik.” Sindir Ryu, ia mengalihkan pandangannya ke taman. ”Baik katamu? Cih! Harusnya aku tidak mempercayai kata-katamu. Huh!” Vinia mengangkat kepalanya, berjalan meninggalkan Ryu. Pakaian yang ia gunakan terlalu besar, saat Vinia hendak melangkah tanpa sengaja kakinya memijak pakaiannya sendiri yang membuatnya terjungkal ke depan. Malu. Sudah pasti. Ryu yang melihat itu tersenyum sinis. Lalu tiba-tiba berbicara kepada Heris. ”Heris, apakah kau pernah dengar cerita hewan yang ceroboh?” tanya Ryu datar. Heris segera mengiyakan pertanyaan Ryu. ”Ya, aku pernah dengar itu, yang mulia.” balas Heris. ”

    Last Updated : 2021-07-01
  • Thousand Years   10. Memoir of Edelweis

    Vinia segera melepaskan rangkulan Dewa itu. Menampar wajahnya yang bak porselen itu. ”Kurang ajar. Beraninya kau menyentuhku.” Bentak Vinia geram. Lalu pria itu berlutut di depan Vinia melebarkan telapak tangannya, seikat bunga Edelweis kering muncul di genggamannya. Matanya memerah ketika mengingat kembali kenangan bunga itu, butiran bening menetes dari pelupuk matanya, jatuh membasahi Edelweis yang kering itu. Seketika kuntumnya kembali mekar dan segera seperti baru dipetik. ”Kau pernah memberikan bunga ini kepadaku ketika di lembah Bloom Forest. Di antara semua bunga, kau paling menyukai ini. Kau bilang ini melambangkan cinta yang abadi. Aromanya tak pernah pudar seperti cintaku padamu. Kendatipun kau tak mengenali aku, tetapi aku selalu mengenalimu.” Kilas balik ingatan Vinia berputar-putar di benaknya. Kadang ia melihat Padang bunga, sepasang kekasih yang berke

    Last Updated : 2021-07-06
  • Thousand Years   11. Amarah yang Terselubung Cemburu

    Suasana hati Ryu sedang buruk. Bahkan saat para dayang-dayang yang memberinya hormat saat berpapasan di koridor, ia bentak sesuka hati. Ryu memang dingin, namun sikapnya hari ini sangat buruk. Para penghuni istana awan sangat memahami perubahan sikapnya itu. Sepertinya akan ada hujan badai. Seikat Edelweiss itu mampu membuat amarah Ryu meledak.Heris hendak ke pergi istana samudera, ke rumah para siren, bangsa duyung. Pertemuan untuk membahas perdamaian dengan istana awan. Dahulu sang pemimpin Siren, Tymus Dien dikurung Ryu dalam sebuah bola kristal penangkap jiwa. Kenakalan Ryu pada masa itu, membuat seluruh penghuni alam itu resah. Para Siren menuntut Ryu untuk membayar ganti rugi dan tentu saja, Heris yang bertanggung jawab.Heris bertemu dengan Ryu di koridor itu, namun saat Heris memberinya salam, Ryu mengacuhkannya seakan ia transparan. Heris merasa a

    Last Updated : 2021-08-21
  • Thousand Years   12. Air yang Membara

    ”Mengapa kau tidak mencegahnya?” tanya Ryu dengan penekanan nada yang sedikit keras. ”Maafkan keteledoran hamba, Yang Mulia. Saat hamba sedang bertarung dengan Tymus, rupanya dia tidak sendirian. Seseorang bersamanya yang membawa Vinia. Lalu ia berpesan, 'jika ingin mendapatkan gadis itu kembali, suruh si Brengsek Ryu yang menemui aku' begitulah yang dia katakan, Kaisar,” Heris menirukan perkataan Tymus, ia sempat ragu-ragu untuk mengatakan 'brengsek', namun kini ia puas. Walau itu adalah ucapan dari Tymus, Heris senang seakan itu adalah kata-katanya sendiri. Hal yang seharusnya ia katakan sedari dulu. Ryu mengernyitkan keningnya dan berpikir. Ia sangat penasaran mengapa Tymus harus membawa Vinia sedangkan Tymus sendiri tidak tahu menahu hubungan Ryu dan Vinia. ”Ada banyak orang yang lebih berarti untuk di s

