Bella melamun beberapa saat sampai sebuah bentakan dari Kristan terdengar ke dalam telinga Bella. Membuat Bella tersentak kaget dari lamunannya saat itu.
'Sial. Tidak bisakah Kristan lembut sedikit saja.' ujar Bella dalam hati.
Bella lebih memilih memalingkan wajahnya ke arah lain ketimbang melihat ke arah Kristan, perdebatan dari pertemuan di kantor tadi sampai sekarang tidak bisa berhenti dan itu membuat sakit hati.
"Bella kamu dengar tidak sih apa yang aku katakan."
Kembali Kristan membentaknya dan itu membuat Bella tak lagi bernafas dengan tenang. Kenapa hidupnya sangat berat di samping laki-laki ini.
"Turunkan aku!" ucap
Bella buru-buru menggambil handuk yang tergantung di salah satu tembok di dalam kamar mandi itu dan memakainya. Bella keluar dari sana dan mendapati Xavier telah berdiri di depannya dengan tangan yang di taruh di tembok menghalangi Bella yang akan keluar dari kamar mandi itu. Bella celingukan mencaribaju yang dikatakan Xavier. Namun tidak ada di tangannya. "Hei mana baju yang mau aku pakai. Kenapa tidak ada dimana pun? Jangan bercanda Xavier. Aku sudah kedinginan nih. Kamu mau menggodaku?""Aku kira kamu itu sudah tidak bernafas di dalam sana. Lama sekali kamu berada di dalam kamar mandi.""Maaf aku menikmati acara mandiku itu. Makanya lama. Habis airnya hangat dan membuat tubuhku ha
Setelah mobil Xavier menjauh dari pandangan, Bella memutuskan untuk berjalan kaki menuju mansion Kristan. Bella sengaja menyuruh Xavier untuk menurunkan Bella tidak jauh dari mansion itu agar Kristan tidak mengetahui kalau Bella di antar oleh seorang laki-laki.Dengan langkah lesu, Bella membuka pintu pagar lalu berjalan masuk ke dalam. Hujan rintik masih membasahi bumi saat itu, pakaian Bella yang basah dan lembab tidak lagi Bella pedulikan. Baginya cepat pulang dan berganti pakaian itu adalah tujuan utamanya saat ini.Begitu Bella masuk, ruangan sepi menyambut, ruangan demi ruangan Bella dapati saat kaki itu melangkah sampai depan pintu kamarnya. Tidak ada yang menyambut Bella pulang malam itu karna Bella tau pasti Kristan yang menyuruh semua orang yang ada di dalam rumah untuk tidak menyambutnya. Terserah, itu yang Bella katakan dalam hati, tiada tempat yang nyaman selain kehidupan Bella yang dulu, rumahnya yang aman Bella dapati setelah pulang kerja dan
Pagi itu rasa lemas terasa pada tubuh Bella, setelah perdebatan panjang dengan Kristan kemarin malam mengenai perselingkuhan yang Bella lakukan. Bella memilih untuk tidur daripada menanggapi perdebatan Kristan, rasa lapar yang Bella rasa, Bella tepis kuat-kuat sembari berdoa dalam hati agar rasa laparnya hilang dengan tidur saja.Tak lama sebuah aroma harum tercium begitu kami selesai berdebat dan Bella memilih untuk tidur. Sebuah ketukan pintu terdengar dan Kristan menyuruh orang yang mengetuk masuk ke dalam. Seorang pelayan laki-laki entah siapa namanya mendorong troli yang berisi makanan aneka macam masuk ke dalam kamar lalu memberhentikan troli itu di samping meja. Setelahnya pelayan itu membungkuk sopan pada Kristan yang berdiri melihatnya lalu keluar setelah menaruh makanan itu.Kristan berkata pada Bella untuk memakan makanan yang sudah di siapkan sebelum tidur. Bella yang sudah terlanjur kesal dan malas untuk bergerak makan. Akhirnya tidak Bella gubris ka
