Istana Kitab yang sunyi.Raojhin menyendiri. Tak juga mengantuk, padahal sudah larut malam. Ia duduk di depan meja kecil, menghabiskan waktu dengan membaca gulungan lontar kitab-kitab tua.Dari balik jendela ruangan lantai dua, tampak purnama terselinap di antara awan pekat. Kemerahan gelap di atas langit."Aku mendengar ... jerit melengking. Seperti suara serangga berukuran raksasa," ujar Raojhin sendiri. Padahal sebenarnya ia sedang berkomunikasi dengan dadu-dadu yang berserak di mejanya. Begitu cara Radhittama berkomunikasi dengan Taja. Begitu pula Radhit berkomunikasi dengan Raojhin. Pertama kali Raojhin tahu cara itu, rasanya aneh seolah berbicara sendiri."Radhit, apa yang kamu rasakan malam ini?" tanya Raojhin, sedikit melihat angkasa gelap melalui jendela terdekat, tampak sesekali kilat tanpa suara menyambar dari kegelapan awan.Dadu-dadu bergerak, tersusun kalimat jawaban'Ha-wa se-tan.'"Setan?!" heran Raojhin, melirik ke kanan kiri sambil mengusap tengkuknya tiba-tiba bergid
"Apa maumu?!"Tak gentar sedikitpun, Raojhin menghadapi Sekar Wening dalam wujud gadis bergaun serba merah. Ia belum mengetahui sejatinya gadis Kakilangit itu sedang menjelma makhluk dalam kendali jiwa setan, dan betapa bahayanya makhluk betina itu.Berganti melirik ke arah dua Praja Kakilangit mendekat, Raojhin menyeringai."Kalian pikir mudah mendapatkan aku?!" Raojhin sama sekali tak menunjukkan rasa takut. Sejauh ini, ia menghadapi musuh seperti apapun tanpa perkiraan."Macanku ... menyerahlah," kata Gadis Merah sambil melangkah maju, penuh percaya diri. Sementara Raojhin tersudut oleh seorang Praja Kakilangit di belakangnya."Sekar Wening. Akhirnya kau menampakkan wujud asli siapa dirimu!" tegas Raojhin terhadap gadis Kakilangit itu."Raojhin ...."Gadis Merah berbisik memanggil nama Raojhin. Setiap ucapannya sangat meluluhkan. Ia terus melangkah semakin dekat ke posisi Raojhin tak berkutik lagi. Nafas Gadis Merah semakin terasa dekat dan tatapan matanya menghipnotis siapapun."Ra
"Tidak ...!""Aku hidup bukan untuk dijadikan tumbal! Lepaskan aku..!!!"Teriak Raojhin dengan tegas menolak. Kesadarannya pun kembali di tempat ia berada di bawah tekanan dua Praja Kakilangit yang sedang mencekik leher, juga mengekang kedua tangan dan kakinya."Heeeeggh ...!"Raojhin nyaris kehabisan nafas. Semakin lunglai tubuhnya tak mampu melawan. Sebelah tangan berusaha meraih belati yang tergeletak tidak jauh darinya. Namun apa daya tak sampai meraih.'Lepaskan dia, bodoh!''Jangan sampai dia mati sebelum ditumbalkan!'Gadis Merah menghardik dua Praja Kakilangit bawahannya. Akhirnya mereka melepaskan Raojhin, tetapi tubuh pemuda itu terlanjur lemah dan tak sadar diri.Angin dingin berhembus. Gadis Merah melihat sekeliling pergerakan angin datang tiba-tiba dan terasa tidak biasa. Seperti ada tanda-tanda akan datang seseorang memiliki kekuatan kultivasi yang tinggi."Heaaaah ...!!!"Muncul tak diduga, dari rerumputan pelataran taman Istana Kitab sunyi senyap, tiba-tiba sosok bayang
