Bella melangkah masuk ke dalam kantor dengan sebuah senyum yang terukir di bibir yang sudah di poles berwarna nude itu.
Setiap kali berpapasan dengan para pekerja, Bella mengucapkan salam selamat pagi pada mereka semua dan para pekerja yang tidak terbiasa di tegur dengan ucapan salam menjawab kikuk dan membalas salamnya dengan sapaan selamat pagi juga.
"Aku nggak tau kenapa hari ini terasa begitu indah. Mungkin karna Kristan yang berubah," ujar Bella dalam hati.
"Hai," ujar Xavier tiba-tiba berdiri di sampingnya. Wajah Xavier terlihat cerah pagi ini namun dampaknya berbeda untuk Bella. Bella jadi memandang sekitar, ingin memastikan sesuatu.
Kini Bella dan Xavier berada di depan lift kantor dimana semua para pekerja masih berjalan ke sana ke sini demi tujuan mereka masing-masing. Bella memberi penekanan pada dirinya harus bersikap formal, bagaimana pun status Bella dan Xavier adalah atasan dan bawahan sedangkan Bella sendiri sudah memiliki suami. Tak
"Kalau dia punya cewek lain selain gue. Gue akan terima. Tapi...""Tapi apa?""Gue akan minta sama dia buat menceraikan gue.""Lo yakin dengan status lo setelah lo putus sama dia? Nggak lo pikirin dulu kalau lo ternyata jadi janda pada akhirnya atau memang lo pengen sama Xavier. Gue udah tau nama rival lo setelah gue lama nebak gimana sih orangnya. Sebelas dua belas lah sama Kristan. Mereka tampan dan kelihatan punya pesona yang terbilang cukup pintar dalam menggaet wanita.""Ah lo itu terlalu berlebihan kalau lo mikirnya gue bakal sama dia."Tok... Tok... Tok...Pintu ruanganku terbuka menampilkan Xavier yang membuka pintu dengan senyuman yang terbit di bibir merahnya yang alami itu."Aku tadi kirim pesan ke kamu tapi kamu nggak bales pesanku. Aku pikir kamu pasti sibuk ya. Maaf, aku cuma mau kasih sesuatu buat kamu."Xavier menenteng kantong plastik di tangannya."Aku tau kamu suka beli ini kalau pergi ke t
Mobil Kristan berhenti di depan parkiran sebuah resto seafood di kawasan Jakarta. Sebuah nama Sangkuriang Resto diletakan di tengah-tengah rumah tingkat dua itu yang sedikit banyak memakai unsur kayu dalam penggunaan materialnya."Kamu nggak alergi makanan laut kan Bella?" Tanya Kristan sembari membuka seatbelt. Sebelum masuk ke dalam Kristan harus memastikan terlebih dahulu apakah makanan ini cocok buat Bella atau tidak. Kalau tidak, Kristan bisa memutar balik dan mencari lagi resto yang pas buat makan siang mereka."Nggak sih semua makanan aku bisa makan kok. Kamu nggak usah khawatir soal itu.""Bagus kalau gitu kita makan siang di sini."Kristan turun lebih dulu diikuti oleh Bella kemudian lalu mereka masuk ke dalam resto yang terbilang begitu nyaman itu. Kami duduk di dalam dan memilih makanan yang akan kami makan siang ini.Bella memilih ikan gurame goreng beserta cumi pedas manis sedangkan Kristan memilih untuk memakan steak sapi beserta kent
