Seperti biasa, Xavier bangun subuh untuk melaksanakan kewajiban nya sebagai seorang muslim, setelah itu ia melakukan aktivitas lainnya seperti joging pagi, nge-gym, bersepeda, dan bermain badminton dengan teman sekompleksnya.
Hari ini mata kuliah akan masuk pada siang hari, karena pagi ini dosen sedang sibuk, mereka di beri tugas untuk membuat sebuah laporan dan untungnya Xavier telah selesai membuat laporan tersebut. Karena tak ada kegiatan pada pagi hari nya, ia pergi ke sebuah cafe, untuk menenangkan pikiran.
Terik matahari sangatlah panas membuat hari ini terasa lebih bergairah, sekitar pukul 10.00 ia keluar rumah setelah berpamitan dengan bibi Moli karena ayah dan ibunya pagi tadi pergi untuk melaksanakan pekerjaan mereka. Ia mengeluarkan kendaraan roda duanya dari garasi, tidak lupa ia membawa buku catatan nya untuk menulis sesuatu yang berkaitan dengan cerita ataupun ungkapan perasaan yang ia rasakan. Cafe yang ia tuju cukup jauh dari rumahnya, kali ini ia tak melajukan kendaraannya.
Cafe coffe chocolate adalah tempat persinggahan nya, setelah beberapa menit berkendara ia sampai juga di cafe tersebut. Xavier melihat dalam cafe tersebut ada musik yang dimainkan, ia duduk di pojok dan writers cafe itu datang padanya.
"Mau pesan apa mas?" tanya seorang pelayan wanita.
"Coffe late" jawab Xavier. Dan pelayan tersebut pergi mengambil menu yang dipesan oleh Xavier.
Xavier meletakan buku catatan nya di atas meja, terdengar suara musik 'Comethru' di dalam cafe itu.
Now i'm shaking drinking all this coffe
These last few weeks have been exhaustingI'm lost in my imaginationAnd there's one thing that i need from youCan you come through, through, through, yeahAnd there's one thing that i need from youCan you come through?.......Musik yang menenangkan hati dan perasaan, pelayan wanita itu datang membawa secangkir coffe late yang ia pesan.
"Ini mas.." ujar pelayan.
"Makasih" Xavier tersenyum dan pelayan kembali ke tempat nya.
Xavier membuka buku catatannya, ia melihat lembar per lembar telah penuh dengan rangkaian kata-katanya. Ia melihat coffe late yang ia pesan dan menggenggam pulpen hitamnya dan ingin merangkai kata-kata yang indah tentang sebuah kopi. Jari jemari tangannya mulai menari di atas kertas putih, hasilnya ia menuliskan beberapa ungkapan yang mengena di hati.
"Kopi mengejarkan kita bahwa, yang pahit sekali pun masih bisa di nikmati" -Mohammad Xavier Andiyunus.
"Terkadang manusia itu seperti kopi, jika engkau diamkan, dia akan menjadi dingin, sampai dalam hal cinta dan cita" -Mohammad Xavier Andiyunus.
"Aroma secangkir kopi yang menenangkan dapat membuat kita kembali rileks dan melupakan sejenak permasalahan hidup yang membelenggu" -Mohammad Xavier Andiyunus.
Seperti itulah ungkapan perasaan atau quotes yang ia buat. Xavier meminum coffe late itu sedikit demi sedikit, dan tiba-tiba...
"Hey!" suara yang mengagetkan Xavier saat meminum coffe late nya. Ia hampir menyemburkan coffe latenya, saat ia berbalik seseorang yang mengagetkan nya adalah Fidyah.
"Ya elah, hampir jantungan!" Xavier menatap Fidyah dengan raut wajah sedikit kesal.
"Hahah maaf-maaf, canda.." ujar Fidyah dan duduk di depan Xavier. "Ngapain disini?" tanya Fidyah kemudian melihat seisi cafe.
"Hanya ingin menenangkan pikiran saja" ujar Xavier. "Kamu? Ngapain disini?" tanya balik Xavier.
"Aku ingin bertemu denganmu!"
"Kau tau darimana aku disini"
"Bibi Moli yang memberitahukannya"
"Kau kerumahku?"
"Yapss betul"
"Kesini naik apa?"
"Angkot"
"Ada hal apa, kau bertemu denganku? Mau dianterin ke kampus ya?"
"Ih bukan. Aku cuma pengen nanya doang"
"Nanyain apa?"
