Aku berpuasa satu bulan penuh di Ramadan pertamaku pada siklus kehidupanku yang kedua ini. Papa dan Mama tidak habis-habisnya memujiku. Betapa tidak, aku berpuasa sampai tiba waktu magrib. Di siklus kehidupanku yang pertama, aku bahkan belum berpuasa sama sekali di usia ini.
Tidak terasa, Lebaran pun tiba. Seperti tradisi hari lebaran pada umumnya, kami sekeluarga pulang kampung. Tujuan kami adalah Yogyakarta, untuk menemui beberapa saudara beserta Kakek-nenekku.
Papa mengemudikan mobil kami dari Bandung hingga Yogyakarta tanpa bergantian. Hal yang selama bertahun-tahun setelahnya tetap membuatku kagum. Bahkan di usianya pada tahun 2020 pun aku yakin ia masih sanggup melakukannya.
Pemandangan di sepanjang perjalanan kami sebenarnya tidak jauh berbeda dengan keadaan di tahun 2020. Pembangunan negeri ini memang hanya terpusat di kota-kota besar, sehingga apa yang kusaksikan di luar hanyalah pemandangan yang kurang lebih sama dengan jika aku menaiki bus ke Yo
Setiap hari sepulang sekolah kukerjakan desain pesawat terbang di perlengkapan yang kubeli. Detil demi detil, sistem demi sistem, semuanya kukerjakan. Aku beruntung karena telah menyadari ini segera. Di kehidupanku sebelum ini, aku adalah ahli pesawat terbang. Tentu saja aku ingat secara rinci detail pesawat yang pernah dibuat perusahaanku.Aku ingat bagian demi bagian, perhitungan demi perhitungan, semua segera kugambar dan kutuliskan. Harus secepatnya, sebelum aku lupa. Meskipun aku yakin bahwa aku tidak akan pernah lupa dengan pesawat model yang kuteliti setiap hari selama lima tahun.Pesawat terbang dengan mesin turbo propeller, memiliki enam bilah baling-baling, serta kecepatan maksimal 610 kilometer per jam.Pesawat terbang dengan kapasitas lima puluh penumpang.Waktu lainnya kugunakan untuk menulis rencana bisnis. Papa dan Mama tentu saja bertanya apa yang sedang kukerjakan. Kukatakan pada mereka bahwa aku akan menceritakannya
Anak-anak yang berada di mobil jemputan sekolah bercengkerama sambil menyanyikan lagu-lagu anak-anak yang baru terbit.Sebagian menyanyikannya sambil makan Chiki, ada juga yang sambil makan permen Sugus. Aku jadi ingat bahwa di masa ini aku lebih suka makan Anak Mas.Pak Toto sang supir yang gemar mencari perhatian, nampak sedang kambuh keinginannya untuk diperhatikan. Ia mulai menyanyikan lagu ciptaannya sendiri yang diberinya judul “Lemper Setan”.Bila perutku lapar, hatiku galauMinta saja ketanBerikan irisan ayamJadi lemper setan...Ia menyanyikannya keras-keras dan setengah memaksa agar anak-anak di mobil jemputannya ikut bernyayi. Seperti halnya di kehidupan pertamaku, ia juga menjanjikan besok akan memberi setiap anak sebuah kaset lagu lemper setan. Aku juga tahu bahwa hingga akhir masa sekolah kami di sini, janji itu tidak pernah ia penuhi.“Mana kaset lemper
Besoknya telah menjadi hari yang baru.Jam pelajaran pagi dimulai, anak-anak yang dikomandoi oleh ketua kelas memberi salam kepada wali kelas yang baru masuk.“Sikap! Beri salam!” teriak ketua kelas.“Seeeelaaaaamaaaattt....pagiiiiii....Buuuuu....!!!!!” Salam dengan irama yang seolah merupakan sebuah lagu, rutin kami lakukan setiap hari sekolah, sampai enam tahun ke depan.Seperti yang kuduga, Rendy dan Gacok masih bermain bersamaku, seperti tidak pernah terjadi perkelahian. Mereka memang benar-benar masih anak kecil. Tidak seperti jika perkelahian kemarin terjadi sepuluh tahun dari sekarang, kejadian kemarin sangat bersih dari dendam. Kami bermain bola, ucing-sumput, galasin, dan lainnya. Bedanya, aku adalah pemimpin mereka sekarang.Aku memimpin permainan ucing-sumput dengan strategi yang brilian. Ini adalah permainan petak-umpet versi anak-anak Bandung. Seorang anak yang terkena giliran menjadi “uc