Bella membuka pintu ruangannya setelah pertemuannya siang itu dengan Kristan. Begitu pintu terbuka, Bella dikejutkan oleh kehadiran seseorang yang sudah duduk dengan tenangnya di sova. Dengan kaki yang menyilang dan tangan yang dilipat di dada Xavier terlihat lain dari biasanya."Xavier apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Bella berusaha untuk tenang dan masuk ke dalam"Jelas saja aku di sini menunggumu yang pergi entah kemana. Bukannya kita udah sepakat mau makan siang bersama? Kamu kemana sewaktu aku tiba di sini tapi kamu tidak ada?""Aku makan siang sama Kristan tadi. Dia datang dan memintaku untuk makan siang bersama. Aku nggak bisa menolak kalau dia datang, kamu kan tau kalau dia itu...""Kamu nggak bisa nolak dia tapi kamu buat aku kecewa. Aku menunggu kamu disini sampai jam makan siangnya hampir habis." Xavier berkata dengan lembut tapi dibalik kelembutannya ada rasa kecewa dan juga ancaman bagi Bella.Bella menghela nafas dan berusa
"Kamu merokok? Sejak kapan?"Xavier membuang putung rokoknya ke bawah lalu menginjaknya hingga mati.Xavier memandang pemandangan di depannya dengan wajah sendu tanpa menoleh ke arah Bella yang masih menanti jawaban dari Xavier."Kamu nggak segera pulang? Nggak takut Kristan menunggumu di rumah?""Xavier, aku minta maaf." Bella menunduk dengan perasaan bersalah yang melekat dalam dirinya setelah kejadian tadi siang yang menimpa mereka berdua. Bella ingin cepat-cepat menyelesaikan masalah ini. Bella tidak ingin semuanya berlarut-larut. Ada ganjalan dalam hati yang tidak bisa dihilangkan kalau Bella tidak buru-buru menyelesaikannya. "Aku seharusnya bilang sama kamu kalau aku pergi keluar. Maaf, aku lupa."Xavier tersenyum miring lalu menoleh ke arah Bella yang masih saja menunduk di depannya."Aku tau kalau sudah bersama suamimu pasti kamu lupa kalau aku ada. Tidak masalah aku mengerti akan hal itu. Sungguh, kamu tidak perlu khawatir."
Tangan kami saling mengenggam, langkah kami begitu ringan dan senyum kami tidak pernah hilang sejak meninggalkan gedung kantorku.Begitu kami masuk ke dalam cafe yang tidak terlalu besar itu. Sebuah kehangatan menyapa kami saat memasuki cafe itu, dimulai dari suasana ramah dengan alunan lagu lembut berbunyi, arsitektur yang unik di setiap sudutnya yang tertata rapi dan pelayan yang ramah menyapa saat kami masuk.Kami duduk tepat tak jauh dari panggung yang berada di sana. Pelayan yang menyapa tadi memberi buku menu pada kami berdua dan Bella menelusuri setiap menu yang ada di buku itu."Kamu mau makan apa sayang."Kata sayang yang dikatakan Xavier baru saja membuat rasa malu yang masuk ke dalam diri Bella bercampur rasa hangat yang dirasa cukup membuat rona merah di pipi tirus Bella saat ini."Kamu mau makan apa?""Kamu menanyakan itu membuatku terharu. Aku sangat diperhatikan bagimu kali ini. Baiklah. Seperti biasa,
Tangan kami saling mengenggam, langkah kami begitu ringan dan senyum kami tidak pernah hilang sejak meninggalkan gedung kantorku.Begitu kami masuk ke dalam cafe yang tidak terlalu besar itu. Sebuah kehangatan menyapa kami saat memasuki cafe itu, dimulai dari suasana ramah dengan alunan lagu lembut berbunyi, arsitektur yang unik di setiap sudutnya yang tertata rapi dan pelayan yang ramah menyapa saat kami masuk.Kami duduk tepat tak jauh dari panggung yang berada di sana. Pelayan yang menyapa tadi memberi buku menu pada kami berdua dan Bella menelusuri setiap menu yang ada di buku itu."Kamu mau makan apa sayang."Kata sayang yang dikatakan Xavier baru saja membuat rasa malu yang masuk ke dalam diri Bella bercampur rasa hangat yang dirasa cukup membuat rona merah di pipi tirus Bella saat ini."Kamu mau makan apa?""Kamu menanyakan itu membuatku terharu. Aku sangat diperhatikan bagimu kali ini. Baiklah. Seperti biasa,