"Aku mau pesan coffe late dulu ah" ujar Fidyah dan ia melambaikan tangan ke arah pelayan, hingga pelayan cafe tersebut melihatnya dan menemuinya.
"Ada apa mba?" tanya pelayan itu.
"Mmm aku pesan coffe late satu ya!" ujar Fidyah.
"Ooh baiklah" pelayan tersebut pergi mengambil pesanan Fidyah.
"Kamu mau tanya apa?" ujar Xavier.
"Tunggu dulu, coffe latenya belum datang"
"Hmm" gumam Xavier.
Pelayan cafe itu berjalan membawa secangkir coffe late kepada Fidyah.
"Ini mba.." ujar pelayan itu dan memberikan coffe late. Pelayan itu kembali ke tempatnya.
"Waah... udah lama ya aku gak minum kopi heheh" tawa kecil Fidyah. Ia meminum coffe late dengan sedikit demi sedikit.
"Enak?" tanya Xavier.
"Ya enak lah!" ujar Fidyah.
"Ya udah, kamu mau nanya apa?" tanya Xavier.
"Aku cuma pengen nanya doang gak lebih kok"
"Iya aku tau.."
"Mmm kemarin aku gak sengaja liat kamu jalan ama cewek. Cewek itu siapa?" tanya Fidyah.
"Ya elah Fid, jauh-jauh ke cafe hanya nanya hal itu. Kemarin aku jalan ama Nadia"
"Nadia?"
"Kemarin dia makan di kantin bersama aku dan Reza. Karena tempat duduk yang terbatas, dan akhirnya dia duduk bersama kami"
"Ooh gitu..."
"Dia anak yang baik, beda dari wanita-wanita yang lain. Bahkan ia mau berbagi cerita denganku" ujar Xavier tersenyum.
"Kau menyukainya?" tanya Fidyah.
"Hahah baru sehari juga kenal" tawa Xavier.
"Ya.. siapa tau aja"
"Eh jadi kemarin kamu pulang bersama Disa?" tanya Xavier.
"Iya" jawab Fidyah.
"Emang hari ini gak ada mata kuliah?" tanya Xavier lagi.
"Ada, siang nanti"
"Kita samaan!"
"Kamu masuk siang juga?" tanya balik Fidyah.
"Iya"
"Wah kalau gitu boleh numpang nih heheh" tawa kecil Fidyah.
"Boleh kok..." ujar Xavier tersenyum.
Xavier dan Fidyah menikmati harinya dengan secangkir coffe late yang diiringi dengan musik merdu di dalam cafe tersebut. Sampai waktu menunjukan masuk siang hari, mereka akan pergi ke kampus.
"Pulang yuk!" ajak Xavier setelah melihat waktu di jam tangannya.
"Yuk!" ujar Fidyah.
Xavier dan Fidyah pergi membayar caffe late yang mereka minum.
"Biar aku yang bayarin" ujar Xavier.
"Gak mau ah, hari ini aku bayar sendiri"
"Udah.. nanti aku yang bayarin"
"Gak mau... pokoknya aku bayar sendiri!"
"Ya udah terserah"
Kasir melihat perdebatan mereka dan mereka membalas tatapan sang kasir yang heran dengan senyuman, setelah masing-masing membayar coffe late mereka keluar caffe tersebut dan pulang ke rumah masing-masing. Xavier menjalankan motornya, mereka berdua dalam perjalanan pulang.
Dalam perjalanan tak ada percakapan di antara mereka yang biasanya mereka selalu berdebat, mungkin efek terik matahari membuat lisan mereka ikut gerah.
Xavier dan Fidyah merasakan hari ini sangatlah terik. Dan mereka sampai di depan rumah Fidyah.
"Makasih ya Vier, nanti aku tungguin lagi!" ujar Fidyah setelah turun dari kendaraan.
"Iya... gak usah tidur lagi!" ujar Xavier.
"Ih siapa juga yang tidur!" ujar Fidyah kesal.
"Aku pergi dulu ya.." ujar Xavier. Dan melajukan kendaraan nya. Fidyah melihatnya dari kejauhan dan melambaikan tangan. Fidyah menghela napas perlahan dan mengembuskannya.