    Last Updated : 2021-08-23
  • Thousand Years   13. Terpesona

    ”Merindukanku, huh?”Sosok itu adalah Kaisar Ryu. Ia tersenyum tipis menatap Vinia yang terkejut dengan kehadirannya. Vinia segera melepaskan rangkulan Kaisar Ryu sesaat setelah mereka menapaki lantai.Tymus tertawa lebar, tebakannya benar. Lalu ia berbicara lantang tanpa ada rasa hormat sedikit pun.”Ryu, aku tahu kau akan datang. Ternyata kau sangat mengkhawatirkan manusia ini,” kekeh Tymus.Kaisar Ryu menyahut Tymus dengan dingin, suaranya terdengar lembut namun setajam belati, ”kau punya urusan denganku, bukan dengannya. Sedikit saja kau melukai dia, aku akan mengurungmu kembali ke dalam kristal penangkap jiwa.””Kulihat, kau sudah berubah. Tidak sedingin dulu. Hanya tatapanmu saja yang masih sama. Memandang r

    Last Updated : 2021-10-24

Latest chapter

  • Thousand Years   13. Terpesona

    ”Merindukanku, huh?”Sosok itu adalah Kaisar Ryu. Ia tersenyum tipis menatap Vinia yang terkejut dengan kehadirannya. Vinia segera melepaskan rangkulan Kaisar Ryu sesaat setelah mereka menapaki lantai.Tymus tertawa lebar, tebakannya benar. Lalu ia berbicara lantang tanpa ada rasa hormat sedikit pun.”Ryu, aku tahu kau akan datang. Ternyata kau sangat mengkhawatirkan manusia ini,” kekeh Tymus.Kaisar Ryu menyahut Tymus dengan dingin, suaranya terdengar lembut namun setajam belati, ”kau punya urusan denganku, bukan dengannya. Sedikit saja kau melukai dia, aku akan mengurungmu kembali ke dalam kristal penangkap jiwa.””Kulihat, kau sudah berubah. Tidak sedingin dulu. Hanya tatapanmu saja yang masih sama. Memandang r

  • Thousand Years   12. Air yang Membara

    ”Mengapa kau tidak mencegahnya?” tanya Ryu dengan penekanan nada yang sedikit keras. ”Maafkan keteledoran hamba, Yang Mulia. Saat hamba sedang bertarung dengan Tymus, rupanya dia tidak sendirian. Seseorang bersamanya yang membawa Vinia. Lalu ia berpesan, 'jika ingin mendapatkan gadis itu kembali, suruh si Brengsek Ryu yang menemui aku' begitulah yang dia katakan, Kaisar,” Heris menirukan perkataan Tymus, ia sempat ragu-ragu untuk mengatakan 'brengsek', namun kini ia puas. Walau itu adalah ucapan dari Tymus, Heris senang seakan itu adalah kata-katanya sendiri. Hal yang seharusnya ia katakan sedari dulu. Ryu mengernyitkan keningnya dan berpikir. Ia sangat penasaran mengapa Tymus harus membawa Vinia sedangkan Tymus sendiri tidak tahu menahu hubungan Ryu dan Vinia. ”Ada banyak orang yang lebih berarti untuk di s