Bella terbangun entah pukul berapa. Matanya mengedipkan beberapa kali untuk menyesuaikan keadaan lampu ruangan yang saat itu sudah menyala terang di seluruh penjuru ruangan. Setelah itu Bella mengedarkan pandangan dan mendapati Kristan yang saat ini sedang duduk di sampingnya sedang mengerjakan pekerjaan dengan laptopnya. Pakaian Kristan pun sudah berganti dengan kaos dan celana bahan pendek.Aku jadi bertanya-tanya sendiri, jadi Kristan seharian ini menunggunya di kamar dan tidak pergi bekerja. Sebegitu berharganya kah dirinya sampai Kristan rela menunggu Bella seharian di rumah? Tapi mengapa setiap hari kelakuannya selalu saja bikin miris saja. Apa itu yang sisi lain dari Kristan terkadang baik terkadang bisa jahat juga.Setelah makan dan minum obat tadi, Bella merasakan kantuk yang sangat parah dan itu membuat Bella tidak bisa bertahan untuk melakukan apa-apa lagi, Bella menyerah dan memilih untuk pergi tidur saja."Kamu sudah bangun? Bagaimana kondisim
Bella merenggangkan kedua tangan dan kaki yang terasa kaku setelah tidur panjangnya semalaman lalu membuka mata dan melihat ke sekeliling kamar namun tidak mendapati Kristan ada di dalam kamar itu. Bella pun terduduk di tempat tidur lalu beranjak ke kamar mandi untuk mandi lalu memakai pakaian untuk bekerja. Setelahnya Bella beribadah sendiri dan memoles wajahnya senatural mungkin. Tidak perlu make up berlebihan demi tampil cantik. Orang pasti akan suka dengan tampilan sederhana dan terkesan ramah. Daripada memakai make up berlebih. Setelah puas dengan dandanan singkatnya, Bella keluar dari kamar dan turun untuk melihat apakah Kristan sudah berada di meja makan atau malah Kristan sudah pergi bekerja. Sesampainya di ruang keluarga ruangan itu sepi tidak ada orang sama sekali sampai seorang pelayan wanita melewati Bella yang berdiri diam di sana. "Eh aku mau tanya kamu tau dimana tuan Kristan?" "Tuan Kristan sedang berada di dapur nona."
Sudah kesekian kalinya Bella mengeluh tentang sikap yang dilakukan oleh Kristan pada dirinya. Terkadang Bella sudah teramat jenuh dengan kelakuan Kristan yang bisa dibilang sangat menyebalkan itu. Tapi mau bagaimana lagi, Bella tidak bisa melakukan apa-apa selain menjalani takdir hidup ini.Bella kembali masuk ke dalam kamarnya lalu mengganti blouse yang sudah di sobek oleh Kristan sewaktu mereka bercumbu.'Aish ada ya laki-laki macam dia yang bisa-bisanya selalu membuat kesal. Aku harus mengganti pakaian dulu sebelum pergi bekerja.' gerutu Bella dalam hati. Dengan berat hati Bella mencari pakaian yang senada dengan celana yang sudah Bella pakai sebelumnya lalu memakainya dengan cepat.Kristan masuk ke dalam kamar dalam diam saat Bella memakai blouse. Bella tidak tau kalau saat Bella memakai Kristan sudah ada di dalam kamarnya. Saat berbalik, Bella pun menjerit kaget begitu Kristan memperhatikannya dan sekarang berdiri dengan melipat tangan di dada.
