Pagi yang cerah, matahari bangkit dari sanubari yang membuat senyum terukir pagi ini. Langit indah dihiasi oleh awan dan fajar, membuat kesegaran mata dan perasaan.
"Bibi, ayah dan ibu dimana?" tanya Xavier kepada Bibi Moli, pembantu dalam rumahnya yang baik dan penyayang.
"Ayah kamu pagi tadi langsung pergi ke kantor, kalau ibu kamu pagi tadi juga langsung ke butik" jawab Bibi Moli.
"Kenapa ayah pergi ke kantor pagi sekali? Dan ibu ke butik ada hal apa?" tanya Xavier lagi.
"Kata ayahmu pagi ini ada tamu dari luar kota yang akan berkunjung ke perusahaan ayah kamu. Kalau ibu kamu ada pelatihan penting untuk para pelamar kerja di butik ibu kamu," ujar Bibi Moli dan menyiapkan roti dan susu untuk sarapan pagi kesukaan Xavier. Xavier sudah biasa sarapan sendiri karena kedua orang tuanya selalu sibuk.
Xavier melahap habis roti yang berselai kan madu dan meminum habis susu di atas meja makan. Sejak dulu ia sangat suka roti dan susu buatan Bibi Moli.
"Bi aku pergi ke kampus dulu ya" pamit Xavier.
"Iya, hati-hati" ujar Bibi Moli. Xavier mencium tangan Bibi Moli dan mengeluarkan kendaraan roda dua nya dari garasi, kemudian bersiap menjemput Fidyah ke kampus.
Xavier merasakan angin yang begitu sejuk pagi ini. Dalam perjalanan berkendara ia melihat banyak anak-anak yang bersepeda ke sekolah, ia sangat menikmati pemandangan itu. Xavier akhirnya sampai di depan gang rumah Fidyah, ia melihat seorang cewek yang berdiri disana, itu adalah Fidyah.
"Hai.." ujar Xavier tersenyum menyapa Fidyah. "Baru bangun ya?" tanya Xavier.
"Udah dari tadi" jawab Fidyah.
"Bagus dong, biasain tuh" ujar Xavier.
"Iya iya Xavier... gak usah basa basi deh" ujar Fidyah langsung naik dan duduk di kendaraan Xavier.
"Udah Siap?" tanya Xavier lagi.
"Siap" jawab Fidyah.
Xavier menjalankan motornya, mereka berdua berada dalam perjalanan ke kampus. Xavier melihat wajah Fidyah dari kaca spion lalu tersenyum, tanpa ia sadari Fidyah melihat balik.
"Ih kenapa kamu senyum-senyum gitu, aku tau aku cantik kok," ujar Fidyah percaya diri.
"Itu bedak kamu tebal banget!" ujar Xavier.
"Ih benaran?" Fidyah membuka resleting tas nya dan mengambil cermin, saat ia lihat bedak di wajahnya sama sekali tidak tebal. "Bohong!" ujarnya memukul punggung Xavier.
"Hahah maaf-maaf gak usah panik, kalau pun bedak kamu tebal, kamu tetap cantik kok"
"Apaan sih, aku bukan ibu-ibu, kan kamu tau aku gak suka pakai bedak"
"Itu kamu pake bedak"
"Kan dikit doang"
"Yah sama aja pake bedak namanya"
"Kan dikit! Gak tebel juga kok"
"Kamu bilang kamu gak suka pake bedak, tapi itu kamu pake juga walau dikit"
"Ih inikan dikit, gak tebal!"
"Dasar cewek, gak mau ngalah!"
"Cewek selalu benar, ingat itu!"
"Terserah" ujar Xavier.
Dalam perjalan pun mereka berdua masih saja berdebat yang unfaedah. Tidak terasa mereka sampai di depan gerbang kampus. Xavier memarkirkan kendaraannya di tempat parkir khusus mahasiswa.
"Makasih ya" ujar Fidyah.
"Iya sama-sama, pulang nanti aku anterin lagi?" tanya Xavier.
"Mmm kayaknya kelas hari ini sampai sore, nanti aku pulang dengan Disa saja"
"Ohh gitu, kalau Disa gak bisa anterin kamu, langsung hubungi aku!" ujar Xavier.
"Iya, aku pergi kelas dulu ya, soalnya dosen pagi ini gak mau nerima mahasiswi yang lambat!"
"Tunggu dulu!"
"Ada apa?"
