Xavier menunggu Reza memesan makanan sekitar sepuluh menit, Xavier merasa perutnya sangat lapar di tambah lagi ia melihat Nadia yang menikmati makanannya sungguh itu membuat perutnya sudah sangat membutuhkan makanan.
Begitu selesai memesan makanan Reza kembali ke meja makan dengan membawa dua porsi makanan. Ia sedikit heran karena di sana ada seorang wanita sedang menikmati makanan.
"Lama bener lo!" ujar Xavier saat Reza baru datang setelah memesan makanan.
"Lo tau sendiri lah, antrian kan panjang!" ujar Reza dan duduk. "Nih makanannya!" seru Reza, ia masih terlihat heran dengan keberadaan wanita di meja makan mereka. Sementara Xavier memakan lahap makanannya.
"Ekhemm" Reza membuat Xavier dan Nadia memalingkan pandangan ke arahnya. Nadia tersenyum melihatnya. "Mmm ini tempat duduk kamu ya?" tanya Reza pada Nadia. Nadia melepas sendok dan garpu memutar pandangan dari makanan ke arah Reza.
"Ooh maaf, namaku Nadia. Tadi semua meja makan udah penuh, terus aku liat di meja makan ini masih ada tempat duduk nya, jadi aku duduk disini. Maafkan aku jika lancang" ujar Nadia lembut.
"Ohh, gak apa-apa kok santai ajalah hehhe" tawa kecil Reza. Nadia membalasnya dengan senyuman yang manis.
"Kamu ngampus disini juga?" tanya Reza lagi.
"Iya. Aku prodi teknologi," jawab Nadia.
"Apa?" ujar Xavier dan Reza bersamaan dan sedikit kaget.
"Aku jurusan teknologi. Emang kenapa?" tanya balik Nadia.
"Ooh gak apa-apa, aku heran aja" ujar Reza.
"Heran? Kenapa?"
"Ya.. aku heran wanita secantik kamu, ternyata anak teknologi" ujar Reza tersenyum.
"Bisa aja, emang wanita gak boleh milih teknologi ya" tawa Nadia.
"Emang dia orang nya gini, gak jelas!" sambung Xavier menunjuk Reza. Mereka bertiga tertawa, membuat semua orang yang berada di kantin menatap mereka heran.
Mereka bertiga terdiam kembali saat melihat semua orang yang menderita kelaparan di kantin tersebut menatap sinis mereka 'apakah kami mengganggu?' pikir mereka, percakapan tawa mereka membuat makanan mereka ludas tak terasa.
"Za, siang ini ada mata kuliah gak?" tanya Xavier menghapus sisa makanan di bibirnya dengan tissu.
"Mmm tungguin" ujar Reza mengambil handphone nya di saku dan melihat pesan seseorang. "Siang ini dosen nya gak masuk, tapi kita di suruh buatin laporan hasil penelitian kemarin!" ujar Reza setelah membaca pesan itu.
"Ooh, itu pesan dari dosen?" tanya Xavier lagi.
"Iya nih" Reza memperlihatkan pesan dalam handphone tersebut.
"Jadi habis ini lo mau ngapain?" tanya Xavier.
"Gue mau pulang, ada urusan penting di rumah!" ujar Reza. "Gue pergi dulu ya!" Reza tersenyum pada Xavier dan Nadia, ia meninggalkan meja makan.
"Mmm Nadia kamu mau pulang juga?" tanya Xavier.
"Sebenarnya sih gitu, tapi dirumah boring gak ada kerjaan!" jawab Nadia.
"Terus? Sekarang mau ngapain?"
"Gak tau!" ujar Nadia singkat.
"Ke toko buku yuk!" ajak Xavier.
"Mmm boleh, tapi aku gak ada kendaraan!"
"Naik kendaraanku aja lah, terus kalau gak ada kendaraan ke kampus naik apa?"
"Biasa sih di antar jemput paman, tapi kalau paman ada kesibukan, ya terpaksa naik angkot"
"Ayah dan ibu kamu?"
"Sibuk kerja!" ujar Nadia membuat Xavier merasakan kehidupan nya sama seperti Nadia yang memiliki orang tua dengan kesibukan mereka sendiri. Xavier terdiam mendengarnya.