Xavier selesai mengganti pakaian dan bersiap menuju kampus kesayangannya."Nak Xavier udah makan?" tanya Bibi Moli, saat Xavier hendak keluar rumah."Belum bi" jawab Xavier."Ayo makan dulu di dapur" ujar Bibi Moli."Nanti aku makan di warung saja bi, simpankan saja makanan di dapur untuk ayah dan ibu" ujar Xavier tersenyum. "Aku pergi kampus dulu bi, Assalamualaikum.." Xavier keluar rumah."Waalaikumussalam.." jawab Bibi Moli. Xavier menuju kampus dan dalam perjalanan menjemput Fidyah.***"Lama bener!" ujar Fidyah saat Xavier baru saja datang."Biarin! Ayo naik!" perintah Xavier dan Fidyah menaiki kendaraan.
Saat Xavier menyapa seseorang yang ia kenal, seseorang tersebut menoleh kearah Xavier dan heran melihat keberadaan Xavier."Eh.. Xavier... sendiri?" tanya balik seseorang tersebut."Nadia kan? Iya sendiri..." tawa kecil Xavier, ternyata seseorang tersebut adalah Nadia. Xavier duduk dikursi depan Nadia."Udah lama disini?" tanya Nadia."Barusan kok. Kamu udah lama?""Mm iya sih..""Udah makan?" tanya Xavier lagi."Barusan habis makan""Ooh okelah, aku mau pesan makan dulu" Xavier pergi memesan makanan. Begitu sampai kembali di meja makan Xavier membawa 1 porsi soto ayam, 2 porsi mie goreng dan secangkir es jeruk yang nampak segar. Nadia menatap heran semua makanan yang Xavier pesan."Itu semua kamu yang makan?" tanya Nadia dengan tatapan yang masih tertuju pada makanan Xavier.
Hujan semakin deras di luar, banyak orang yang berteduh di pos-pos dan halte, sementara Xavier dan Nadia malah menikmati hujan sore ini yang deras dengan kegembiraan. Mereka seperti merasakan kembali suasana masa kecil. Xavier dan Nadia berlarian, saling menyiram dan tertawa di bawah langit hitam dan hujan sore ini, semua pakaian mereka basah tak ada sedikit pun yang tertinggal kering, sungguh mereka sangat menikmatinya."Xavier.... kejar aku kalau bisa!" teriak Nadia dengan gembira dan ia berlari."Tungguin...." teriak kembali Xavier dan ia berlari mengejar Nadia."Ayo cepetan kalau bisa hahaha..." Nadia tertawa. Xavier mempercepat larinya hingga ia sampai mendekati Nadia."Ah... capek" Xavier berhenti di hadapan Nadia dengan lelah."Gitu aja kok capek..." Nadia tersenyum."Tapi kalo ngejar cinta gak capek
"Xavier..." ujar Nadia"Ada apa?" tanya Xavier."Apakah kau pernah merasakan jatuh cinta dengan orang yang baru kau kenal?" "Kenapa kamu tiba-tiba nanya gitu?""Gak kenapa-kenapa kok... jawab aja""Mmm kayaknya belum pernah!""Ooh gitu...""Kalau kamu?" tanya Xavier pada Nadia."Belum pernah.. tapi sekarang aku sedikit merasa bahagia dengan orang yang baru ku kenal"
Tanpa memperdulikan keadaan badan yang kedinginan, ia terus melajukan kendaraannya dan menyalip satu per satu kendaraan yang ada di depan hingga salah satu kendaraan tersebut membunyikan klakson. Ia sangat panik dengan keadaan Fidyah, karena ia telah melupakan sebuah janji.Dalam perjalan ia terus memikirkan janji kepada Fidyah yang ia lupakan, rasa bersalah semakin menyebar di dalam batinnya. 'Ah gue pecundang!' pikirnya.Langit mulai gelap setelah kemerahan senja menghilang sedikit demi sedikit, lampu pinggiran jalan raya mulai menerangkan seisi kota. Dengan lajunya kendaraan, Xavier akhirnya sampai di rumahnya dalam keadaan yang sedikit menggigil akibat kedinginan. Ia memarkirkan kendaraannya dan masuk kedalam rumah."Assalamualaikum..." Xavier membuka pintu rumahnya.