Xavier melangkah maju mendekati Bella yang saat itu sedang melihatnya sedangkan Bella tidak melakukan apa-apa karna Bella ingin tahu apa yang Xavier lakukan padanya. Memang tidak waras, seharusnya Bella mengusir Xavier untuk pergi dari sini tapi Bella malah memberikan ruang untuk Xavier di dalamnya. Xavier jadi leluasa dalam bertindak. Heran, apa yang terjadi dalam benak Bella sebenarnya. Apa yang Bella inginkan? "Apa yang kamu mau lakukan Xavier? Ini sangat tidak lucu. Bagaimana jika orang lain tahu dan tiba-tiba saja Kristan datang ke kantor ini. Oh tidak! lebih tepatnya masuk ke dalam ruangan ini lalu memergoki kita sedang berdua di dalam ruangan yang tertutup. Habislah aku. Aku tidak mau itu terjadi. Bisa fatal akibatnya. Hidupku saja sudah kacau untuk saat ini. Jangan kamu tambah kacau dengan sikap gilamu itu." Bella memundurkan kursinya untuk bergerak menjauh dan itu secepet Bella b
"Bella ... Bella kamu ada di dalam?" tanya seseorang yang Bella sangat kenal itu adalah suara Kristan. "Celaka bagaimana ini?" tanya Bella dalam hati. "Xavier bagaimana ini, kamu harus bersembunyi, tidak mungkin aku memberitahu dia kalau kamu ada di dalam ruangan yang sama denganku. Bisa habis aku di beri hukuman. Kamu tahu kan Kristan bukan orang yang sembarangan. Ia tidak akan mungkin membiarkan aku bersama dengan laki-laki lain. Ia akan membunuhku kalau itu terjadi." Bella mengusap wajahnya dengan kasar diiringi dengan nafas yang naik turun seolah Bella habis berlari. Ia berubah panik. Ia harus mencegah semuanya agar Kristan tidak mengetahui tentang Xavier. Keinginan Bella, Xavier juga seharusnya panik melihat situasi yang terjadi. Namun parahnya, Xavier malah mencoba menggoda Bella dengan tawanya yang menggema di seluruh ruangan. Tidak hanya itu, kunci yang Xavier pegang malah dia mainkan seolah ini adalah sebuah permainan seru. "Hei aku panik, ka
Bella menyesap cappucino latte yang sudah Firly belikan untuknya tadi pagi saat Bella masuk ke dalam ruangannya. Firly bergegas menghampiri setelah tahu Bella datang pagi itu. Karna Bella ingin meminum cappucino itu, ia pun menyuruh Firly untuk membelikannya. Rasa pahit dan manis bercampir menjadi satu membuat kenikmatan tersendiri.Sembari meminum cappucino, matanya melihat laporan perusahaan yang sudah sedari tadi ada di depannya. Meja kerjanya sudah berantakan sejak tadi karna sudah terlalu fokus dengan laporan yang menyita waktu. Makanya ia biarkan saja semuanya berantakan. Tak peduli dengan tatapan orang lain yang melihat betapa buruknya ruang kerjanya. Laptop menyala, berkas dimana-mana dan kertas-kertas yang sudah dicoret-coret berhamburan sampai ke lantai. Ia memang gila kerja. Terserah saja orang lain bilang apa, ia tidak pernah mau peduli.
"Kita mau kemana Kristan?" tanya Bella yang saat ini matanya di tutup dengan sehelai kain. Bella jadi tidak bisa melihat kemana-mana karna matanya sudah berubah menjadi gelap. Kristan mengajaknya entah kemana tanpa memberitahu dan Bella terpaksa mengikutinya. Habisnya laki-laki itu merengek tanpa batas seperti anak kecil yang tidak mau di tolak begitu saja. Alhasil Bella harus mengalah dan menerima permintaannya. Dari mulai masuk ke dalam mobil sampai keluar mobil, matanya sudah tertutup oleh kain. Ingin sekali Bella bertanya kemana mereka akan pergi karna pikirannya selalu dihantui rasa penasaran tapi Kristan hanya bilang tunggu saja, sebentar lagi atau kita akan mendapatkan waktu yang berharga. Makanya Bella tidak tahu apa-apa sampai sekarang. "Tunggu sebentar lagi ya, kita akan tiba sesuai keinginanku." Sepulangnya dari pulau Bangka itu Kristan jadi berubah lebih romantis. Ia tidak lagi berkata ketus atau dingin kepada Bella. Malah sekarang ucapannya
