"Semalam, aku mimpi apa?" Taja tertegun sendiri. Mengingat banyak kejadian melelahkan dan mengerikan dialaminya sepanjang mimpi."Ternyata hanya mimpi ...."Taja menghela nafas dalam-dalam. Kembali melangkah masuk kamar.Hanya mimpi tetapi mengapa sangat melelahkan seluruh tubuhnya seakan baru selesai pulang dari peperangan. Bahu dan lengan terasa linu nyeri. Seperti ada bekas cakar dan cengkeraman.Lorr En mengikuti di belakangnya. Menunggu Taja selesai memakai atribut dan identitas Praja Emas."Bergegaslah," kata Lorr En menunggu."Paduka dan tamu dari berbagai sekte, sudah menunggu kita," kata Lorr En.Terakhir, Taja mengikatkan pita emas di dahi. Lalu ia bersiap-siap pergi."Tidurmu seperti orang mati. Susah sekali dibangunkan!" Lorr En agak mengomel."Aku sengaja membiarkanmu sampai terbangun sendiri," lanjut Lorr En.Taja hanya melihat Lorr En, tampaknya bersemangat."Syukurlah, kamu tidak mengalami mimpi buruk yang panjang," kata Taja agak lelah. Sesekali menekan bahu, leher da
"Aku juga merasa ... pernah bersama mereka sebelumnya," gumam Lorr En, cukup didengar Taja."Di mana Raojhin?" tanya Paduka Raghapati membuat Taja dan Lorr En kebingungan.Bingung harus menjawab apa, menyadari Raojhin tidak ada di Balairung Emas. Tidak pula berangkat bersama mereka. Dikiranya, dia sudah duluan datang ke tempat itu."Bukankah kalian bertiga sering bersama?" Tanya Paduka Raghapati. Pertanyaan sebelumnya belum terjawab, bergulir pertanyaan yang lain."Apa yang terjadi padanya?" Paduka Raghapati menunggu jawaban dari Taja dan Lorr En."Hamba ... juga tidak tahu, Paduka," jawab singkat Taja sambil menaruh sikap telapak hormat di depan wajah.Taja melihat seisi Balairung Emas yang besar dan luas. Banyak orang hadir dari berbagai sekte. Namun tidak tampak seseorang di antara yang hadir. Tanpa kehadiran seseorang itu, seperti ada yang kurang dari seharusnya."Hamba ... tidak melihat Paduka Jayasinggih dan Putri Kakilangit, Sekar Wening," kata Taja sambil pandangan matanya ber
"Aku merasa ....""Setan Merah ... sudah pergi dari Tanapura," kata Shiji Wungsu, sejenak memusatkan penglihatan mata batinnya, "Bawalah Pita Mahkota Perak milikku," imbuhnya.Taja memperhatikan secara rinci bentuk mahkota perak, seketika ia teringat banyak kejadian sebelumnya."Kejar makhluk itu. Gunakan pita itu untuk membelenggunya. Sisanya nanti, aku yang akan menangani dengan Pedang Jantung Hati," kata Shiji Wungsu memberi arahan."Taja, aku juga ingin mengejarnya. Tetapi kondisiku sekarang ...," ujar Shiji Wungsu, memegangi rahang dan pindah kepala. Cara berdirinya pun goyah."Apa kamu tidak merasa ... seorang temanmu menghilang hari ini?" giliran Shiji Wungsu bertanya. Taja tiba-tiba teringat Raojhin."Dia, tidak hadir di Perjamuan Besar!" Taja tersentak kaget."Raojhin!" Taja cemas, kabar terakhir tentang Raojhin bagaimana."Taja!" Lorr En muncul dari arah sana. Ia segera menghampiri Taja sedang bersama Shiji Wungsu.Melihat Lelaki Mayapadhi, Lorr En hanya menatapnya tanpa eks