Diperbudak kesombongan dan keinginanmu sendiri sehingga hidupmu sengsara.________"Tahukah kamu ...?""Apa kesialanmu hari ini?"Sesosok makhluk gelap di balik cahaya purnama, berdiri tegap dalam wujud aneh."Bertemu denganku dalam keadaan aku sedang kecewa. Itulah kesialanmu!" kata sosok gelap itu dengan lantang."Siapa kamu?" tanya Gadis Merah.Menerka-nerka siapa gerangan sosok yang muncul di balik cahaya purnama. Sama sekali tak mengenali seseorang asing dengan wujud aneh, pertama kali dilihatnya."Ini sisi buruk diriku!"Jawab sosok gelap itu. Dari tubuhnya mencuat akar-akar runcing dan tersembul daun-daun."Aku lelah menghadapi makhluk sepertimu. Hanya buang-buang waktu," kata sosok itu."Aku lah Taja!"Makhluk asing di hadapan Gadis Merah, menyeringai. Mengaku sebagai Taja."Aku manusia hutan!"Sosok makhluk akar, tampak gelap dari balik cahaya purnama, melompat ringan. Lincah dan gesit seperti belalang.Shaaa ... zaaaaah ...!Gigi-gigi tajam, lengkap dengan sepasang taring. Me
'Dahulu aku sejenis bidadari."'Tinggal di langit.''Turun ke bumi, lalu diperdaya ....'Setan Merah berbisik-bisik, namun sangat jelas terdengar oleh pendengaran Taja.'Kenapa, kamu bisa menyentuhku?''Apakah kamu juga setan?'Udara merah berhembus ke depan Taja. Membentuk wujud seperti manusia perempuan bergaun merah. Namun wujud itu tak sempurna. Raut muka tidak jelas, rambutnya berombak menyerupai angin lembut berwarna merah pula. Semakin ke bawah semakin bentuknya udara tipis."Sembarangan menyebutku setan!""Kamu yang setan!"Taja menggertak balik."Katakan padaku, seperti apa kehidupanmu yang dulu?"Penampakan terjadi di sekitar Taja berada. Seorang gadis sangat belia, usianya di bawah umur kisaran belasan tahun. Ia hanya tahu rasanya bahagia menari-nari penuh sukacita.Belum mengenal apa itu cinta seorang lelaki. Satu yang membuat ia ingin singgah di bumi, adalah melihat gadis-gadis bumi. Kenapa ia harus tinggal di langit. Sementara gadis-gadis itu tinggal di bumi. Lambat laun
Taja menatap tajam Gadis Merah di depannya, tak lepas sekejap pun. Ia membalas cengkeraman makhluk betina itu dengan segenap kekuatan akar-akar jelmaan wujudnya, mengunci pergerakan tubuh Gadis Merah, erat kuat sehingga tak dapat berkutik lagi.'Lepaskan ... aku ...!'Sepasang mata Gadis Merah berbicara rasa sakit dan letih."Kamu juga makhluk yang punya rasa sakit," makhluk akar jelmaan Taja, tak mengendur cengkeramannya. Mengunci tubuh Gadis Merah."Kenapa kamu menyakiti manusia?" makhluk akar tak ingin melepaskan Gadis Merah. Semakin kuat erat akar-akar tubuhnya membelit."Kamu bukan manusia. Aku akan menghukum dirimu dengan kekuatanku ....""Mata Pembinasa ...!"Kata makhluk jelmaan Taja. Menyeringai. Sorot mata tajam runcing."Taja, aku ... Sekar Wening!" di sela-sela wujud Gadis Merah, tampak sekilas tubuh Sekar Wening berbicara. Menahan sesak dan mengalir air matanya, "Apakah kamu akan membunuhku ...?"Taja tak ingin melunak. Sekar Wening dan Gadis Merah dalam tubuh yang sama.