"Ini!" Xavier mengambil sesuatu dari dalam tas nya yaitu sebuah novel karya Boy Candra, ia memberikan novel tersebut kepada Fidyah sesuai permintaan nya kemarin.
"Waah makasih ya!" Fidyah mengambil novel tersebut dan memasukannya ke dalam tas.
"Iya.. ya udah cepetan masuk sana!"
"Makasih Vier" teriak Fidyah berlari menuju kelasnya.
"Iya ibu-ibu bawel!" teriak Xavier kembali. Fidyah hanya tertawa mendengarnya.
Xavier berjalan menuju kelasnya yang jauh dari tempat parkir. Ia berjalan di koridor-koridor kampus melihat banyak mahasiswa dan mahasiswi yang membersihkan halaman dan membaca buku di bawah pohon rindang. Walaupun ini bukan SMA/SMP tetap saja mahasiswa di Universitas ini banyak di outdoor melakukan aktivitas lain.
Saat menaiki tangga menuju kelas ia di berhentikan oleh para senior kampus yang berjumlah 5 orang.
"Eh berhenti! Bagi duit!" ujar senior itu kasar.
"Gak ada!" ujar Xavier dengan wajah serius seperti ingin menantang senior itu.
"Apa? Lo gak sopan ya ama senior!" kata senior tersbut.
"Udah Hajar aja!" ujar seorang senior lainnya seperti memprovokasi.
"Kerjaan kalian ngepajak terus, dasar banci!" ujar Xavier yang membuat para senior itu geram."Apa? Lo yang banci!" ujar senior itu dan langsung menghajar wajah Xavier.
Xavier membalas menghajar para senior itu, seketika itu para mahasiswa dan mahasiswa yang berada di luar kelas mengerumuni perkelahian itu. Seseorang menarik tangan Xavier untuk berhenti dan berlari membawa Xavier pergi jauh dari tempat itu.
"Jangan lari lo!" teriak senior itu.
"Ngapain kalian semua disini, bubar sana!"ujar senior. Semua mahasiswa yang melihat dan mengerumuni perkelahian tadi akhirnya bubar dan kembali ke kelas mereka masing-masing.
"Ngapain sih lo mau aja ngeladenin mereka?" tanya seseorang yang menarik Xavier agar berhenti melawan para senior tadi.
"Za, lo tau gue kan, kalo mereka dibiarin gitu terus pasti akan kebiasaan!" ujar Xavier pada sahabatnya yaitu Reza yang telah menariknya tadi.
"Iya gue tau Vier, lo malah buat mereka dendam ama lo!" ujar Reza.
"Biarin aja, gue gak ambil pusing!"
"Mereka tuh 5 dan lo sendiri, pasti lo bakal bonyok!"
"Biarin aja, yang bonyok juga gue"
"Lo mau bikin kasus pertama?" ujar Reza yang membuat Xavierberpikir bahwa yang dikatakan Reza itu benar, selama ini ia belum pernah bahkan tidak mau membuat kasus.
"Iya... gue gak mau ladenin mereka!"
"Gitu dong, masuk kelas yuk dikit lagi dosen nya mau masuk," ujar Reza sambil melihat jam di tangannya.
Xavier dan Reza berjalan menuju kelas mereka. Xavier masih merasakan sedikit sakit diwajahnya akibat pukulan senior tadi, 'bagaimana jika ia sampai tak sadarkan diri akibat pukulan para senior itu', pikirnya.
Xavier dan Reza masuk kedalam kelas dan duduk di kursi mereka masing-masing. 5 menit kemudian dosen membuka mata kuliah pagi ini. Seperti biasa, pagi ini mereka melakukan diskusi, tanya jawab, presentase, dan materi.
"Ke kantin yuk!" ajak Reza.
"20 menit lagi, sabar aja dulu!" ujar Xavier melihat jam di dinding kelas.
"Lama bener, gue laper nih"
"Tahan aja dulu, gue juga laper!"
"Reza Surya Pratama dan Mohammad Xavier Andiyunus!, kalau bapak lagi menjelaskan materi kalian berdua jangan ngobrol!" ujar dosen tersebut menegur mereka berdua.
"Siap pak!" jawab mereka bersamaan.
Setelah beberapa menit di dalam kelas akhirnya mata kuliah mereka selesai juga. Walaupun dosen tersebut menyuruh mereka untuk membuat makalah secara pribadi. Dosen tersebut keluar kelas diikuti oleh para mahasiswa.
"Akhirnya, hufft" Reza merasa lega. "Kantin yuk, sebelum penuh!" ajak Reza.