Makhluk itu tak henti-henti menyerap inti jiwa dari kedalaman tubuh seorang pemuda.________'Raghil ....''Macanku ....''Bangunlah ....'Seorang pemuda. Semula tak sadarkan diri, perlahan kedua matanya terbuka. Terjaga dirinya telah berada di tempat asing.'Raghil ....'Mendengar namanya dipanggil, pemuda itu menoleh sekeliling tempat. Mencari-cari sumber suara."Di mana ... aku?" pemuda itu kebingungan.'Raghil ....'Terdengar suara perempuan memanggilnya berulang kali. Namun tanpa wujud yang pasti.Selendang merah berkelebat, tersentuh punggungnya. Pemuda itu berbalik badan. Tidak ada siapapun. Sekeliling tempat sunyi, gersang, dan gelap. Hanya remang-remang cahaya rembulan di langit menerpa tempatnya berada sekarang."Aku ... siapa?" pemuda itu mengangkat telapak tangannya sendiri, memperhatikan sepuluh jari jemarinya, dibolak-balik.'Raghil ....'Suara itu seperti merasuki pikiran dan pendengarannya."Aku ...? Raghil ...?!" pemuda itu terkejut, bingung bercampur heran, tak ingat
Ra berarti Merah. Simbol kekuatan magis dan pertanda kekuatan tertinggi di dunia kami. Penggubah inti jiwa murni.________"Kamu menculikku ...?!""Tidak berpikir dua kali untuk menculik Gattorian?!" Raojhin emosi."Bodoh! Kamu akan menyesal!" hardik Raojhin.Gadis Merah tertawa lebar."Tawamu nanti berubah tangis menyayat dirimu sendiri!" kata Raojhin, lalu berusaha bangkit. Sekujur kaki masih terasa lemas."Kamu tidak tahu, aku putra siapa?!" Raojhin membawa-bawa gelar besar ayahnya."Penguasa Gattorian!"Beruntung, tidak dalam kondisi terikat. Raojhin berjalan tertatih, mencari-cari sekeliling tempat, kiranya ada jalan keluar. Namun semuanya kabut dan terjal tandus. Hamparan tanah, sisa-sisa hutan lampau yang sudah lama mati.Lagi-lagi, tawa lantang Gadis Merah. Satu-satunya paling hingar bingar di tempat itu.Gadis Merah menghadang langkah Raojhin, berputar-putar saja di sekitar tempat itu."Ra berarti merah...."Ujar Gadis Merah mendekati Raojhin mematung di tempat. Senyum semera
Makhluk-makhluk tanpa jiwa. Jasad mati digerakkan kekuatan gaib pemiliknya.________"Bohong!"Gadis Merah tak percaya yang dikatakan Raojhin tentang nama aslinya."Jhin Swadesha!""Itu namaku.""Pemberian ayah dan ibuku."Kata Raojhin ringan. Sedikit terpingkal melihat raut muka terkejut Gadis Merah."Cantik tapi bodoh. Ha ... ha ... ha!" ledek Raojhin. Gadis Merah larut dalam tawa puas Raojhin."Jadi, aku boleh pergi dari sini?!" tanya Raojhin puas tertawa.Gadis Merah tak percaya sama sekali terhadap pengakuan Raojhin tentang nama aslinya."Tidak mungkin! Kamu hanya mengelabuiku agar lolos! Aku tidak akan melepaskanmu!""Takutlah, Raojhin! Takutlah padaku!" kesal Gadis Merah.Raojhin berkata lantang, "Aku tidak takut padamu, aku tidak takut mati!""Setidaknya, kamu gagal mendapatkan Tumbal Ra," kata Raojhin. Kali ini, giliran ia tertawa panjang."Tuan-mu akan mengamuk dan menghukum dirimu!" sengaja Raojhin menakut-nakuti Gadis Merah.Tawa panjang Raojhin puas."Kemarilah, Sekar Wen
Kasihan tubuhmu. Dicuri Penghisap Jiwa, diperbudak Setan Merah!________"Belum tahu rupanya, aku ini anak harimau!" seru Raojhin menyeringai."Hei, Gadis Tua! Kamu salah memilih tumbal!"Teriak Raojhin mematahkan ketangguhan Gadis Merah. Dua macan menggelepar di tanah setelah bertubrukan dengan sejenisnya juga.Gadis Merah sekelebat tertangkap mata Raojhin. Namun lekas-lekas menghilang lagi."Bangkit kalian!" sekali perintah Gadis Merah. Dua makhluk macan berbulu tebal itu seketika bangkit kembali. Merangkak kokoh lebih kuat dan tangguh. Derap cakar kuku tajam melangkah di tanah kering.Makhluk-makhluk tanpa jiwa. Tidak pula selayaknya macan hidup. Makhluk itu, cuma tubuh-tubuh yang digerakkan oleh kekuatan gaib pemiliknya, Setah Merah."Makhluk abadi rupanya. Huh!" Raojhin menyadari kemampuan lawannya.Bukan pertama kali Raojhin bertarung dengan makhluk-makhluk sejenis itu yang memiliki kekuatan bangkit sekian kali setelah hampir mati. Bahkan pernah dilawannya siluman yang merasa di