Xavier masih berada di kamar Fidyah, ia menunggu jawaban dari Fidyah atas pertanyaan sebelumnya. Namun Fidyah memilih untuk tidak menjawab, Xavier terus bertanya."Fidyah... apa aku pernah menyakiti perasaanmu? Tolong jawab Fid.." ujar Xavier.Fidyah tersenyum."Aku bahkan tidak mengerti mengapa kau bertanya seperti itu" ujar Fidyah menatap Xavier. Gadis itu seakan menyembunyikan sesuatu di dalam hatinya yang membuat Xavier semakin penasaran."Baiklah... aku juga tidak memaksakanmu untuk menjawabnya. Aku hanya ingin minta maaf Fid, jika pernah menyakiti perasaanmu! Aku tidak ingin persahabatan kita rusak" ujar Xavier."Rusak? Kenapa harus rusak?" tanya Fidyah."Maksudku.. aku tidak ingin persahabatan kita rusak hanya karena perasaan yang berlebihan" ujar Xavier berhati-hati. Mendengar kal
Satu minggu kemudian, Fidyah telah sehat dan masuk kuliah hari ini juga. Pagi ini sangat sejuk di temani hembusan bayu, dengan tamparan cahaya matahari menghangatkan bumi dan seisi nya. Xavier berangkat ke kampus sendirian, sebenarnya ia ingin mengajak Fidyah ke kampus bersama, namun Fidyah telah di antar oleh ayahnya. Setelah sampai dikampus, Xavier berjalan menelusuri koridor kampus, menaiki tangga hingga ia sampai di depan kelasnya. Xavier memasuki kelasnya dan langsung mengahampiri Reza."Dari mana aja lo? Kok gue baru liat!" ujar Xavier saat duduk disamping Reza."Kemarin gue ke rumah nenek!" ujar Reza."Tumben! Nenek lo kenapa?""Nenek gue masuk rumah sakit""Sakit apaan?""Demam, Flu, Batuk-batuk...""Jadi udah siuman?""Alhamdulillah udah..."
Kantin Kampus- Reza berjalan keluar kelas dan menuju ke kantin kampus setelah mata kuliah selesai. Setelah Reza sampai di kantin, ia melihat Fidyah dan Disa sedang berada disana, Reza berjalan mengahampiri mereka."Hai... gue boleh gabung duduk disini gak?" sapa Reza berdiri di hadapan mereka."Eh Reza... boleh kok!" ujar Fidyah. Reza duduk bersama mereka."Sendiri Za?" tanya Disa sahabat Fidyah."Iya""Xavier kemana?" tanya Fidyah."Katanya tadi ke toko buku" ujar Reza."Ooh..""Kalian berdua udah makan?" tanya Reza."Belum, kami barusan datang dan langsung duduk di sini!" ujar Fidyah."Pesan makanan juga belum kok!" sambung Disa."Oh kalau gitu sini gue aja yang pesan makanan, kalian mau makan apa?" ujar Reza menawarkan diri."Eh
Malam yang sangat dingin. Setelah menikmati sore, Xavier kembali pulang kerumahnya. Ia merasa lebih tenang dari sebelumnya."Xavier..." seseorang memanggil namanya. Saat Xavier membuka pintu untuk masuk kerumah, ia terkejut melihat ayah dan ibunya yang duduk bersama di ruang tamu. Dan memanggilnya."Ada apa?" batin Xavier. Xavier berjalan mendekati ayah dan ibunya, kemudian duduk bersama mereka di sofa ruang tamu."Ada apa?" tanya Xavier setelah ia duduk."Kamu sibuk?" tanya ayahnya."Tidak" jawab Xavier seadanya."Rini, buatkan minuman!" perintah ayah Xavier. Rini dan Andi adalah nama orang tua Xavier. Ibu Xavier mengangguk setuju, kemudian berjalan ke arah dapur. Sedangkan Xavier masih terlihat heran, ada hal apa ayah dan ibunya memanggilnya dan duduk bersama di ruang tamu.
"Gimana? Film nya bagus kan?" tanya Fidyah pada Kevin, saat mereka selesai menonton film."Bagus sih, tapi konfilknya terlalu banyak!" jawab Kevin."Justru bagus, konflik di film itu penambah bumbu menarik!" ujar Fidyah semangat."Betul juga sih" Kevin tersenyum. Kevin dan Fidyah berjalan keluar studio film dan bioskop yang ada di mall tersebut, mereka kini berjalan ke play ground."Main yuk!" ajak Kevin."Ayo!" Fidyah menangguk setuju. "Kita mau main apa?" tanya Fidyah melihat sekelilingnya, banyak sekali orang-orang yang sedang sibuk dengan permainan."Itu!" Kevin menunujuk salah satu permainan yang tidak asing."Pencabit boneka itu?" Fidyah mengangkat alisnya sebelah."Iya, ayo!" Kevin menarik tangan Fidyah. "Gimana sih cara mainnya?" Kevin melihat seluruh bacaan petunjuk di permainan tersebut.