"Ya udah cepetan!" ujar Xavier.
Akhirnya mata kuliah pagi ini telah selesai, mereka berdua berjalan ke kantin. Seluruh kantin telah penuh, semua mahasiswa di kampus ini seperti menderita kelaparan secara bersamaan.
"Za, semua kantin udah penuh, gimana nih" ujar Xavier.
"Tungguin aja lah" ujar Reza.
"Ini orang-orang makin nambah Za, dan kita harus tunggu, gak mau! gue laper nih"
"Itu.. ada meja kosong, cepetan!" Reza berlari ke meja salah satu kantin tersebut.
"Woy tungguin!" teriak Xavier.
"Akhirnya.." Reza lega dan duduk di meja makan yang kosong tersebut.
"Ini beneran gak ada yang punya?" tanya Xavier.
"Udah, duduk aja! Gue mau pesan makanan" ujar Reza dan pergi untuk memesan makanan.
"Makanannya seperti biasa ya!" teriak Xavier. Dan Reza mengacungkan jempol.
Saat Xavier menunggu Reza memesan makanan tiba-tiba seorang wanita datang kepada Xavier.
"Mmm aku boleh duduk disini gak?" pinta wanita tersebut.
"Ohh boleh kok, duduk aja" ujar Xavier. Meja makan itu memiliki 1 meja dan 3 kursi.
"Namaku Nadia" wanita tersebut memperkenalkan dirinya kemudian duduk di salah satu kursi.
"Aku Xavier" balas Xavier. Perkenalan yang singkat tak ada percakapan lebih dia antara Xavier dan Nadia, Nadia mulai memakan makananya yang sudah ia pesan sebelum mencari tempat duduk sementara Xavier masih menunggu Reza.
Xavier menunggu Reza memesan makanan sekitar sepuluh menit, Xavier merasa perutnya sangat lapar di tambah lagi ia melihat Nadia yang menikmati makanannya sungguh itu membuat perutnya sudah sangat membutuhkan makanan. Begitu selesai memesan makanan Reza kembali ke meja makan dengan membawa dua porsi makanan. Ia sedikit heran karena di sana ada seorang wanita sedang menikmati makanan. "Lama bener lo!" ujar Xavier saat Reza baru datang setelah memesan makanan. "Lo tau sendiri lah, antrian kan panjang!" ujar Reza dan duduk. "Nih makanannya!" seru Reza, ia masih terlihat heran dengan keberadaan wanita di meja makan mereka. Sementara Xavier memakan lahap makanannya.
"Kau suka senja?" tanya Nadia."Ya, karena senja dapat merubah mood setiap insan hanya dengan melihat keindahannya" Xavier tersenyum. "Apakah kau suka senja juga?" tanya balik Xavier."Tidak!" jawab Nadia singkat."Kenapa?""Walapun senja indah, namun ia hanya sementara, sama hal nya seperti dia""Dia? Siapa? Memang Ada apa dengan dia?""Seperti senja, dia menarik, dia indah, dia menawan, bahkan dia membuatku jatuh cinta. Hingga aku sadar dia seperti senja juga, hadir hanya sesaat!""Apakah kau punya masa lalu yang menyakitkan?" tanya Xavier penasaran."Banyak!""Mmm maafkan aku jika terlalu lancang bertanya padamu""Santai aja lah, apakah kau punya masalah juga?" tanya Nadia."Ada. Tapi masalah keluarga!""Keluarga? Gimana maksudnya"
Seperti biasa, Xavier bangun subuh untuk melaksanakan kewajiban nya sebagai seorang muslim, setelah itu ia melakukan aktivitas lainnya seperti joging pagi, nge-gym, bersepeda, dan bermain badminton dengan teman sekompleksnya. Hari ini mata kuliah akan masuk pada siang hari, karena pagi ini dosen sedang sibuk, mereka di beri tugas untuk membuat sebuah laporan dan untungnya Xavier telah selesai membuat laporan tersebut. Karena tak ada kegiatan pada pagi hari nya, ia pergi ke sebuah cafe, untuk menenangkan pikiran. Terik matahari sangatlah panas membuat hari ini terasa lebih bergairah, sekitar pukul 10.00 ia keluar rumah setelah berpamitan dengan bibi Moli karena ayah dan ibunya pagi tadi pergi untuk melaksanakan pekerjaan mereka. Ia mengeluarkan kendaraan roda duanya dari garasi, tidak lupa ia membawa buku catatan nya untuk menulis sesuatu yang berkaitan dengan cerita ataupun ungkapan perasaan yang ia rasakan. Cafe
Xavier selesai mengganti pakaian dan bersiap menuju kampus kesayangannya."Nak Xavier udah makan?" tanya Bibi Moli, saat Xavier hendak keluar rumah."Belum bi" jawab Xavier."Ayo makan dulu di dapur" ujar Bibi Moli."Nanti aku makan di warung saja bi, simpankan saja makanan di dapur untuk ayah dan ibu" ujar Xavier tersenyum. "Aku pergi kampus dulu bi, Assalamualaikum.." Xavier keluar rumah."Waalaikumussalam.." jawab Bibi Moli. Xavier menuju kampus dan dalam perjalanan menjemput Fidyah.***"Lama bener!" ujar Fidyah saat Xavier baru saja datang."Biarin! Ayo naik!" perintah Xavier dan Fidyah menaiki kendaraan.