"Kenapa diam? Ke toko bukunya jadi?" tanya Nadia membuyarkan lamunan Xavier.
"Oh iya jadi kok, maaf ya heheh" tawa kecil Xavier.
Xavier dan Nadia meninggalkan kantin, dan berjalan ke tempat parkir yang cukup jauh dari kantin. Mereka berdua baru beberapa menit berkenalan, namun percakapan di antara mereka sangat hangat.
"Kamu suka baca buku juga?" tanya Xavier.
"Aku suka baca komik" jawab Nadia.
"Komik apa?"
"Komik My Stupid Boss, Nyinyik, 4G dan masih banyak lagi"
"Novel? Kamu suka?"
"Gak!"
"Hah Kenapa?"
"Gak ada gambarnya," tawa Nadia.
"Kamu lucu juga ternyata" tawa kecil Xavier.
"Sedikit sih,"
"Kita beberapa menit berkenalan kamu udah ngajak ngakak"
"Aku gak humoris kok,"
"Santai aja, kalau sama aku terserah kamu mau jadi humoris atau sekalian gila," tawa Xavier.
Nadia hanya tertawa mendengarnya.
Mereka berdua sampai di tempat parkiran. Xavier menyalakan motornya dan Nadia naik di motor Xavier, mereka sedang berada dalam perjalanan menuju toko buku yang jaraknya cukup jauh dari kampus.
Dalam perjalanan tak ada percakapan di antara mereka, sehingga tak terasa mereka telah sampai di toko buku yang di tuju.
"Toko buku ini yang kamu maksud?" tanya Nadia saat mereka turun dari kendaraan dan memasuki toko buku.
"Iya. Kenapa?" tanya balik Xavier.
"Gak kenapa-kenapa kok, aku baru tau di sini ada toko buku yang sebesar ini!"
"Bukan cuma disini, aku tau semua toko buku di daerah ini"
"Kamu candu baca atau jualan buku atau gimana?"
"Kata teman-teman aku candu baca, aku juga suka nulis"
"Beneran?"
"Iya. Kenapa? Kamu mau cerita kita aku bukukan," tawa Xavier.
"Aku jadi pameran antagonis nya"
"Boleh juga tuh"
Mereka tepat berada di dalam toko buku yang luas, penuh dengan buku-buku, rapi dan bersih. Mata mereka tak hentinya memandang buku-buku yang tersedia. Xavier mencari novel yang akan ia beli, mereka berkeliling dalam toko tersebut dan akhirnya Xavier menemukan novel yang ia maksud.
"Nah ketemu!" ujar Xavier menemukan novel yang ia maksud.
"Itu novel tentang LDR. Bukan?"
"Ya bener"
"Kamu LDR an?"
"Gak lah aku cuma penasaran tentang kisahnya"
"Ohh," tawa kecil Nadia. "Emang kisahnya sedih?" tanya Nadia.
"Kata orang-orang sih gitu"
"Entah kenapa aku gak suka baca cerita yang sad ending"
"Semua penulis gitu, mereka membuat cerita atau fiksi dengan sad ending agar para pembacanya suka"
"Ya.. tapi aku gak suka"
"Aku suka. Karena setiap kehidupan seseorang tak lepas dari namanya kesedihan. Bahkan kesedihan itu bisa membuat seseorang belajar mengihklaskan dan bisa bangkit dari keterpurukannya"
"Gitu ya" ujar Nadia.
Xavier dan Nadia pergi ke kasir untuk membayar novel yang ia beli. Novel yang berisikan cerita tentang Long Distance Relationship atau LDR. Entag bagaimana ia memilih membeli novel yang berakhir sedih tersebut. Saat sampai dikasir Xavier membayar novel tersebut dan langsung keluar dari toko buku itu.
"Kamu mau pulang?" tanya Xavier, mereka telah berada di luar toko.
"Ini masih pukul 14.00" jawab Nadia sembari melihat jam di tangannya. "Nanti aku pulang naik angkot saja, kalau kamu mau pulang sekarang"
"Aku belum mau pulang"
"Terus? Gimana?"