Seiring dengan waktu berlalu, pertumbuhanku semakin pesat. Rasanya tubuhku sekarang lebih besar dibandingkan dengan saat aku berada di usia ini pada kehidupanku yang sebelumnya. Ini menyebabkan mobil jemputan sekolah menjadi lebih sempit karena menampungku.Suasana mobil jemputan ini, seperti biasa, selalu ramai. Letak rumahku membuat namaku selalu berada di daftar paling akhir pengantaran pulang. Anak-anak berkelahi dengan menirukan gaya ksatria baja hitam dan Saint Seiya. Adalah impian bagi anak-anak di masa kini untuk bisa menjadi jagoannya saat tumbuh dewasa.Di kehidupanku yang sebelumnya pun aku sama seperti mereka, ikut berkelahi hingga jungkir balik di dalam mobil jemputan yang sedang berjalan.Pak Toto kelihatannya tidak terlalu peduli. Ia hanya menyetir mengantarkan anak-anak ke rumah masing-masing.Di kehidupanku sekarang aku selalu memilih kursi paling pojok di mobil Pak Toto. Itu kulakukan agar tidak terkena dampak perkelahian anak-anak. Yang
“Terima kasih, Pak Praditya. Tadi itu sangat mengagumkan, pihak Boeing pasti setuju dan akan segera mengembangkan prototype pesawat ini,” kata Irwansyah, rekan Papa yang menjadi dosen ITB dan membantu Papa dalam mempresentasikan pesawat rancanganku kepada Boeing.“Sama-sama, Pak. Semoga kerjasama ini terus berlanjut,” jawab Papa.“Tentu saja, Pak. Dan paten pesawat ini telah terdaftar atas nama Bapak,”Papa tersenyum, mengucapkan terima kasih sekali lagi, lalu beranjak pergi bersamaku dari kampus ITB.Sekian puluh pertemuan, dimulai dari Papa menghubungi teman lamanya semasa kuliah di ITB. Teman Papa tersebut sekarang sedang menjadi dosen muda di ITB, dan menghubungkan Papa dengan Irwansyah.Setelah itu Papa mempresentasikan desain dan rencana bisnis pesawatku. Semua detil telah kuberitahukan kepada Papa. Termasuk proyeksi bisnis tahun 2000 hingga 2020 di mana dunia akan membutuhkan lebih dari sepuluh ri
Setiap hari kuhabiskan waktu sore hingga jalanan menjadi gelap dengan berjalan-jalan untuk menghilangkan ketegangan. Bulan ini, pesawat yang kunamakan B-250 karena berkapasitas lima puluh penumpang, telah mulai dibangun dan diujicoba di pabrik pengembangan Boeing. Sejumlah hasil uji akan kekuatan dan ketahanan pesawat pasti selalu kutunggu kabarnya.Sementara selama aku berkeliling berjalan-jalan, masih sering terdengar suara ibu-ibu yang menakuti anak-anaknya dengan “kalong wewe” agar segera pulang.“Ayo pulang, nanti kalong wewe-nya keluar!”“Nanti digondol kalong wewe lhooo...!”Hantu yang diceritakan gemar menculik anak-anak yang masih berada di luar rumah masih populer pada tahun ini. Konon ia adalah hantu dari seorang perempuan yang dibunuh warga karena menghabisi nyawa suaminya. Juga beredar cerita bahwa suaminya telah berselingkuh.Sejak itu Kalong Wewe bergentayangan menculik anak-anak. Tapi ia tidak jah