Saat Xavier menyapa seseorang yang ia kenal, seseorang tersebut menoleh kearah Xavier dan heran melihat keberadaan Xavier."Eh.. Xavier... sendiri?" tanya balik seseorang tersebut."Nadia kan? Iya sendiri..." tawa kecil Xavier, ternyata seseorang tersebut adalah Nadia. Xavier duduk dikursi depan Nadia."Udah lama disini?" tanya Nadia."Barusan kok. Kamu udah lama?""Mm iya sih..""Udah makan?" tanya Xavier lagi."Barusan habis makan""Ooh okelah, aku mau pesan makan dulu" Xavier pergi memesan makanan. Begitu sampai kembali di meja makan Xavier membawa 1 porsi soto ayam, 2 porsi mie goreng dan secangkir es jeruk yang nampak segar. Nadia menatap heran semua makanan yang Xavier pesan."Itu semua kamu yang makan?" tanya Nadia dengan tatapan yang masih tertuju pada makanan Xavier.
Hujan semakin deras di luar, banyak orang yang berteduh di pos-pos dan halte, sementara Xavier dan Nadia malah menikmati hujan sore ini yang deras dengan kegembiraan. Mereka seperti merasakan kembali suasana masa kecil. Xavier dan Nadia berlarian, saling menyiram dan tertawa di bawah langit hitam dan hujan sore ini, semua pakaian mereka basah tak ada sedikit pun yang tertinggal kering, sungguh mereka sangat menikmatinya."Xavier.... kejar aku kalau bisa!" teriak Nadia dengan gembira dan ia berlari."Tungguin...." teriak kembali Xavier dan ia berlari mengejar Nadia."Ayo cepetan kalau bisa hahaha..." Nadia tertawa. Xavier mempercepat larinya hingga ia sampai mendekati Nadia."Ah... capek" Xavier berhenti di hadapan Nadia dengan lelah."Gitu aja kok capek..." Nadia tersenyum."Tapi kalo ngejar cinta gak capek
"Xavier..." ujar Nadia"Ada apa?" tanya Xavier."Apakah kau pernah merasakan jatuh cinta dengan orang yang baru kau kenal?" "Kenapa kamu tiba-tiba nanya gitu?""Gak kenapa-kenapa kok... jawab aja""Mmm kayaknya belum pernah!""Ooh gitu...""Kalau kamu?" tanya Xavier pada Nadia."Belum pernah.. tapi sekarang aku sedikit merasa bahagia dengan orang yang baru ku kenal"
Tanpa memperdulikan keadaan badan yang kedinginan, ia terus melajukan kendaraannya dan menyalip satu per satu kendaraan yang ada di depan hingga salah satu kendaraan tersebut membunyikan klakson. Ia sangat panik dengan keadaan Fidyah, karena ia telah melupakan sebuah janji.Dalam perjalan ia terus memikirkan janji kepada Fidyah yang ia lupakan, rasa bersalah semakin menyebar di dalam batinnya. 'Ah gue pecundang!' pikirnya.Langit mulai gelap setelah kemerahan senja menghilang sedikit demi sedikit, lampu pinggiran jalan raya mulai menerangkan seisi kota. Dengan lajunya kendaraan, Xavier akhirnya sampai di rumahnya dalam keadaan yang sedikit menggigil akibat kedinginan. Ia memarkirkan kendaraannya dan masuk kedalam rumah."Assalamualaikum..." Xavier membuka pintu rumahnya.