"Yuk.." ajak Xavier menarik tangan Nadia.
"Kita mau kemana?"
"Udah ikut aja, ayo naik!" seru Xavier, Nadia pun naik di motor Xavier.
"Tapi kamu gak bawa aku ketempat yang macam-macam kan" ujar Nadia.
"Gak lah, aku bukan gitu orangnya" ujar Xavier tersnyum. Nadia melihatnya dari kaca spion motor.
Xavier membawa Nadia ke suatu tempat yang akan membuat Nadia bahagia. Nadia merasa was-was, ia bersiap-siap melompat dari motor jika Xavier membawanya ke tempat yang menurutnya berbahaya bagi dirinya. Nadia merasa ia sudah sangat jauh dengan kampus banyak perempatan yang dilewati bahkan ia tidak mengingat jalan menuju kampus.
"Kita udah jauh dari kampus nih!" ujar Nadia dalam perjalanan.
"Tenang, aku tau jalan pulang kok" ujar Xavier.
Nadia masih terlihat cemas, karena baru pertama kali ini ia di ajak oleh seseorang yang baru ia kenal beberapa jam yang lalu dan membawanya ke tempat yang belum pernah ia lihat. 'Apakah Xavier akan membawaku ke tempat para lelaki?' pikir Nadia semakin cemas.
Setelah beberapa saat dalam perjalanan, mereka telah sampai ke tempat yang di tuju. Nadia merasa heran karena Xavier mengajaknya ke tempat ramai dan ia melihat ada laut di seberang sana, 'apakah ini pantai?' pikirnya. Dan ternyata benar, ia dan Xavier sekarang berada di pantai.
"Ini pantai apa?" tanya Nadia saat ia turun dari kendaraan.
"Aku lupa nama pantai ini" jawab Xavier memarkirkan kendaraannya. "Yuk!" ajak Xavier.
Xavier dan Nadia sampai di bibir pantai yang indah walupun matahari siang ini sangatlah terik. Mereka duduk di bawah pohon rindang sambil menikmati indahnya percikan kecil ombak, pasir putih yang menghiasi, orang-orang yang berenang, dan perahu-perahu sebagai penghias lautan itu.
"Kamu sering ke pantai ini ya?" tanya Nadia, tatapan nya masih tertuju pada lautan di depannya.
"Setiap hari!"
"Sama siapa?"
"Sendiri!"
"Kamu gak punya pacar atau gebetan?"
"Gak ada!"
"Hehe maaf pertanyaanku unfaedah banget" tawa kecil Nadia.
"Santai aja lah, kamu orang pertama bersamaku ke pantai ini!"
"Hah? Benaran?"
"Iya. Kenapa kaget ya?"
"Kok aku jadi gak enak sih heheh, maaf kalau aku repotin"
"Gak apa-apa kok, tapi aku senang berbincang denganmu, pikiranku sedikit tenang"
"Mmm gitu ya," gumam Nadia sedikit bingung dengan perkataan Xavier barusan.
"Eh kamu tunggu sini dulu" ujar Xavier dan langsung pergi tak mendengarkan jawaban Nadia.
Nadia melihat Xavier seperti membeli sesuatu di sana. Xavier kembali dengan membawa dua buah kelapa muda.
"Nih" Xavier memberikan Nadia kelapa muda.
"Buat aku?" tanya Nadia.
"Iya"
"Wah makasih, nanti aku gantiin uang kamu, soalnya sekarang uangku habis di kantin tadi" ujar Nadia.
"Gak usah di ganti, aku ikhlas kok" ujar Xavier.
Xavier dan Nadia menikmati siang terik dengan menatap laut yang jernih, padahal mereka baru berkenalan beberapa jam yang lalu namun percakapan di antara mereka saling menghangatkan satu sama lain.
Tak terasa mereka menikmati pantai itu hingga sore hari, bahkan langit pun mulai membakar dirinya menunjukan senja akan tiba beberapa saat lagi. Lampu-lampu perahu satu per satu menampakan cahayanya dan orang-orang yang berenang telah selesai yang nampak segar dan pulang ke rumah mereka masing-masing. Xavier dan Nadia masih duduk di bawah pohon rindang itu seperti menunggu sesuatu.