“Anak angkasa 12 nyerang kita!!!” Gacok berteriak di suatu pagi.“Apa? Ada apa?” tanyaku.Aku ke luar kelas dan mendapati beberapa anak dari sekolah seberang berkacak pinggang di depan kelas kami. Sedikit-banyak aku ingat kejadian ini. Mereka adalah preman-preman kecil. Lebih tepatnya anak-anak yang ingin menjadi preman. Anak-anak ingusan yang ingin berkuasa.Sebagai ketua kelas, aku maju.“Mau apa kalian?” tanyaku.Mereka saling berpandangan.“Aku tanya mau apa?”“Kami... mau lapangan sepakbola ini cuma kami yang boleh main!” kata salah satu di antaranya.“Kalian tahu Pak Cipto?” tanyaku.Mereka kembali saling berpandangan.Pak Cipto adalah lurah yang sangat disegani di kelurahan dekat sekolah kami. Aku tahu anak-anak sekolah Angkasa 12 hampir semuanya tinggal di sana. Pak Cipto sangat dihormati dan mengenal semua warganya. Tidak ada ya
Tahun 1993 ini aku memasuki kelas tiga.Semua serial televisi favoritku telah ditayangkan kembali. Selain Knight Rider dan Macgyver, Airwolf, dan Time Trax juga mulai mengudara. Aku sudah menonton semuanya, bahkan memiliki koleksi MP4 serial-serial tersebut di tahun 2020.Tapi menyaksikannya langsung di televisi pada zamannya membuatku lebih puas.Sementara di luar, setiap hari kusaksikan banyak sekali anak-anak bermain kelereng. Aku ingat pada masa ini terdapat jenis-jenis kelereng, di antaranya kelereng bening, kelereng putih, dan kelereng keramik. Level kemahiran bermain kelereng ditentukan dari jenis-jenis kelereng tersebut.Yang menyaingi popularitas kelereng adalah SEGA dan Nintendo, konsol permainan sebelum maraknya Playstation dan Xbox. Teman-teman biasa bermain di rumah tetangga yang memiliki SEGA dan Nintendo.Mereka yang bermusuhan dengan tetanggaku itu terpaksa mencari hiburan di tempat Dingdong, menyiapkan uang logam seratus rupi
Starla memang jarang menunjukkannya, tapi aku tahu bahwa dia juga memikirkan masa depan Adam. Butuh waktu cukup lama bagiku meyakinkan dirinya sampai ia setuju metode pendidikan yang akan kami terapkan pada Adam.Saat ini aku menikmati masa-masa Adam bermain dengan ceria. Kulitnya yang ditimpa sinar matahari pagi dan sore. Keringatnya saat bermain sepakbola, juga caranya meneguk air putih dalam jumlah banyak usai lelahnya bertanding.“Gimana permainanku, Ayah?”“Kamu melakukannya dengan sangat baik, Adam. Kamu hebat,”“Ayah selalu bilang gitu,” Adam tertawa.“Itu kenyataannya, Ayah nggak mengada-ada,” kataku sambil mengacak-acak rambutnya.Lalu kami pulang, seiring adzan magrib yang mulai berkumandang.Adam memantul-mantulkan bolanya ke jalanan selama kami menuju rumah.Mobil-mobil mulai berdatangan dari mereka yang baru saja menyelesaikan harinya.Aku membiarkan Adam masuk terlebih dahulu dan menyuruhnya untuk segera mandi, sementara kusaksikan matahari terbenam dengan indah.Sebenta
Alarm ponselku.Perlahan kubuka mata.Starla masih ada dalam dekapanku.Ini masih kamar kami. Bukan kamar Mama dan Papa.Ini masih 2020, bukan 1989.Kuperhatikan sekujur tubuhku, tak puas, lalu aku beranjak menuju cermin.Aku, masih diriku, diriku yang berusia tiga puluh empat tahun.“Sayang?” suara lembut Starla memanggilku.Aku menoleh, tanpa sadar air mataku telah berlinang.“Kamu...kenapa?”Jawabanku adalah menghambur ke arahnya, dan memeluknya.“Re?” katanya sambil balas memelukku.“Sayang...”“Apa yang sudah terjadi? Apakah yang kamu bilang semalam....?”“Nggak..nggak sayang! Nggak!”“Maksudmu?”“Aku nggak tahu apa yang harus kubilang. Nggak ada yang harus kuceritakan. Yang pasti adalah...semua baik-baik saja,”“Jadi semua misterimu masih akan menjadi misteri?”“Kuharap selamanya,”Starla menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum.Kami melanjutkan hidup kami.Aku membeli sejumlah bangunan di Selatan ibu kota, tempat kami tinggal sekarang. Kuratakan mereka dan kudirikan kom