Malam yang sangat dingin. Setelah menikmati sore, Xavier kembali pulang kerumahnya. Ia merasa lebih tenang dari sebelumnya."Xavier..." seseorang memanggil namanya. Saat Xavier membuka pintu untuk masuk kerumah, ia terkejut melihat ayah dan ibunya yang duduk bersama di ruang tamu. Dan memanggilnya."Ada apa?" batin Xavier. Xavier berjalan mendekati ayah dan ibunya, kemudian duduk bersama mereka di sofa ruang tamu."Ada apa?" tanya Xavier setelah ia duduk."Kamu sibuk?" tanya ayahnya."Tidak" jawab Xavier seadanya."Rini, buatkan minuman!" perintah ayah Xavier. Rini dan Andi adalah nama orang tua Xavier. Ibu Xavier mengangguk setuju, kemudian berjalan ke arah dapur. Sedangkan Xavier masih terlihat heran, ada hal apa ayah dan ibunya memanggilnya dan duduk bersama di ruang tamu.
"Gimana? Film nya bagus kan?" tanya Fidyah pada Kevin, saat mereka selesai menonton film."Bagus sih, tapi konfilknya terlalu banyak!" jawab Kevin."Justru bagus, konflik di film itu penambah bumbu menarik!" ujar Fidyah semangat."Betul juga sih" Kevin tersenyum. Kevin dan Fidyah berjalan keluar studio film dan bioskop yang ada di mall tersebut, mereka kini berjalan ke play ground."Main yuk!" ajak Kevin."Ayo!" Fidyah menangguk setuju. "Kita mau main apa?" tanya Fidyah melihat sekelilingnya, banyak sekali orang-orang yang sedang sibuk dengan permainan."Itu!" Kevin menunujuk salah satu permainan yang tidak asing."Pencabit boneka itu?" Fidyah mengangkat alisnya sebelah."Iya, ayo!" Kevin menarik tangan Fidyah. "Gimana sih cara mainnya?" Kevin melihat seluruh bacaan petunjuk di permainan tersebut.
Setelah mata kuliah selesai, Xavier ingin bertemu dengan Fidyah di bangku taman kampus. Xavier telah menghubungi Fidyah waktu ia berjalan keluar kelas. Saat ini ia sedang mencari es krim kesukaan Fidyah, Xavier membeli es krim tersebut di sebuah toko yang jaraknya dari kampus cukup jauh. Bahkan Xavier berjalan kaki untuk pergi membeli es krim tersebut.Saat ia telah sampai ke toko, langsung saja Xavier membeli es krim choclate caramel chese. Ia membeli dua buah es krim, untuknya dan Fidyah. Begitu es krim sudah ada ditangannya, ia berlari kecil dan mempercepat langkahnya kembali ke kampus untuk menemui Fidyah yang mungkin sudah bosan menunggunya."Semoga aja, Fidyah masih ada disana!" batin Xavier.Xavier semakin mempercepat langkahnya saat ia benar-benar telah berada di kampus dan menuju ke belakang taman kampus. Xavier telah berada di taman
"Hai Fid!" panggil Xavier dari belakang Fidyah yang sedang berjalan menelusuri koridor kampus."Eh Xavier... hufft... ngagetin aja!" Fidyah menghela nafas sedikit terkejut."Heheh maaf-maaf!" Xavier terkekeh pelan.Xavier dan Nadia berjalan di koridor kampus."Ada apa Vier?" tanya Fidyah saat mereka berjalan bersama."Gak ada apa-apa" jawab Xavier."Ooh.." Fidyah mengangguk pelan."Tadi pagi kamu gak ada di depan gerbang, ama siapa ke kampus?" tanya Xavier."Pagi tadi, aku ke kampus ama temen" jawab Fidyah."Temen? Disa?""Bukan!""Siapa?" tanya Xavier lagi."Dia senior, namanya Kevin. Pagi tadi dia jemput""Berarti kamu pergi ke kampus barengan ama dia?""Iya.. sebenernya aku udah bilang, kalo pagi ini kamu mau jemput, tapi dia bilang unt