"Kau suka senja?" tanya Nadia."Ya, karena senja dapat merubah mood setiap insan hanya dengan melihat keindahannya" Xavier tersenyum. "Apakah kau suka senja juga?" tanya balik Xavier."Tidak!" jawab Nadia singkat."Kenapa?""Walapun senja indah, namun ia hanya sementara, sama hal nya seperti dia""Dia? Siapa? Memang Ada apa dengan dia?""Seperti senja, dia menarik, dia indah, dia menawan, bahkan dia membuatku jatuh cinta. Hingga aku sadar dia seperti senja juga, hadir hanya sesaat!""Apakah kau punya masa lalu yang menyakitkan?" tanya Xavier penasaran."Banyak!""Mmm maafkan aku jika terlalu lancang bertanya padamu""Santai aja lah, apakah kau punya masalah juga?" tanya Nadia."Ada. Tapi masalah keluarga!""Keluarga? Gimana maksudnya"
Seperti biasa, Xavier bangun subuh untuk melaksanakan kewajiban nya sebagai seorang muslim, setelah itu ia melakukan aktivitas lainnya seperti joging pagi, nge-gym, bersepeda, dan bermain badminton dengan teman sekompleksnya. Hari ini mata kuliah akan masuk pada siang hari, karena pagi ini dosen sedang sibuk, mereka di beri tugas untuk membuat sebuah laporan dan untungnya Xavier telah selesai membuat laporan tersebut. Karena tak ada kegiatan pada pagi hari nya, ia pergi ke sebuah cafe, untuk menenangkan pikiran. Terik matahari sangatlah panas membuat hari ini terasa lebih bergairah, sekitar pukul 10.00 ia keluar rumah setelah berpamitan dengan bibi Moli karena ayah dan ibunya pagi tadi pergi untuk melaksanakan pekerjaan mereka. Ia mengeluarkan kendaraan roda duanya dari garasi, tidak lupa ia membawa buku catatan nya untuk menulis sesuatu yang berkaitan dengan cerita ataupun ungkapan perasaan yang ia rasakan. Cafe
Xavier selesai mengganti pakaian dan bersiap menuju kampus kesayangannya."Nak Xavier udah makan?" tanya Bibi Moli, saat Xavier hendak keluar rumah."Belum bi" jawab Xavier."Ayo makan dulu di dapur" ujar Bibi Moli."Nanti aku makan di warung saja bi, simpankan saja makanan di dapur untuk ayah dan ibu" ujar Xavier tersenyum. "Aku pergi kampus dulu bi, Assalamualaikum.." Xavier keluar rumah."Waalaikumussalam.." jawab Bibi Moli. Xavier menuju kampus dan dalam perjalanan menjemput Fidyah.***"Lama bener!" ujar Fidyah saat Xavier baru saja datang."Biarin! Ayo naik!" perintah Xavier dan Fidyah menaiki kendaraan.
Saat Xavier menyapa seseorang yang ia kenal, seseorang tersebut menoleh kearah Xavier dan heran melihat keberadaan Xavier."Eh.. Xavier... sendiri?" tanya balik seseorang tersebut."Nadia kan? Iya sendiri..." tawa kecil Xavier, ternyata seseorang tersebut adalah Nadia. Xavier duduk dikursi depan Nadia."Udah lama disini?" tanya Nadia."Barusan kok. Kamu udah lama?""Mm iya sih..""Udah makan?" tanya Xavier lagi."Barusan habis makan""Ooh okelah, aku mau pesan makan dulu" Xavier pergi memesan makanan. Begitu sampai kembali di meja makan Xavier membawa 1 porsi soto ayam, 2 porsi mie goreng dan secangkir es jeruk yang nampak segar. Nadia menatap heran semua makanan yang Xavier pesan."Itu semua kamu yang makan?" tanya Nadia dengan tatapan yang masih tertuju pada makanan Xavier.