"Malam Purnama Bithari ...!"Bertepatan Putri Alingga berkata lantang ke depan para hadirin di pelataran Istana Wejangan. Tiba-tiba pusaran waktu mengembalikan Manusia Akar dan Gadis Merah, pada kejadian perayaan Malam Purnama Bithari di Istana Wejangan. Dua wujud makhluk tiba-tiba muncul di tengah panggung, menjadi pusat tontonan para hadirin."Aaaarh ...!!!'Serentak teriak semua orang di pelataran Istana Wejangan, terkejut mereka ketika melihat kemunculan dua orang dalam lingkaran cahaya dan menyita perhatian orang-orang di tengah-tengah acara.Pemandangan mengerikan kehadiran manusia penuh akar sekujur tubuhnya, bersama Gadis Merah. Semua orang terperanga dalam irama degup jantung.Waktu terhenti sesaat."Heaaaaah ...!!!"Dua teriakan panjang dari Manusia Akar dan Gadis Merah, kembali membahana dalam pusaran waktu. Kilat cahaya menelan keduanya dalam posisi bersila, saling mencengkeram dan mengunci. Keduanya raib dalam sekejap mata dan terlempar ke suatu tempat dan kejadian yang t
"Semalam, aku mimpi apa?" Taja tertegun sendiri. Mengingat banyak kejadian melelahkan dan mengerikan dialaminya sepanjang mimpi."Ternyata hanya mimpi ...."Taja menghela nafas dalam-dalam. Kembali melangkah masuk kamar.Hanya mimpi tetapi mengapa sangat melelahkan seluruh tubuhnya seakan baru selesai pulang dari peperangan. Bahu dan lengan terasa linu nyeri. Seperti ada bekas cakar dan cengkeraman.Lorr En mengikuti di belakangnya. Menunggu Taja selesai memakai atribut dan identitas Praja Emas."Bergegaslah," kata Lorr En menunggu."Paduka dan tamu dari berbagai sekte, sudah menunggu kita," kata Lorr En.Terakhir, Taja mengikatkan pita emas di dahi. Lalu ia bersiap-siap pergi."Tidurmu seperti orang mati. Susah sekali dibangunkan!" Lorr En agak mengomel."Aku sengaja membiarkanmu sampai terbangun sendiri," lanjut Lorr En.Taja hanya melihat Lorr En, tampaknya bersemangat."Syukurlah, kamu tidak mengalami mimpi buruk yang panjang," kata Taja agak lelah. Sesekali menekan bahu, leher da
Jantungku adalah jantungmu! Jika aku menusuk jantungku. Itu pula yang terjadi pada jantungmu!" ________ "Aku menyerah!" Suara lantang memecah ketegangan. Samar-samar Ketua Sujinsha berjalan selangkah demi selangkah, memasuki area perkumpulan musuh. Jumlah mereka ratusan orang-orang pembantai, termasuk belasan pimpinan Lowak Ruyo. Senyum sungging Puan Ra menyambut lelaki itu datang. Ketua Sujinsha berhenti tepat di hadapan Puan Ra. Orang-orang pembantai mengelilingi dengan wajah-wajah beringas. Puan Ra berdiri di hadapan Ketua Sujinsha mengangkat kedua lengan pertanda menyerah. "Lepaskan praja itu! Sebagai gantinya kalian mendapatkan aku!" seru Ketua Sujinsha. Kedua tangan bersilang di belakang tengkuk. "Cuih! Akal bulus apa kiranya strategimu, Pengelana jalanan! Kau sama sekali tidak berguna!" Puan Ra menjawab sengit. "Tentu aku berguna jika menjadi tawananmu! Lepaskan praja itu!" seru Ketua Sujinsha lagi. Mata berbalas mata. Permusuhan lama antara pemimpin Para Pembant
Pagi menyingsing bersama embun menyelimuti. Sang Surya bersemu jingga, mengintip dari balik ufuk timur. Wajahnya malu-malu perlahan mulai tampak."Jangan libatkan mereka."Seseorang menyampaikan pesan itu dari mulut Lorr En, dan sekarang diucapkan kembali oleh seorang pemantau. Ia menuturkan laporannya pada Ketua Sujinsha."Dia bertekuk lutut. Kedua kaki dan tangan terikat. Kedua matanya tertutup kain. Ia mengatakan itu kepada pimpinan musuh sehingga melepaskan kami untuk menyampaikan hal ini kepada Tuan."Pemantau dari sekumpulan Pasukan Bayangan. Sekembalinya dari penyisiran sekitar perbatasan, sempat bertemu musuh. Ia ditangkap, kemudian sengaja dilepaskan untuk menyampaikan pesan itu kepada Ketua Sujinsha. Tujuannya agar Pasukan Bayangan menyerahkan diri dan mengembalikan Raojhin kepada pihak musuh.Pemantau itu melaporkan informasi sepenuhnya kepada Ketua Sujinsha tentang tertangkapnya Lorr En, tentu membuat cemas Pasukan Bayangan.Ketua Sujinsha tertegun sebentar. Tegang dalam p