Tepat pukul 10 malam mobil Bella memasuki mansion Kristan. Mobil itu berhenti di tempat biasa dan sebelum turun Bella ingin beristirahat sejenak demi mengatur emosinya saat itu dengan menempelkan kepalanya di setir mobil untuk beberapa saat karna Bella tau jika nanti bertemu dengan Kristan pasti akan ada pertengkaran yang terjadi. Gejolak rasa takut itu hadir bersamaan dengan wajah Kristan yang seperti biasanya jika dia sedang marah.Tak kuasa Bella pun menggerutu dalam hati. Pertemuannya dengan Xavier tadi membuat Bella lupa waktu dan saat mengecek jam tangan Bella langsung menyadari ada yang salah dalam dirinya, detik itu juga Bella langsung pamit dan bilang sama Xavier kalau dia harus pulang saat itu juga. Xavier terperangah dan berusaha untuk tetap menyuruh Bella tinggal. Namun Bella tetap bersikap tegas pada Xavier, Bella tidak mau tinggal di sana meskipun Bella tau kalau film yang kami tonton waktu itu lagi seru-serunya dan belum waktunya pulang. Tapi apa bo
Bella menaruh cangkir teh itu di meja dan mendekati Kristan yang berdiri menatap malam ini. Angin yang berhembus malam itu terasa begitu dingin menusuk. Bella mengusap kedua lengannya demi menghalau rasa dingin malam itu. Bella berdiri di dekat Kristan lalu melihat ke arahnya."Ada yang ingin kamu sampaikan? Aku sedari tadi mencarimu dan ternyata kamu ada di sini? Ada apa?""Apa tujuanmu menikah?"Bella agak sedikit terkejut dengan pertanyaan Kristan, mengapa dia menanyakan tentang pernikahan?"Jujurlah, aku akan mendengarkan semua yang kamu katakan. Jangan ada yang kamu tutupi karna aku tidak suka dengan kebohongan."Bella langsung tersentak dengan kata bohong yang Kristan bilang barusan. Apa Kristan tau tentang kebohongannya tadi. Bella kira malam ini tidak akan ada lagi pertengkaran diantara mereka berdua, berhubung tadi sikap Kristan yang begitu santai namun tak disangka Kristan pun mempertanyakan tentang pernikahan. Baiklah Bella akan ju
Bella menyesap cappucino latte yang sudah Firly belikan untuknya tadi pagi saat Bella masuk ke dalam ruangannya. Firly bergegas menghampiri setelah tahu Bella datang pagi itu. Karna Bella ingin meminum cappucino itu, ia pun menyuruh Firly untuk membelikannya. Rasa pahit dan manis bercampir menjadi satu membuat kenikmatan tersendiri.Sembari meminum cappucino, matanya melihat laporan perusahaan yang sudah sedari tadi ada di depannya. Meja kerjanya sudah berantakan sejak tadi karna sudah terlalu fokus dengan laporan yang menyita waktu. Makanya ia biarkan saja semuanya berantakan. Tak peduli dengan tatapan orang lain yang melihat betapa buruknya ruang kerjanya. Laptop menyala, berkas dimana-mana dan kertas-kertas yang sudah dicoret-coret berhamburan sampai ke lantai. Ia memang gila kerja. Terserah saja orang lain bilang apa, ia tidak pernah mau peduli.