Pesawat Starla telah tiba, aku menjemputnya, lalu membawakan bagasinya, setelah sebelumnya memeluknya erat-erat.Kugenggam tangannya sambil kami berjalan, jauh lebih erat daripada biasanya.Ia adalah hartaku yang paling berharga.Lalu di sanalah kulihat sosok itu. Di tengah keramaian bandara, ia berdiri, menatapku.Sosoknya seperti tidak terpengaruh oleh orang lain yang berlalu-lalang di sekitarnya. Semula otakku masih berusaha memproses tentang sosok ini.Lama kelamaan aku mulai menyadarinya.Rambut dan janggutnya yang putih sangat kuingat.Ia adalah bapak tua yang membelaku saat aku disidang karena menghajar Dimas. Dan dia tidak tampak berubah sama sekali, bahkan pakaian yang dikenakannya pun masih pakaian yang kulihat puluhan tahun silam.Yaitu saat ia muncul di depan kelas.Kurasa ia tersenyum ke arahku.Kupercepat langkahku untuk menghampirinya. Aku yakin ia bukan orang biasa. Bahkan aku punya firasat bahwa ia memiliki jawaban atas banyak pertanyaan yang berputar di benakku. Ten
2023Pandemi virus Corona telah berakhir satu tahun silam. Keadaan dunia telah kembali seperti semula. Pemandangan orang-orang yang mengenakan masker di jalanan telah lama hilang.Aku dan Starla juga bisa leluasa pergi ke mana pun kami mau. Karena aku menjadi orang yang memberi petunjuk kepada Dr. Hobson untuk vaksin virus Corona, maka aku dan keluargaku mendapatkan prioritas pertama untuk mendapatkan vaksin.Kubawa Starla menyaksikan El Classico, Derby De La Madonnina, dan Derby Manchester. Kami mengenakan seragam AC Milan saat pertandingan di Milan. Aku mengamatinya berteriak, meniup peluit ejekan kepada tim lawan, dan menyanyikan lagu Curva Sud. Kami pergi berkeliling dunia, beberapa kali dengan sistem backpacking. Namun lebih sering kami menginap di hotel mewah. Walaupun demikian, kami menyusuri jalan-jalan di Paris, Munich, Madrid, Barcelona, dan Zurich. Trotoar demi trotoar kami lalui, dan kami hanya menggunakan satu buah payung jika hari hujan.Starla sendiri tidak ingin berg
Tidak cukup banyak hal menarik yang terjadi setelah 2010, karena semua fenomena di dunia bisnis yang terjadi setelah tahun itu telah kuambil alih. Telah kukuasai dunia, dan kusebar semuanya di berbagai perusahaan. Hanya sedikit orang yang tahu bahwa kekayaanku hanya bisa didekati oleh Bill Gates.Dekade setelah tahun 2010 adalah waktu untuk bermunculannya perusahaan-perusahaan startup. Semua telah kuantisipasi.Kudirikan inkubator bisnis di setiap kampus papan atas dunia. Ide-ide dan inovasi bermunculan dari sana.Para pegiat startup pun berbondong-bondong mengajukan proposal.Kuseleksi semua dokumen yang mereka berikan, dan kukucurkan dana berdasarkan kualitas bisnis yang menurutku paling baik.Bagi proposal yang kurang menarik, kuminta mereka untuk mengembangkan diri dan menerima pelatihan. Bagaimanapun aku yakin bahwa tidak ada ide inovasi mereka yang akan sia-sia.Aku belajar dari penyesalan para konglomerat yang menolak membiayai Whatsapp, Instagram, dan lain sebagainya. Tidak a
Aku dan Starla telah lulus di tahun 2008 ini.Krisis akibat kredit perumahan yang macet di Amerika Serikat mulai merambah ke seluruh dunia. Tahun-tahun mencekam melanda hampir semua negara. Ini adalah krisis yang sangat buruk, bahkan bisa disetarakan dengan Great Depression pada tahun 1930-an.Bank-bank di Amerika Serikat bertumbangan, disusul oleh bank-bank di negara G-8. Begitupun dengan pasar saham. Banyak orang kehilangan pekerjaan akibat perusahaan-perusahaan gulung tikar. Sudah kubeli saham-saham dalam jumlah banyak untuk memanfaatkan keadaan ini. Di masa depan, harga-harga saham ini akan kembali naik.Starla sedang berdinas ke Amerika Serikat untuk pelatihan awal pekerjaannya.Aku pun memutuskan untuk berlibur ke Eropa.Seorang perempuan Inggris yang dikabarkan merupakan pemandu wisataku menyambut kedatanganku di bandara.Ia seorang perempuan berwajah Kaukasian berambut pendek blonde pixie. Ia jenjang, tapi tidak kurus.“Halo Mr. Praditya, perkenalkan, saya Rachel Arlington dar