Bella membuka mata begitu terasa hari sudah pagi. Seperti biasanya, jika hari sudah menjelang pagi tanpa pemberitahuan apa pun, mata Bella pasti langsung terbuka. Instingnya mengatakan begitu, begitu mata itu terbuka, matanya menatap satu arah yang ia lihat pertama kali adalah seorang laki-laki tampan yang Bella ketahui adalah suaminya yaitu Kristan yang saat ini sedang tertidur di hadapannya. Matanya terpejam dengan hembusan nafas yang teratur. Bella ingin bergerak bangun namun saat mengetahui tempat yang Bella tempati saat itu begitu sempit. Hal itu tidak akan mudah untuknya bisa melewati hal itu. Ia harus bergerak lebih keras agar ia bisa keluar dari sova ini. Apalagi sekarang Kristan sedang memeluknya. Jadi ia tidak akan bisa melewati dengan tenang. Bella heran, kenapa ia bisa tertidur dengan Kristan di sova sesempit ini dan itu berlangsung sampai pagi. Keinginan untuk pergi cepat-cepat dari pelukan Kristan lebih dari apa yang ia pikirkan. Tak ingin
Kebersamaan Bella bersama Xavier di pantai itu tidak berlangsung lama karna sebuah panggilan nama Bella yang terdengar begitu lantang. Suara khas dari seseorang membuat keduanya serempak untuk melihat laki-laki yang Bella tau bahwa dia adalah suami sahnya.Bella bertanya dalam hati mengapa dia mendatangi Bella sampai ke sini, apakah tidak cukup puas kemarin sudah menyakitinya sampai begitu dalam. Tidak cukupkah surat gugatan cerai yang di berikan padanya. Dia hanya cukup menunggu dan semuanya selesai. Kenapa harus melihatnya di sini?Kristan mendekat lalu menggenggam tangan Bella untuk pergi dari sana. Ketidaksukaan Kristan terlihat begitu jelas ketika melihat Bella bersama dengan laki-laki lain di sini. Namun tidak bisa menyurutkan tekad Bella untuk menepis tangan itu dan memberikan peringatan bahwa Bella memang istrinya tapi bukan begini perlakuannya pada seorang istri dan mungkin sebentar lagi mereka akan berpisah."Ikut aku!" bentak Kristan pada Bella. Sorot
Bella menyusuri pantai yang dibilang banyak orang sangatlah indah. Kaki telanjangnya melangkah di atas pasir selangkah demi selangkah sampai Bella merasa lelah lalu Bella memilih untuk duduk di tepi pantai yang kering tanpa alas apa-apa. Matanya memandang ke lautan lepas dengan angin sepoi-sepoi yang berhembus saat itu. Membuat rambut yang tergerai itu berterbangan dan gaun pantai yang dia gunakan juga bergerak terkena angin pantai. Betapa Bella merindukan saat ini dimana tidak ada orang mengganggu dan juga hanya di temani sepi yang bisa membuat Bella lebih tenang dan damai. Tak lama kemudian seseorang mendekati Bella dan duduk di sampingnya tanpa menghiraukan keterkejutan Bella. Dia terlihat santai dan menikmati suasana yang terasa saat itu. "Kamu tau sulit sekali mencari jadwal penerbangan supaya bisa bertemu kamu di sini." "Kamu kenapa ke sini? Bukannya kamu masih bekerja di perusahaanku dan juga mengurus gugatan ceraiku?" "Aku sudah di putus kerja