"Kita mau kemana Kristan?" tanya Bella yang saat ini matanya di tutup dengan sehelai kain. Bella jadi tidak bisa melihat kemana-mana karna matanya sudah berubah menjadi gelap. Kristan mengajaknya entah kemana tanpa memberitahu dan Bella terpaksa mengikutinya. Habisnya laki-laki itu merengek tanpa batas seperti anak kecil yang tidak mau di tolak begitu saja. Alhasil Bella harus mengalah dan menerima permintaannya. Dari mulai masuk ke dalam mobil sampai keluar mobil, matanya sudah tertutup oleh kain. Ingin sekali Bella bertanya kemana mereka akan pergi karna pikirannya selalu dihantui rasa penasaran tapi Kristan hanya bilang tunggu saja, sebentar lagi atau kita akan mendapatkan waktu yang berharga. Makanya Bella tidak tahu apa-apa sampai sekarang. "Tunggu sebentar lagi ya, kita akan tiba sesuai keinginanku." Sepulangnya dari pulau Bangka itu Kristan jadi berubah lebih romantis. Ia tidak lagi berkata ketus atau dingin kepada Bella. Malah sekarang ucapannya
Bella membuka mata begitu terasa hari sudah pagi. Seperti biasanya, jika hari sudah menjelang pagi tanpa pemberitahuan apa pun, mata Bella pasti langsung terbuka. Instingnya mengatakan begitu, begitu mata itu terbuka, matanya menatap satu arah yang ia lihat pertama kali adalah seorang laki-laki tampan yang Bella ketahui adalah suaminya yaitu Kristan yang saat ini sedang tertidur di hadapannya. Matanya terpejam dengan hembusan nafas yang teratur. Bella ingin bergerak bangun namun saat mengetahui tempat yang Bella tempati saat itu begitu sempit. Hal itu tidak akan mudah untuknya bisa melewati hal itu. Ia harus bergerak lebih keras agar ia bisa keluar dari sova ini. Apalagi sekarang Kristan sedang memeluknya. Jadi ia tidak akan bisa melewati dengan tenang. Bella heran, kenapa ia bisa tertidur dengan Kristan di sova sesempit ini dan itu berlangsung sampai pagi. Keinginan untuk pergi cepat-cepat dari pelukan Kristan lebih dari apa yang ia pikirkan. Tak ingin
Kebersamaan Bella bersama Xavier di pantai itu tidak berlangsung lama karna sebuah panggilan nama Bella yang terdengar begitu lantang. Suara khas dari seseorang membuat keduanya serempak untuk melihat laki-laki yang Bella tau bahwa dia adalah suami sahnya.Bella bertanya dalam hati mengapa dia mendatangi Bella sampai ke sini, apakah tidak cukup puas kemarin sudah menyakitinya sampai begitu dalam. Tidak cukupkah surat gugatan cerai yang di berikan padanya. Dia hanya cukup menunggu dan semuanya selesai. Kenapa harus melihatnya di sini?Kristan mendekat lalu menggenggam tangan Bella untuk pergi dari sana. Ketidaksukaan Kristan terlihat begitu jelas ketika melihat Bella bersama dengan laki-laki lain di sini. Namun tidak bisa menyurutkan tekad Bella untuk menepis tangan itu dan memberikan peringatan bahwa Bella memang istrinya tapi bukan begini perlakuannya pada seorang istri dan mungkin sebentar lagi mereka akan berpisah."Ikut aku!" bentak Kristan pada Bella. Sorot
Bella menyusuri pantai yang dibilang banyak orang sangatlah indah. Kaki telanjangnya melangkah di atas pasir selangkah demi selangkah sampai Bella merasa lelah lalu Bella memilih untuk duduk di tepi pantai yang kering tanpa alas apa-apa. Matanya memandang ke lautan lepas dengan angin sepoi-sepoi yang berhembus saat itu. Membuat rambut yang tergerai itu berterbangan dan gaun pantai yang dia gunakan juga bergerak terkena angin pantai. Betapa Bella merindukan saat ini dimana tidak ada orang mengganggu dan juga hanya di temani sepi yang bisa membuat Bella lebih tenang dan damai. Tak lama kemudian seseorang mendekati Bella dan duduk di sampingnya tanpa menghiraukan keterkejutan Bella. Dia terlihat santai dan menikmati suasana yang terasa saat itu. "Kamu tau sulit sekali mencari jadwal penerbangan supaya bisa bertemu kamu di sini." "Kamu kenapa ke sini? Bukannya kamu masih bekerja di perusahaanku dan juga mengurus gugatan ceraiku?" "Aku sudah di putus kerja