Hujan semakin deras di luar, banyak orang yang berteduh di pos-pos dan halte, sementara Xavier dan Nadia malah menikmati hujan sore ini yang deras dengan kegembiraan. Mereka seperti merasakan kembali suasana masa kecil. Xavier dan Nadia berlarian, saling menyiram dan tertawa di bawah langit hitam dan hujan sore ini, semua pakaian mereka basah tak ada sedikit pun yang tertinggal kering, sungguh mereka sangat menikmatinya."Xavier.... kejar aku kalau bisa!" teriak Nadia dengan gembira dan ia berlari."Tungguin...." teriak kembali Xavier dan ia berlari mengejar Nadia."Ayo cepetan kalau bisa hahaha..." Nadia tertawa. Xavier mempercepat larinya hingga ia sampai mendekati Nadia."Ah... capek" Xavier berhenti di hadapan Nadia dengan lelah."Gitu aja kok capek..." Nadia tersenyum."Tapi kalo ngejar cinta gak capek
"Xavier..." ujar Nadia"Ada apa?" tanya Xavier."Apakah kau pernah merasakan jatuh cinta dengan orang yang baru kau kenal?" "Kenapa kamu tiba-tiba nanya gitu?""Gak kenapa-kenapa kok... jawab aja""Mmm kayaknya belum pernah!""Ooh gitu...""Kalau kamu?" tanya Xavier pada Nadia."Belum pernah.. tapi sekarang aku sedikit merasa bahagia dengan orang yang baru ku kenal"
Tanpa memperdulikan keadaan badan yang kedinginan, ia terus melajukan kendaraannya dan menyalip satu per satu kendaraan yang ada di depan hingga salah satu kendaraan tersebut membunyikan klakson. Ia sangat panik dengan keadaan Fidyah, karena ia telah melupakan sebuah janji.Dalam perjalan ia terus memikirkan janji kepada Fidyah yang ia lupakan, rasa bersalah semakin menyebar di dalam batinnya. 'Ah gue pecundang!' pikirnya.Langit mulai gelap setelah kemerahan senja menghilang sedikit demi sedikit, lampu pinggiran jalan raya mulai menerangkan seisi kota. Dengan lajunya kendaraan, Xavier akhirnya sampai di rumahnya dalam keadaan yang sedikit menggigil akibat kedinginan. Ia memarkirkan kendaraannya dan masuk kedalam rumah."Assalamualaikum..." Xavier membuka pintu rumahnya.
Xavier masih berada di kamar Fidyah, ia menunggu jawaban dari Fidyah atas pertanyaan sebelumnya. Namun Fidyah memilih untuk tidak menjawab, Xavier terus bertanya."Fidyah... apa aku pernah menyakiti perasaanmu? Tolong jawab Fid.." ujar Xavier.Fidyah tersenyum."Aku bahkan tidak mengerti mengapa kau bertanya seperti itu" ujar Fidyah menatap Xavier. Gadis itu seakan menyembunyikan sesuatu di dalam hatinya yang membuat Xavier semakin penasaran."Baiklah... aku juga tidak memaksakanmu untuk menjawabnya. Aku hanya ingin minta maaf Fid, jika pernah menyakiti perasaanmu! Aku tidak ingin persahabatan kita rusak" ujar Xavier."Rusak? Kenapa harus rusak?" tanya Fidyah."Maksudku.. aku tidak ingin persahabatan kita rusak hanya karena perasaan yang berlebihan" ujar Xavier berhati-hati. Mendengar kal
Malam yang sangat dingin. Setelah menikmati sore, Xavier kembali pulang kerumahnya. Ia merasa lebih tenang dari sebelumnya."Xavier..." seseorang memanggil namanya. Saat Xavier membuka pintu untuk masuk kerumah, ia terkejut melihat ayah dan ibunya yang duduk bersama di ruang tamu. Dan memanggilnya."Ada apa?" batin Xavier. Xavier berjalan mendekati ayah dan ibunya, kemudian duduk bersama mereka di sofa ruang tamu."Ada apa?" tanya Xavier setelah ia duduk."Kamu sibuk?" tanya ayahnya."Tidak" jawab Xavier seadanya."Rini, buatkan minuman!" perintah ayah Xavier. Rini dan Andi adalah nama orang tua Xavier. Ibu Xavier mengangguk setuju, kemudian berjalan ke arah dapur. Sedangkan Xavier masih terlihat heran, ada hal apa ayah dan ibunya memanggilnya dan duduk bersama di ruang tamu.