Aku dan Starla telah lulus di tahun 2008 ini.Krisis akibat kredit perumahan yang macet di Amerika Serikat mulai merambah ke seluruh dunia. Tahun-tahun mencekam melanda hampir semua negara. Ini adalah krisis yang sangat buruk, bahkan bisa disetarakan dengan Great Depression pada tahun 1930-an.Bank-bank di Amerika Serikat bertumbangan, disusul oleh bank-bank di negara G-8. Begitupun dengan pasar saham. Banyak orang kehilangan pekerjaan akibat perusahaan-perusahaan gulung tikar. Sudah kubeli saham-saham dalam jumlah banyak untuk memanfaatkan keadaan ini. Di masa depan, harga-harga saham ini akan kembali naik.Starla sedang berdinas ke Amerika Serikat untuk pelatihan awal pekerjaannya.Aku pun memutuskan untuk berlibur ke Eropa.Seorang perempuan Inggris yang dikabarkan merupakan pemandu wisataku menyambut kedatanganku di bandara.Ia seorang perempuan berwajah Kaukasian berambut pendek blonde pixie. Ia jenjang, tapi tidak kurus.“Halo Mr. Praditya, perkenalkan, saya Rachel Arlington dar
Aku tidak pernah memberi Starla hadiah apa pun. Ini adalah karena aku tahu karakternya bukanlah perempuan yang terkesan dengan hadiah.Starla perempuan yang lebih menghargai pembuktian.Selama dua tahun terakhir aku telah melatih kemampuanku memainkan raket, dan hasilnya tidak memalukan. Sesekali aku bermain dengannya, bahkan menjadi pasangannya di ganda campuran.Dan ada yang tidak berubah dari kehidupanku, yaitu para sahabat sejati.Mereka yang menjadi teman dekatku di kehidupan sebelumnya, kembali menempati ruang mereka di kehidupanku kali ini. Bagaimanapun persahabatan kami tanpa pamrih. Mereka tidak ternilai dengan uang. “Jadi, gimana Starla?” tanya Adri, salah satu dari mereka.“So far good,”“Udah jadian belum?”“Belum,” aku tersenyum.“Lah, terus tiap malem Minggu itu ngapain?”“Dri, hangout di malem Minggu bukan berarti pacaran, kan?”“Normalnya sih pacaran,”“Normalnya, tapi lo tau kalo gua bukan orang normal kan?”“Sejak kali pertama gua ketemu lo,”“Jadi, nggak usah aneh
Jumat malam, aku dan Nova telah berada di Stasiun Bandung. Percaloan tiket masih marak. Pedagang kaki lima masih bisa memasuki peron kereta. Pemandangan ini tidak akan lama lagi berlangsung. Dalam beberapa tahun ke depan, PT KAI akan menertibkan semuanya melalui direktur utama mereka yang baru.Setiba di Stasiun Yogyakarta, kami hanya perlu berjalan sekitar empat menit untuk mencapai Wake Up Homestay. Harga hotel ini hanya lima puluh ribu rupiah untuk satu malam. Aku dan Nova masing-masing mengambil satu kamar.“Beneran, aku nggak nyangka bisa dapet penginapan kayak gini. Mana udah termasuk sarapan lagi.”“Enak kan? Lalu di tiap kota wisata juga ada yang kayak gini.”“Luar biasa.”“Ya udah kita istirahat dulu. Nanti agak siangan kita jalan sambil foto-foto ya.”“Oke, selamat istirahat.”Kami masuk ke kamar masing-masing.Esok siangnya, Yogyakarta memberikan cuaca panas dan terik. Itu yang kami rasakan saat kami pergi ke luar. Di sekitar kami tercium aroma segar dedaunan dan harum bung