"Nggak! Dia udah kabur.""Apa?! Wah serius kamu? Demi apa? Jangan bercanda Kristan? Dia kabur kemana? Jangan bilang sama laki-laki brengsek itu."Sialan.Kristan akui saat ini dia merasa sedang patah hati dan hal itu membuat sisi kewarasannya hilang untuk sementara. Otaknya tidak bisa berpikir dan mencerna dengan baik. Semuanya blank begitu saja. Terasa begitu buntu. Biasanya Kristan bisa langsung bertindak secepat mungkin jika ada suatu masalah yang sedang terjadi. Ini malah tidak bisa bertindak sama sekali yang membuat emosi memenuhi hati dan kepalanya.Seharusnya Kristan mencari Bella dan bicara berdua layaknya orang dewasa lalu menemukan solusi terbaik agar pernikahan mereka baik-baik saja dan kembali berjalan normal tapi mengapa dia hanya berdiri di dalam ruangannya tanpa bergerak mencari Bella saat ini?ini sangatlah aneh.Kristan memandang pemandangan kota pagi itu dengan tatapan kosong. Matanya melihat ke depan namun bayang-bayang akan Bella
Biantara duduk di kursi ruangan Bella dengan pandangan mata lurus ke depan dimana Kristan berdiri di depannya. Mereka sama-sama memandang dengan pemikiran masing-masing tapi Kristan tidak setajam Biantara, Kristan memilih untuk memandang biasa saja dan terlihat acuh. Kristan tidak ingin menguasai pembicaraan ini karna Kristan tau bahwa dia yang salah.Biantara belum mau mengatakan apa-apa sebelum Kristan berkata lebih dahulu sampai Kristan akhirnya menyerah dengan situasi kikuk yang terjadi. Kristan memulai percakapan lebih dulu dengan memandang datar Biantara lalu memulai dengan sebuah senyum kaku. Ini dia lakukan agar Biantara tidak terlalu cemas. Tanpa sadar Biantara sebenarnya terlihat begitu cemas. Ketara sekali dari guratan di dahi laki-laki tua itu namun Biantara samarkan dengan mata tajam yang tidak beralih pada Kristan."Maaf Kakek, permasalahan rumah tanggaku tidak seharusnya membuat Kakek terbebani, aku sudah meminimalisir supaya permasalahan ini tidak
Dengan kaki jenjangnya Bella melangkah ke pintu jendela lalu menyibak tirai yang menutupi kamar dimana nanti Bella akan tinggali untuk sementara waktu sampai perceraian yang diinginkan Bella tiba. Bella sudah memberitahu Xavier untuk segera mengurus perceraiannya. Semoga kasus perceraian ini tidak memakan proses yang lama.Ponselnya tak lama berdering kemudian, Bella merogoh ke dalam saku jas yang Bella pakai hari itu supaya Bella merasa hangat setelah berpergian kurang lebih beberapa jam yang lalu.Setelah berhubungan suami istri dengan Kristan, Bella sudah merasa yakin untuk meninggalkan Kristan detik itu juga. Bella memutuskan untuk menghindarinya dan menjauh untuk beberapa waktu sembari menunggu keputusan persidangan cerai nantinya."Lo udah sampai belum? Gimana perjalanan lo? Lo nggak apa-apa kan?" Firly bertanya dengan suara berbisik supaya ucapannya tidak terdengar oleh orang lain."Gue udah sampai tujuan Ly, lo tenang aja. Vila yang lo maksu
Tepat di bulan Mei dan saat ini pukul 7 malam. Bella mencatat dengan jelas waktu terpahit dimana kehidupannya akan berubah. Jelas saja statusnya akan berubah sebentar lagi jika Kristan menyetujui permintaannya. Permintaan yang tidak pernah Bella bayangkan sebelumnya. Bella akan berakhir dengan status janda.Bella berdiri di tengah-tengah kamar untuk menjelaskan maksud yang Bella rasakan pada Kristan. Kristan yang sudah berdiri tak jauh di depannya sedang menunggu apa yang akan Bella katakan malam ini. Tidak pernah Bella merasakan kesulitan untuk memulai pembicaraan, entah apa yang akan dikatakan Kristan nanti. Meskipun sulit untuk Bella tapi mau tidak mau Bella harus melakukannya."Aku mau bercerai," ucap Bella dengan tegas.Kristan tidak menjawab, mungkin belum, Kristan masih menunggu ucapan Bella yang lainnya sebelum dia menjawab ucapannya dengan tegas. Kristan menyipitkan matanya memperlihatkan betapa aura menakutkan begitu terpancar dari wajah Kristan saat i