"Gimana? Film nya bagus kan?" tanya Fidyah pada Kevin, saat mereka selesai menonton film."Bagus sih, tapi konfilknya terlalu banyak!" jawab Kevin."Justru bagus, konflik di film itu penambah bumbu menarik!" ujar Fidyah semangat."Betul juga sih" Kevin tersenyum. Kevin dan Fidyah berjalan keluar studio film dan bioskop yang ada di mall tersebut, mereka kini berjalan ke play ground."Main yuk!" ajak Kevin."Ayo!" Fidyah menangguk setuju. "Kita mau main apa?" tanya Fidyah melihat sekelilingnya, banyak sekali orang-orang yang sedang sibuk dengan permainan."Itu!" Kevin menunujuk salah satu permainan yang tidak asing."Pencabit boneka itu?" Fidyah mengangkat alisnya sebelah."Iya, ayo!" Kevin menarik tangan Fidyah. "Gimana sih cara mainnya?" Kevin melihat seluruh bacaan petunjuk di permainan tersebut.
Setelah mata kuliah selesai, Xavier ingin bertemu dengan Fidyah di bangku taman kampus. Xavier telah menghubungi Fidyah waktu ia berjalan keluar kelas. Saat ini ia sedang mencari es krim kesukaan Fidyah, Xavier membeli es krim tersebut di sebuah toko yang jaraknya dari kampus cukup jauh. Bahkan Xavier berjalan kaki untuk pergi membeli es krim tersebut.Saat ia telah sampai ke toko, langsung saja Xavier membeli es krim choclate caramel chese. Ia membeli dua buah es krim, untuknya dan Fidyah. Begitu es krim sudah ada ditangannya, ia berlari kecil dan mempercepat langkahnya kembali ke kampus untuk menemui Fidyah yang mungkin sudah bosan menunggunya."Semoga aja, Fidyah masih ada disana!" batin Xavier.Xavier semakin mempercepat langkahnya saat ia benar-benar telah berada di kampus dan menuju ke belakang taman kampus. Xavier telah berada di taman
"Hai Fid!" panggil Xavier dari belakang Fidyah yang sedang berjalan menelusuri koridor kampus."Eh Xavier... hufft... ngagetin aja!" Fidyah menghela nafas sedikit terkejut."Heheh maaf-maaf!" Xavier terkekeh pelan.Xavier dan Nadia berjalan di koridor kampus."Ada apa Vier?" tanya Fidyah saat mereka berjalan bersama."Gak ada apa-apa" jawab Xavier."Ooh.." Fidyah mengangguk pelan."Tadi pagi kamu gak ada di depan gerbang, ama siapa ke kampus?" tanya Xavier."Pagi tadi, aku ke kampus ama temen" jawab Fidyah."Temen? Disa?""Bukan!""Siapa?" tanya Xavier lagi."Dia senior, namanya Kevin. Pagi tadi dia jemput""Berarti kamu pergi ke kampus barengan ama dia?""Iya.. sebenernya aku udah bilang, kalo pagi ini kamu mau jemput, tapi dia bilang unt
Fidyah bersiap berangkat ke kampus hari ini, seperti biasa ia akan menumpang dengan sahabatnya Xavier. Setelah memakai pakian dan sarapan, Fidyah keluar rumah menunggu Xavier untuk menjemputnya."Aku pergi dulu bu!" Fidyah berpamitan kepada ibunya dan berjalan keluar rumah."Iya hati-hati nak..." ujar Ibu Fidyah yang sementara menyetrika pakaian. Fidyah telah berada di luar rumah, ia berdiri di depan gerbang rumahnya menunggu Xavier. Tiba-tiba sebuah mobil audi hitam berhenti di hadapannya. Fidyah terlihat heran, dan kaca mobil tersebut diturunkan, terlihat seorang lelaki yang Fidyah kenal."Masuk!" perintah lelaki tersebut dari dalam mobil sambil memegang stir."Kevin?" Fidyah melototkan matanya terkejut."Iya... ayo masuk!" ujar Kevin."Gue lagi nunggu
Xavier lagi-lagi mengajak Nadia ke suatu tempat, Nadia hanya mengikutinya dari belakang. Xavier mendongak ke langit, matahari sedikit demi sedikit mulai menampakan cahaya kemerahannya, Xavier mempercepat langkahnya. Xavier terus menggenggam dan menarik tangan Nadia, jarak tempat yang dituju Xavier dari lapangan sepak bola tadi tidaklah jauh. Hitungan beberapa menit akhirnya mereka sampai di suatu tempat yang sangat indah. Tempat yang pernah mereka berdua kunjungi sebelumnya."Ini kan.." Nadia terkejut."Gimana? Rindu tempat ini?" Xavier berhenti melangkah dan melepas tangan Nadia dari genggaman nya."Rindu banget" Nadia tersenyum. Xavier dan Nadia tepat berada di Pantai yang pernah mereka kunjungi sebelumnya, Xavier dan Nadia duduk di bawah pohon rindang sambil menunggu langit membakar dirinya."Xavier..." ujar Nadia."Mmm" gumam Xavier.