"Ketika nanti aku bergabung dengan kalian. Jangan segan menyapa aku dari ambang pintu alam seberang."________Seakan pagi tak akan menyingsing lagi. Langkah kaki lelah gontai. Raojhin menelusuri dataran nan luas dalam kegelapan berselimut kabut. Berharap menemukan jalan keluar setelah perkelahian melawan Gadis Merah dan antek-antek Pemangsa Jiwa.Pertarungan seri. Gadis Merah pasti terluka. Namun bukan tak terbayar, kekuatan mata ketiga Raojhin menjadi sangat lemah.Mengikuti kemana kaki melangkah, Raojhin makin tersesat di kawasan antah berantah lembah.Kehausan. Kelelahan. Tak ada tanda-tanda keberadaan anak sungai. Tak berdaya tubuh Raojhin dan lemah kondisinya. Kedua lengan dan sebagian kakinya mulai mati rasa. Kulit menyusut dan mengering, disertai gurat-gurat otot sangat menyakitkan akibat terkena Penghisap Jiwa.Kegelapan lembah tak berujung, melahap harapan Raojhin. Malam semakin larut mencekam. Kabut tipis menyelimuti pandangan tandus seluas jangkauan mata. Langkah lelah dan
Jantungku adalah jantungmu! Jika aku menusuk jantungku. Itu pula yang terjadi pada jantungmu!" ________ "Aku menyerah!" Suara lantang memecah ketegangan. Samar-samar Ketua Sujinsha berjalan selangkah demi selangkah, memasuki area perkumpulan musuh. Jumlah mereka ratusan orang-orang pembantai, termasuk belasan pimpinan Lowak Ruyo. Senyum sungging Puan Ra menyambut lelaki itu datang. Ketua Sujinsha berhenti tepat di hadapan Puan Ra. Orang-orang pembantai mengelilingi dengan wajah-wajah beringas. Puan Ra berdiri di hadapan Ketua Sujinsha mengangkat kedua lengan pertanda menyerah. "Lepaskan praja itu! Sebagai gantinya kalian mendapatkan aku!" seru Ketua Sujinsha. Kedua tangan bersilang di belakang tengkuk. "Cuih! Akal bulus apa kiranya strategimu, Pengelana jalanan! Kau sama sekali tidak berguna!" Puan Ra menjawab sengit. "Tentu aku berguna jika menjadi tawananmu! Lepaskan praja itu!" seru Ketua Sujinsha lagi. Mata berbalas mata. Permusuhan lama antara pemimpin Para Pembant
Pagi menyingsing bersama embun menyelimuti. Sang Surya bersemu jingga, mengintip dari balik ufuk timur. Wajahnya malu-malu perlahan mulai tampak."Jangan libatkan mereka."Seseorang menyampaikan pesan itu dari mulut Lorr En, dan sekarang diucapkan kembali oleh seorang pemantau. Ia menuturkan laporannya pada Ketua Sujinsha."Dia bertekuk lutut. Kedua kaki dan tangan terikat. Kedua matanya tertutup kain. Ia mengatakan itu kepada pimpinan musuh sehingga melepaskan kami untuk menyampaikan hal ini kepada Tuan."Pemantau dari sekumpulan Pasukan Bayangan. Sekembalinya dari penyisiran sekitar perbatasan, sempat bertemu musuh. Ia ditangkap, kemudian sengaja dilepaskan untuk menyampaikan pesan itu kepada Ketua Sujinsha. Tujuannya agar Pasukan Bayangan menyerahkan diri dan mengembalikan Raojhin kepada pihak musuh.Pemantau itu melaporkan informasi sepenuhnya kepada Ketua Sujinsha tentang tertangkapnya Lorr En, tentu membuat cemas Pasukan Bayangan.Ketua Sujinsha tertegun sebentar. Tegang dalam p