Satu orang kembali. Justru satu lagi menghilang. Seakan hanya bertukar saja.________"Jaga gudang mayat!"Teriakan penjaga menjadi petunjuk tempat Raojhin disembunyikan. Orang-orang saling melempar tugas. Hiruk pikuk situasi di kawasan pangkalan Pasukan Pembantai. Masing-masing pemimpin sibuk mengumpulkan sejumlah pasukan untuk dikerahkan ke luar pangkalan.Sesosok makhluk dari tanah, tersembul ke permukaan dan meluncur dalam pusaran pasir. Kemudian gesit wujudnya menjelma gumpalan tanah pasir menggelinding."Hup!" tubuh itu menggelinding sampai ke sisi bayang-bayang tenda dan terhenti.Rupanya manusia yang meringkuk dari gumpalan tanah pasir. Tak lain adalah Taja. Selimut tanah pasir, luruh dari tubuhnya. Sembari kebas seluruh baju, Taja memasang waspada, tatap matanya sekeliling arah. Tampak lenggang keadaan sekitar.Di tengah-tengah situasi tak menentu, akibat makhluk pasir bekerja secara efektif. Berhasil mengalihkan seisi pangkalan pembantai dan mengacaukan suasana. Taja berhasi
Hantu Pasir. Penghuni gaib Perbatasan Tengkorak. Makhluk penghisap siapapun yang hidup di permukaan tanah.________Deru pasir debu menyatu.Langit malam kian larut. Kantuk mengendap dalam penat orang-orang sedang berjaga-jaga di setiap titik kawasan pangkalan. Sejengkal pun tidak ada yang luput dari pengawasan mata regu pemantau, sibuk mengawasi penjuru arah dari tiang-tiang tinggi.Pangkalan pembantai tak pernah mengenal tidur. Kawasan merah dengan rona kobaran api. Sejauh mata menangkap kegelapan, titik-titik bara bersumber api unggun. Udara menerbangkan abu pijar dari bara meredup.Barisan regu giliran jaga malam bertukar tugas. Pasukan Pembantai dalam naungan gelap malam, tampak lebih waspada dan sangar wajah mereka.Pemimpin-pemimpinnya memasang erat penutup kepala bertanduk. Gading-gading gajah dipasang tegak lurus ujung lancipnya menghadap ke atas. Pertanda pemimpin baling berkuasa sedang berada di antara pasukan berkumpul.Beberapa orang tampak lalu lalang, tergesa-gesa dalam
Makhluk pasir dan tanah? Apa sungguhan itu makhluk yang terbentuk dari pasir dan tanah?________"Lorr."Taja menepuk pundak Lorr En. Ia pun siap menyambut Taja memberikan perintah."Kerahkan Pasukan Tawon! Alihkan musuh!" Taja berapi-api, tersulut ambisi bersiap-siap penuh."Aku akan mengobrak-abrik sarang pembantai," kata Taja sembari bangkit tegap, menyingsingkan kepalan tangan erat-erat.Ketua Sujinsha ternganga. Kiranya manusia seperti apa yang memiliki keyakinan sebesar itu untuk menyerbu pangkalan musuh sekelas Pasukan Pembantai. Ia sendiri bahkan tidak terpikir strategi sejauh itu. Butuh keberanian dan kekuatan pasukan besar dan persiapan matang."Tuan, serahkan padaku! Malam ini, aku akan menyerbu Pangkalan Pasukan Pembantai," tegas dan penuh percaya diri, Taja mengatakannya."Malam ini?!" ujar Ketua Sujinsha terkaget-kaget. Tak segera mengambil keputusan. Ia dan semua orang bawahannya banyak terluka dan belum pulih dari letih kesakitan. Pertarungan sebelumnya, melawan Pasuka