  • Thousand Years   11. Amarah yang Terselubung Cemburu

    Suasana hati Ryu sedang buruk. Bahkan saat para dayang-dayang yang memberinya hormat saat berpapasan di koridor, ia bentak sesuka hati. Ryu memang dingin, namun sikapnya hari ini sangat buruk. Para penghuni istana awan sangat memahami perubahan sikapnya itu. Sepertinya akan ada hujan badai. Seikat Edelweiss itu mampu membuat amarah Ryu meledak.Heris hendak ke pergi istana samudera, ke rumah para siren, bangsa duyung. Pertemuan untuk membahas perdamaian dengan istana awan. Dahulu sang pemimpin Siren, Tymus Dien dikurung Ryu dalam sebuah bola kristal penangkap jiwa. Kenakalan Ryu pada masa itu, membuat seluruh penghuni alam itu resah. Para Siren menuntut Ryu untuk membayar ganti rugi dan tentu saja, Heris yang bertanggung jawab.Heris bertemu dengan Ryu di koridor itu, namun saat Heris memberinya salam, Ryu mengacuhkannya seakan ia transparan. Heris merasa a

  • Thousand Years   10. Memoir of Edelweis

    Vinia segera melepaskan rangkulan Dewa itu. Menampar wajahnya yang bak porselen itu. ”Kurang ajar. Beraninya kau menyentuhku.” Bentak Vinia geram. Lalu pria itu berlutut di depan Vinia melebarkan telapak tangannya, seikat bunga Edelweis kering muncul di genggamannya. Matanya memerah ketika mengingat kembali kenangan bunga itu, butiran bening menetes dari pelupuk matanya, jatuh membasahi Edelweis yang kering itu. Seketika kuntumnya kembali mekar dan segera seperti baru dipetik. ”Kau pernah memberikan bunga ini kepadaku ketika di lembah Bloom Forest. Di antara semua bunga, kau paling menyukai ini. Kau bilang ini melambangkan cinta yang abadi. Aromanya tak pernah pudar seperti cintaku padamu. Kendatipun kau tak mengenali aku, tetapi aku selalu mengenalimu.” Kilas balik ingatan Vinia berputar-putar di benaknya. Kadang ia melihat Padang bunga, sepasang kekasih yang berke

  • Thousand Years   9. Segenggam Kisah si Bunga Magnolia

    Ryu melirik dengan tatapan yang dingin dan sedikit senyum. Tidak terkejut dengan perkataan Vinia. Lalu ia membalas Vinia dengan datar. Seolah itu bukanlah hal yang penting. ”Sepetinya Hara memperlakukanmu dengan baik.” Sindir Ryu, ia mengalihkan pandangannya ke taman. ”Baik katamu? Cih! Harusnya aku tidak mempercayai kata-katamu. Huh!” Vinia mengangkat kepalanya, berjalan meninggalkan Ryu. Pakaian yang ia gunakan terlalu besar, saat Vinia hendak melangkah tanpa sengaja kakinya memijak pakaiannya sendiri yang membuatnya terjungkal ke depan. Malu. Sudah pasti. Ryu yang melihat itu tersenyum sinis. Lalu tiba-tiba berbicara kepada Heris. ”Heris, apakah kau pernah dengar cerita hewan yang ceroboh?” tanya Ryu datar. Heris segera mengiyakan pertanyaan Ryu. ”Ya, aku pernah dengar itu, yang mulia.” balas Heris. ”

  • Thousand Years   8. Secangkir Teh, Secangkir Ketenangan

    ”Kau masih hidup?” Tanya Dewi itu kaget.Dulu ia dan Sena pernah berseteru karena sang Kaisar lebih memilih Sena dibandingkan dirinya. Ia masih mengingat jelas bagaimana Ryu memperlakukannya seperti kotoran. Sementara terhadap Sena ia selalu bersikap baik.”Tentu saja aku masih hidup. Maksudmu apa mengatakan itu?” Balas Vinia.Heris segera menarik Dewi Hara menjauh dari Vinia. Kemudian ia berbicara berbisik.”Dia bukan Sena. Hanya seseorang yang mirip saja.” Ujar Heris.Lalu Dewi Hara menyapu pandangannya ke arah Vinia. ”Tapi, itu nyaris sempurna. Seperti kembarannya saja.”Mereka berdua mengangguk dan serampak melirik Vinia. Kemudian Dewi Hara tersenyum saat berjalan mendekati Vinia.”Sepertinya aku salah mengenali orang. Maaf telah membuatmu tidak nyaman. Tapi pak