"Nggak! Dia udah kabur.""Apa?! Wah serius kamu? Demi apa? Jangan bercanda Kristan? Dia kabur kemana? Jangan bilang sama laki-laki brengsek itu."Sialan.Kristan akui saat ini dia merasa sedang patah hati dan hal itu membuat sisi kewarasannya hilang untuk sementara. Otaknya tidak bisa berpikir dan mencerna dengan baik. Semuanya blank begitu saja. Terasa begitu buntu. Biasanya Kristan bisa langsung bertindak secepat mungkin jika ada suatu masalah yang sedang terjadi. Ini malah tidak bisa bertindak sama sekali yang membuat emosi memenuhi hati dan kepalanya.Seharusnya Kristan mencari Bella dan bicara berdua layaknya orang dewasa lalu menemukan solusi terbaik agar pernikahan mereka baik-baik saja dan kembali berjalan normal tapi mengapa dia hanya berdiri di dalam ruangannya tanpa bergerak mencari Bella saat ini?ini sangatlah aneh.Kristan memandang pemandangan kota pagi itu dengan tatapan kosong. Matanya melihat ke depan namun bayang-bayang akan Bella
Biantara duduk di kursi ruangan Bella dengan pandangan mata lurus ke depan dimana Kristan berdiri di depannya. Mereka sama-sama memandang dengan pemikiran masing-masing tapi Kristan tidak setajam Biantara, Kristan memilih untuk memandang biasa saja dan terlihat acuh. Kristan tidak ingin menguasai pembicaraan ini karna Kristan tau bahwa dia yang salah.Biantara belum mau mengatakan apa-apa sebelum Kristan berkata lebih dahulu sampai Kristan akhirnya menyerah dengan situasi kikuk yang terjadi. Kristan memulai percakapan lebih dulu dengan memandang datar Biantara lalu memulai dengan sebuah senyum kaku. Ini dia lakukan agar Biantara tidak terlalu cemas. Tanpa sadar Biantara sebenarnya terlihat begitu cemas. Ketara sekali dari guratan di dahi laki-laki tua itu namun Biantara samarkan dengan mata tajam yang tidak beralih pada Kristan."Maaf Kakek, permasalahan rumah tanggaku tidak seharusnya membuat Kakek terbebani, aku sudah meminimalisir supaya permasalahan ini tidak
Dengan kaki jenjangnya Bella melangkah ke pintu jendela lalu menyibak tirai yang menutupi kamar dimana nanti Bella akan tinggali untuk sementara waktu sampai perceraian yang diinginkan Bella tiba. Bella sudah memberitahu Xavier untuk segera mengurus perceraiannya. Semoga kasus perceraian ini tidak memakan proses yang lama.Ponselnya tak lama berdering kemudian, Bella merogoh ke dalam saku jas yang Bella pakai hari itu supaya Bella merasa hangat setelah berpergian kurang lebih beberapa jam yang lalu.Setelah berhubungan suami istri dengan Kristan, Bella sudah merasa yakin untuk meninggalkan Kristan detik itu juga. Bella memutuskan untuk menghindarinya dan menjauh untuk beberapa waktu sembari menunggu keputusan persidangan cerai nantinya."Lo udah sampai belum? Gimana perjalanan lo? Lo nggak apa-apa kan?" Firly bertanya dengan suara berbisik supaya ucapannya tidak terdengar oleh orang lain."Gue udah sampai tujuan Ly, lo tenang aja. Vila yang lo maksu
Tepat di bulan Mei dan saat ini pukul 7 malam. Bella mencatat dengan jelas waktu terpahit dimana kehidupannya akan berubah. Jelas saja statusnya akan berubah sebentar lagi jika Kristan menyetujui permintaannya. Permintaan yang tidak pernah Bella bayangkan sebelumnya. Bella akan berakhir dengan status janda.Bella berdiri di tengah-tengah kamar untuk menjelaskan maksud yang Bella rasakan pada Kristan. Kristan yang sudah berdiri tak jauh di depannya sedang menunggu apa yang akan Bella katakan malam ini. Tidak pernah Bella merasakan kesulitan untuk memulai pembicaraan, entah apa yang akan dikatakan Kristan nanti. Meskipun sulit untuk Bella tapi mau tidak mau Bella harus melakukannya."Aku mau bercerai," ucap Bella dengan tegas.Kristan tidak menjawab, mungkin belum, Kristan masih menunggu ucapan Bella yang lainnya sebelum dia menjawab ucapannya dengan tegas. Kristan menyipitkan matanya memperlihatkan betapa aura menakutkan begitu terpancar dari wajah Kristan saat i