Satu orang kembali. Justru satu lagi menghilang. Seakan hanya bertukar saja.________"Jaga gudang mayat!"Teriakan penjaga menjadi petunjuk tempat Raojhin disembunyikan. Orang-orang saling melempar tugas. Hiruk pikuk situasi di kawasan pangkalan Pasukan Pembantai. Masing-masing pemimpin sibuk mengumpulkan sejumlah pasukan untuk dikerahkan ke luar pangkalan.Sesosok makhluk dari tanah, tersembul ke permukaan dan meluncur dalam pusaran pasir. Kemudian gesit wujudnya menjelma gumpalan tanah pasir menggelinding."Hup!" tubuh itu menggelinding sampai ke sisi bayang-bayang tenda dan terhenti.Rupanya manusia yang meringkuk dari gumpalan tanah pasir. Tak lain adalah Taja. Selimut tanah pasir, luruh dari tubuhnya. Sembari kebas seluruh baju, Taja memasang waspada, tatap matanya sekeliling arah. Tampak lenggang keadaan sekitar.Di tengah-tengah situasi tak menentu, akibat makhluk pasir bekerja secara efektif. Berhasil mengalihkan seisi pangkalan pembantai dan mengacaukan suasana. Taja berhasi
Hantu Pasir. Penghuni gaib Perbatasan Tengkorak. Makhluk penghisap siapapun yang hidup di permukaan tanah.________Deru pasir debu menyatu.Langit malam kian larut. Kantuk mengendap dalam penat orang-orang sedang berjaga-jaga di setiap titik kawasan pangkalan. Sejengkal pun tidak ada yang luput dari pengawasan mata regu pemantau, sibuk mengawasi penjuru arah dari tiang-tiang tinggi.Pangkalan pembantai tak pernah mengenal tidur. Kawasan merah dengan rona kobaran api. Sejauh mata menangkap kegelapan, titik-titik bara bersumber api unggun. Udara menerbangkan abu pijar dari bara meredup.Barisan regu giliran jaga malam bertukar tugas. Pasukan Pembantai dalam naungan gelap malam, tampak lebih waspada dan sangar wajah mereka.Pemimpin-pemimpinnya memasang erat penutup kepala bertanduk. Gading-gading gajah dipasang tegak lurus ujung lancipnya menghadap ke atas. Pertanda pemimpin baling berkuasa sedang berada di antara pasukan berkumpul.Beberapa orang tampak lalu lalang, tergesa-gesa dalam
Makhluk pasir dan tanah? Apa sungguhan itu makhluk yang terbentuk dari pasir dan tanah?________"Lorr."Taja menepuk pundak Lorr En. Ia pun siap menyambut Taja memberikan perintah."Kerahkan Pasukan Tawon! Alihkan musuh!" Taja berapi-api, tersulut ambisi bersiap-siap penuh."Aku akan mengobrak-abrik sarang pembantai," kata Taja sembari bangkit tegap, menyingsingkan kepalan tangan erat-erat.Ketua Sujinsha ternganga. Kiranya manusia seperti apa yang memiliki keyakinan sebesar itu untuk menyerbu pangkalan musuh sekelas Pasukan Pembantai. Ia sendiri bahkan tidak terpikir strategi sejauh itu. Butuh keberanian dan kekuatan pasukan besar dan persiapan matang."Tuan, serahkan padaku! Malam ini, aku akan menyerbu Pangkalan Pasukan Pembantai," tegas dan penuh percaya diri, Taja mengatakannya."Malam ini?!" ujar Ketua Sujinsha terkaget-kaget. Tak segera mengambil keputusan. Ia dan semua orang bawahannya banyak terluka dan belum pulih dari letih kesakitan. Pertarungan sebelumnya, melawan Pasuka
"Tempat ini seperti tersembunyi? Seolah musuh tidak menyadari keberadaan kita?"________Malam berlarut.Tampak langit gelap dari celah-celah rongga bebatuan tempat persembunyian. Pertahanan magis energi Taja dan Lorr En bersatu, diperkirakan dapat bertahan sampai fajar menyingsing untuk melindungi diri bersama Pasukan Bayangan.Sementara itu, terdengar suara-suara meraung dari luar, pertanda banyak sekali orang-orang pembantai berdatangan sekitar tempat itu, melalui udara dan darat. Gonggongan anjing-anjing pelacak, menelusuri jalur lereng dan rongga-rongga sekitar. Kuat tajam penciuman anjing-anjing itu mengendus-endus setiap jengkal permukaan tanah dan batu. Mencari jejak Pasukan Bayangan yang sedang bersembunyi bersama Taja. Untuk sementara, mereka aman dari deteksi musuh."Perisai Alhirri hanya bertahan sebelum pagi menyingsing," kata Taja meresahkan hal itu. Kiranya sampai fajar, tetapi musuh masih patroli sekitar lokasi persembunyian."Aku akan mengalihkan perhatian mereka," uj