  • Thousand Years   7. Desas-desus yang beredar

    Dalam benak Vinia, ia harus menemukan Dewi Hara. Ia tidak mau sepanjang hari memakai pakaian yang lebih terlihat seperti gorden di tubuhnya. Ia berjalan menuju taman mencari sosok Dewi itu, akan tetapi di sana ada banyak Dewi dan dewa. Ia tidak tahu yang mana satu di antara mereka Dewi Hara. Pandangnya tertuju kepada sosok lelaki paruh baya yang tengah bermain catur bersama dewa yang lainnya. Ia menyeringai begitu mengetahui lelaki itu adalah Dewa Heris. Vinia berjalan perlahan mendekati Heris. Sepertinya ia berniat untuk menjahili Dewa itu. Beberapa pasang mata memperhatikan Vinia dengan tatapan yang takjub tak sedikit juga yang saling berbisik mencibir Vinia. Rupanya pakaian yang ia kenakan menarik perhatian mereka. Semua penghuni dunia itu tahu, baju itu milik sang Kaisar. Tentu saja, hanya Ryu Damian yang memakai pakaian dengan corak phoenix di punggungnya. ”Sepertinya ia habis tidur dengan Kaisar.” Bisik salah satu De

  • Thousand Years   6. ”Kau mengingatkan aku dengannya”

    ”Huh! Kaisar sombong. Seandainya kau bukan Kaisar, aku pasti sudah menghajarmu. Bajuku jadi basah semua.” Ia melirik bajunya yang masih melekat di badan. Kemudian Vinia keluar dari kolam air panas. Duduk di bawah pohon sakura yang tumbuh dekat kolam. ”Sial! Sekarang aku tidak punya satu pun pakaian. Aku bakal masuk angin jika kuyup begini. Di mana aku bisa mendapatkan baju yang baru? Aku tidak mengenal siapapun di sini.” Vinia terdiam sejenak memikirkan bagaimana ia mendapatkan pakaian yang kering dan hangat. Sesekali ia memeluk dirinya sendiri yang kedinginan ditiup angin. Lalu ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Sepenjang koridor itu terasa senyap tak ada siapapun. Ia bingung harus meminta tolong kepada siapa. Namun, Vinia menghentikan langkahnya pada saat ia melewati sebuah kamar dengan pintu besar berukiran burung Phoenix. Ia memandang ke kanan dan ke kiri. Mengamati situasi sekitar.

  • Thousand Years   5. Pandangan Pertama ( Kisah ribuan tahun lalu)

    Ryu Damian meninggalkan Vinia di sana. Sorot matanya terpancar kesedihan yang tidak bisa digambarkan sesakit apa rasanya. Setiap melihat Vinia, kenangan indah saat bersama Sena dulu, selalu merasuki benaknya. Ryu masih mengingat setiap detil saat awal ia mulai mengejar Sena. Meskipun ia tahu, Aslan dan Sena saat itu sedang menjalin hubungan. *** "Jadi, ini alasan dia sering turun ke bumi? Sepertinya ia menyukai peri itu. Sangat tidak menarik. wanita hanya penghalang saja. Dewa terkuat seperti aku tidak butuh wanita." Ryu Damian mengintai dari balik pohon, melihat Aslan dan Sena sedang bercumbu mesra di tepi danau biru. Ryu tetap berada di sana untuk waktu yang lama. Entah mengapa rasa penasarannya seakan menahan Ryu untuk tetap memperhatikan mereka. Terkadang ia mencibir dan juga tertawa melihat pemandangan itu. Hingga, saat Sena melihat ke arah pohon tempat Ryu bersembunyi, Ryu tertegun melihat sorot mata coklat Sena. Bagi Ryu, itu seperti men

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status