"Tempat ini seperti tersembunyi? Seolah musuh tidak menyadari keberadaan kita?"________Malam berlarut.Tampak langit gelap dari celah-celah rongga bebatuan tempat persembunyian. Pertahanan magis energi Taja dan Lorr En bersatu, diperkirakan dapat bertahan sampai fajar menyingsing untuk melindungi diri bersama Pasukan Bayangan.Sementara itu, terdengar suara-suara meraung dari luar, pertanda banyak sekali orang-orang pembantai berdatangan sekitar tempat itu, melalui udara dan darat. Gonggongan anjing-anjing pelacak, menelusuri jalur lereng dan rongga-rongga sekitar. Kuat tajam penciuman anjing-anjing itu mengendus-endus setiap jengkal permukaan tanah dan batu. Mencari jejak Pasukan Bayangan yang sedang bersembunyi bersama Taja. Untuk sementara, mereka aman dari deteksi musuh."Perisai Alhirri hanya bertahan sebelum pagi menyingsing," kata Taja meresahkan hal itu. Kiranya sampai fajar, tetapi musuh masih patroli sekitar lokasi persembunyian."Aku akan mengalihkan perhatian mereka," uj
Gemuruh angin hitam mengiringi dua sosok berjalan. Kedatangannya disertai kerumunan angin hitam, ternyata koloni serangga. ________ "Siapa kalian?!" Orang-orang Pasukan Bayangan menghunus kembali pedang masing-masing. Mengantisipasi serangan yang mungkin datang dari dua sosok itu. "Apakah kalian baik-baik saja?!" suara lantang pemuda, seiring kemunculan dua sosok berjalan dari balik kabut malam di bawah cahaya purnama. Semua terdiam, menyambut penasaran siapa gerangan yang datang. Tampak samar-samar, dua sosok pemuda. Gemuruh angin hitam mereda, mengiringi dua sosok itu mendekat. Mundur penuh hati-hati, orang-orang Pasukan Bayangan, berkumpul dalam formasi barisan, memasang pagar diri seraya menghunuskan pedang masing-masing. Tampaklah dua wajah pemuda yang datang itu. Pasukan Bayangan, seketika menurunkan senjata dan bernafas lega. Dua pemuda yang datang itu, ternyata sangat dikenal dengan baik. Suara-suara riuh mendengung, rupanya berasal dari kerumunan serangga menyertai ked
Amukan badai angin hitam, ternyata koloni serangga tak terkira banyaknya. Menyerang sekelompok manusia jubah hitam beserta elang-elang tunggangannya.________Jerit raung manusia-manusia berjubah hitam, bersamaan elang-elang hitam meronta terbakar di tanah, bergumul debu kerikil. Teriakan manusia jubah mengamuk, namun masih hidup dalam kobaran api melahap tubuh.Tahu jenis apa elang Pembantai tak mati dalam api, harus dipenggal kepala, maka tak menyia-nyiakan kesempatan, segera regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba, menebas kepala manusia berjubah dari tubuhnya. Juga elang tunggangannya. Hujan mulai berjatuhan ke tanah. Semakin deras membasahi tak terhitung tubuh-tubuh bergelimpangan. Regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba tanpa henti mengayunkan jurus-jurus pedang, menghabisi siapapun musuh yang masih bergerak, elang hitam dan manusia berjubah hitam bersimbah darah bergelimpangan.Krrroaaagh!!!Tiba-tiba dari awan gelap, seekor elang hitam sangat besar, melintas sekejap mata dan meny
Batu menjerit dan bergerak. Wujud semula bongkahan, ternyata jubah kamuflase menyerupai batu, menyingkap sesuatu tersembunyi di baliknya.________Elang Pembantai.Jenis pasukan terbang pembantai. Semakin banyak jumlahnya, berdatangan ke tempat itu. Menggantikan pasukan pembantai berkuda yang sudah kalah telak.Hujan rantai besi sambar menyambar dari langit-langit gelap. Kemunculan Elang Pembantai memaksa Pasukan Bayangan sesegera mungkin bergerak mundur."Sembunyi!" pekik Ketua Sujinsha, diikuti sekawanan orang-orangnya bergerak cepat, menepi di antara celah-celah bebatuan. Namun belum semuanya bersembunyi, beberapa orang Tameng Cakra terkena sambaran rantai besi, tubuhnya ditarik dan terpelanting ke udara. "Aargh!!!" terbanting di sisi lereng berbatu. Anggota lainnya tak sempat memberikan pertolongan.Para pembantai dengan tunggangan elang hitam raksasa, beterbangan seiring riuh suara Terompet Raung mengangkasa. Tangan-tangan mereka sibuk melempar rantai-rantai besi. Penglihatan ta