Gemuruh angin hitam mengiringi dua sosok berjalan. Kedatangannya disertai kerumunan angin hitam, ternyata koloni serangga. ________ "Siapa kalian?!" Orang-orang Pasukan Bayangan menghunus kembali pedang masing-masing. Mengantisipasi serangan yang mungkin datang dari dua sosok itu. "Apakah kalian baik-baik saja?!" suara lantang pemuda, seiring kemunculan dua sosok berjalan dari balik kabut malam di bawah cahaya purnama. Semua terdiam, menyambut penasaran siapa gerangan yang datang. Tampak samar-samar, dua sosok pemuda. Gemuruh angin hitam mereda, mengiringi dua sosok itu mendekat. Mundur penuh hati-hati, orang-orang Pasukan Bayangan, berkumpul dalam formasi barisan, memasang pagar diri seraya menghunuskan pedang masing-masing. Tampaklah dua wajah pemuda yang datang itu. Pasukan Bayangan, seketika menurunkan senjata dan bernafas lega. Dua pemuda yang datang itu, ternyata sangat dikenal dengan baik. Suara-suara riuh mendengung, rupanya berasal dari kerumunan serangga menyertai ked
Amukan badai angin hitam, ternyata koloni serangga tak terkira banyaknya. Menyerang sekelompok manusia jubah hitam beserta elang-elang tunggangannya.________Jerit raung manusia-manusia berjubah hitam, bersamaan elang-elang hitam meronta terbakar di tanah, bergumul debu kerikil. Teriakan manusia jubah mengamuk, namun masih hidup dalam kobaran api melahap tubuh.Tahu jenis apa elang Pembantai tak mati dalam api, harus dipenggal kepala, maka tak menyia-nyiakan kesempatan, segera regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba, menebas kepala manusia berjubah dari tubuhnya. Juga elang tunggangannya. Hujan mulai berjatuhan ke tanah. Semakin deras membasahi tak terhitung tubuh-tubuh bergelimpangan. Regu Tameng Cakra dan Jerat Laba-laba tanpa henti mengayunkan jurus-jurus pedang, menghabisi siapapun musuh yang masih bergerak, elang hitam dan manusia berjubah hitam bersimbah darah bergelimpangan.Krrroaaagh!!!Tiba-tiba dari awan gelap, seekor elang hitam sangat besar, melintas sekejap mata dan meny
Batu menjerit dan bergerak. Wujud semula bongkahan, ternyata jubah kamuflase menyerupai batu, menyingkap sesuatu tersembunyi di baliknya.________Elang Pembantai.Jenis pasukan terbang pembantai. Semakin banyak jumlahnya, berdatangan ke tempat itu. Menggantikan pasukan pembantai berkuda yang sudah kalah telak.Hujan rantai besi sambar menyambar dari langit-langit gelap. Kemunculan Elang Pembantai memaksa Pasukan Bayangan sesegera mungkin bergerak mundur."Sembunyi!" pekik Ketua Sujinsha, diikuti sekawanan orang-orangnya bergerak cepat, menepi di antara celah-celah bebatuan. Namun belum semuanya bersembunyi, beberapa orang Tameng Cakra terkena sambaran rantai besi, tubuhnya ditarik dan terpelanting ke udara. "Aargh!!!" terbanting di sisi lereng berbatu. Anggota lainnya tak sempat memberikan pertolongan.Para pembantai dengan tunggangan elang hitam raksasa, beterbangan seiring riuh suara Terompet Raung mengangkasa. Tangan-tangan mereka sibuk melempar rantai-rantai besi. Penglihatan ta