Xavier dan Nadia masih duduk menikmati pemandangan ciptaan tuhan yang sangat indah."Jadi adik kamu masih di pesantren?" tanya Xavier memulai percakapan."Iya.." jawab Nadia."Berapa lama?" tanya Xavier."3 tahun, tapi kalau ada waktu libur ia pasti pulang""Aku nyesel Nad!""Nyesel? Kenapa?" tanya Nadia."Aku nyesel gak masuk pesantren!" ujar Xavier terlihat murung."Jangan gitu dong, mungkin tuhan punya rencana yang lebih baik! Kan kita gak tau" Nadia menyemangati."Aku juga nyesel!""Nyesel kenapa lagi?" Nadia menaikan sebelah alisnya."Nyesel kenapa baru ketemu kamu sekarang, kenapa gak dari dulu coba!" ujar Xavier tersenyum."Apaan sih Vier gak lucu!" Nadia tersenyum balik."Kalau gak lucu, terus kenapa senyum?""Senyum kan sedekah, e
Kantin Kampus- Reza berjalan keluar kelas dan menuju ke kantin kampus setelah mata kuliah selesai. Setelah Reza sampai di kantin, ia melihat Fidyah dan Disa sedang berada disana, Reza berjalan mengahampiri mereka."Hai... gue boleh gabung duduk disini gak?" sapa Reza berdiri di hadapan mereka."Eh Reza... boleh kok!" ujar Fidyah. Reza duduk bersama mereka."Sendiri Za?" tanya Disa sahabat Fidyah."Iya""Xavier kemana?" tanya Fidyah."Katanya tadi ke toko buku" ujar Reza."Ooh..""Kalian berdua udah makan?" tanya Reza."Belum, kami barusan datang dan langsung duduk di sini!" ujar Fidyah."Pesan makanan juga belum kok!" sambung Disa."Oh kalau gitu sini gue aja yang pesan makanan, kalian mau makan apa?" ujar Reza menawarkan diri."Eh
Satu minggu kemudian, Fidyah telah sehat dan masuk kuliah hari ini juga. Pagi ini sangat sejuk di temani hembusan bayu, dengan tamparan cahaya matahari menghangatkan bumi dan seisi nya. Xavier berangkat ke kampus sendirian, sebenarnya ia ingin mengajak Fidyah ke kampus bersama, namun Fidyah telah di antar oleh ayahnya. Setelah sampai dikampus, Xavier berjalan menelusuri koridor kampus, menaiki tangga hingga ia sampai di depan kelasnya. Xavier memasuki kelasnya dan langsung mengahampiri Reza."Dari mana aja lo? Kok gue baru liat!" ujar Xavier saat duduk disamping Reza."Kemarin gue ke rumah nenek!" ujar Reza."Tumben! Nenek lo kenapa?""Nenek gue masuk rumah sakit""Sakit apaan?""Demam, Flu, Batuk-batuk...""Jadi udah siuman?""Alhamdulillah udah..."