Fidyah bersiap berangkat ke kampus hari ini, seperti biasa ia akan menumpang dengan sahabatnya Xavier. Setelah memakai pakian dan sarapan, Fidyah keluar rumah menunggu Xavier untuk menjemputnya."Aku pergi dulu bu!" Fidyah berpamitan kepada ibunya dan berjalan keluar rumah."Iya hati-hati nak..." ujar Ibu Fidyah yang sementara menyetrika pakaian. Fidyah telah berada di luar rumah, ia berdiri di depan gerbang rumahnya menunggu Xavier. Tiba-tiba sebuah mobil audi hitam berhenti di hadapannya. Fidyah terlihat heran, dan kaca mobil tersebut diturunkan, terlihat seorang lelaki yang Fidyah kenal."Masuk!" perintah lelaki tersebut dari dalam mobil sambil memegang stir."Kevin?" Fidyah melototkan matanya terkejut."Iya... ayo masuk!" ujar Kevin."Gue lagi nunggu
Xavier lagi-lagi mengajak Nadia ke suatu tempat, Nadia hanya mengikutinya dari belakang. Xavier mendongak ke langit, matahari sedikit demi sedikit mulai menampakan cahaya kemerahannya, Xavier mempercepat langkahnya. Xavier terus menggenggam dan menarik tangan Nadia, jarak tempat yang dituju Xavier dari lapangan sepak bola tadi tidaklah jauh. Hitungan beberapa menit akhirnya mereka sampai di suatu tempat yang sangat indah. Tempat yang pernah mereka berdua kunjungi sebelumnya."Ini kan.." Nadia terkejut."Gimana? Rindu tempat ini?" Xavier berhenti melangkah dan melepas tangan Nadia dari genggaman nya."Rindu banget" Nadia tersenyum. Xavier dan Nadia tepat berada di Pantai yang pernah mereka kunjungi sebelumnya, Xavier dan Nadia duduk di bawah pohon rindang sambil menunggu langit membakar dirinya."Xavier..." ujar Nadia."Mmm" gumam Xavier.
Xavier dan Nadia masih duduk menikmati pemandangan ciptaan tuhan yang sangat indah."Jadi adik kamu masih di pesantren?" tanya Xavier memulai percakapan."Iya.." jawab Nadia."Berapa lama?" tanya Xavier."3 tahun, tapi kalau ada waktu libur ia pasti pulang""Aku nyesel Nad!""Nyesel? Kenapa?" tanya Nadia."Aku nyesel gak masuk pesantren!" ujar Xavier terlihat murung."Jangan gitu dong, mungkin tuhan punya rencana yang lebih baik! Kan kita gak tau" Nadia menyemangati."Aku juga nyesel!""Nyesel kenapa lagi?" Nadia menaikan sebelah alisnya."Nyesel kenapa baru ketemu kamu sekarang, kenapa gak dari dulu coba!" ujar Xavier tersenyum."Apaan sih Vier gak lucu!" Nadia tersenyum balik."Kalau gak lucu, terus kenapa senyum?""Senyum kan sedekah, e
Kantin Kampus- Reza berjalan keluar kelas dan menuju ke kantin kampus setelah mata kuliah selesai. Setelah Reza sampai di kantin, ia melihat Fidyah dan Disa sedang berada disana, Reza berjalan mengahampiri mereka."Hai... gue boleh gabung duduk disini gak?" sapa Reza berdiri di hadapan mereka."Eh Reza... boleh kok!" ujar Fidyah. Reza duduk bersama mereka."Sendiri Za?" tanya Disa sahabat Fidyah."Iya""Xavier kemana?" tanya Fidyah."Katanya tadi ke toko buku" ujar Reza."Ooh..""Kalian berdua udah makan?" tanya Reza."Belum, kami barusan datang dan langsung duduk di sini!" ujar Fidyah."Pesan makanan juga belum kok!" sambung Disa."Oh kalau gitu sini gue aja yang pesan makanan, kalian mau makan apa?" ujar Reza menawarkan diri."Eh
Satu minggu kemudian, Fidyah telah sehat dan masuk kuliah hari ini juga. Pagi ini sangat sejuk di temani hembusan bayu, dengan tamparan cahaya matahari menghangatkan bumi dan seisi nya. Xavier berangkat ke kampus sendirian, sebenarnya ia ingin mengajak Fidyah ke kampus bersama, namun Fidyah telah di antar oleh ayahnya. Setelah sampai dikampus, Xavier berjalan menelusuri koridor kampus, menaiki tangga hingga ia sampai di depan kelasnya. Xavier memasuki kelasnya dan langsung mengahampiri Reza."Dari mana aja lo? Kok gue baru liat!" ujar Xavier saat duduk disamping Reza."Kemarin gue ke rumah nenek!" ujar Reza."Tumben! Nenek lo kenapa?""Nenek gue masuk rumah sakit""Sakit apaan?""Demam, Flu, Batuk-batuk...""Jadi udah siuman?""Alhamdulillah udah..."