Setelah mata kuliah selesai, Xavier ingin bertemu dengan Fidyah di bangku taman kampus. Xavier telah menghubungi Fidyah waktu ia berjalan keluar kelas. Saat ini ia sedang mencari es krim kesukaan Fidyah, Xavier membeli es krim tersebut di sebuah toko yang jaraknya dari kampus cukup jauh. Bahkan Xavier berjalan kaki untuk pergi membeli es krim tersebut.Saat ia telah sampai ke toko, langsung saja Xavier membeli es krim choclate caramel chese. Ia membeli dua buah es krim, untuknya dan Fidyah. Begitu es krim sudah ada ditangannya, ia berlari kecil dan mempercepat langkahnya kembali ke kampus untuk menemui Fidyah yang mungkin sudah bosan menunggunya."Semoga aja, Fidyah masih ada disana!" batin Xavier.Xavier semakin mempercepat langkahnya saat ia benar-benar telah berada di kampus dan menuju ke belakang taman kampus. Xavier telah berada di taman
"Hai Fid!" panggil Xavier dari belakang Fidyah yang sedang berjalan menelusuri koridor kampus."Eh Xavier... hufft... ngagetin aja!" Fidyah menghela nafas sedikit terkejut."Heheh maaf-maaf!" Xavier terkekeh pelan.Xavier dan Nadia berjalan di koridor kampus."Ada apa Vier?" tanya Fidyah saat mereka berjalan bersama."Gak ada apa-apa" jawab Xavier."Ooh.." Fidyah mengangguk pelan."Tadi pagi kamu gak ada di depan gerbang, ama siapa ke kampus?" tanya Xavier."Pagi tadi, aku ke kampus ama temen" jawab Fidyah."Temen? Disa?""Bukan!""Siapa?" tanya Xavier lagi."Dia senior, namanya Kevin. Pagi tadi dia jemput""Berarti kamu pergi ke kampus barengan ama dia?""Iya.. sebenernya aku udah bilang, kalo pagi ini kamu mau jemput, tapi dia bilang unt
Fidyah bersiap berangkat ke kampus hari ini, seperti biasa ia akan menumpang dengan sahabatnya Xavier. Setelah memakai pakian dan sarapan, Fidyah keluar rumah menunggu Xavier untuk menjemputnya."Aku pergi dulu bu!" Fidyah berpamitan kepada ibunya dan berjalan keluar rumah."Iya hati-hati nak..." ujar Ibu Fidyah yang sementara menyetrika pakaian. Fidyah telah berada di luar rumah, ia berdiri di depan gerbang rumahnya menunggu Xavier. Tiba-tiba sebuah mobil audi hitam berhenti di hadapannya. Fidyah terlihat heran, dan kaca mobil tersebut diturunkan, terlihat seorang lelaki yang Fidyah kenal."Masuk!" perintah lelaki tersebut dari dalam mobil sambil memegang stir."Kevin?" Fidyah melototkan matanya terkejut."Iya... ayo masuk!" ujar Kevin."Gue lagi nunggu
Xavier lagi-lagi mengajak Nadia ke suatu tempat, Nadia hanya mengikutinya dari belakang. Xavier mendongak ke langit, matahari sedikit demi sedikit mulai menampakan cahaya kemerahannya, Xavier mempercepat langkahnya. Xavier terus menggenggam dan menarik tangan Nadia, jarak tempat yang dituju Xavier dari lapangan sepak bola tadi tidaklah jauh. Hitungan beberapa menit akhirnya mereka sampai di suatu tempat yang sangat indah. Tempat yang pernah mereka berdua kunjungi sebelumnya."Ini kan.." Nadia terkejut."Gimana? Rindu tempat ini?" Xavier berhenti melangkah dan melepas tangan Nadia dari genggaman nya."Rindu banget" Nadia tersenyum. Xavier dan Nadia tepat berada di Pantai yang pernah mereka kunjungi sebelumnya, Xavier dan Nadia duduk di bawah pohon rindang sambil menunggu langit membakar dirinya."Xavier..." ujar Nadia."Mmm" gumam Xavier.
Xavier dan Nadia masih duduk menikmati pemandangan ciptaan tuhan yang sangat indah."Jadi adik kamu masih di pesantren?" tanya Xavier memulai percakapan."Iya.." jawab Nadia."Berapa lama?" tanya Xavier."3 tahun, tapi kalau ada waktu libur ia pasti pulang""Aku nyesel Nad!""Nyesel? Kenapa?" tanya Nadia."Aku nyesel gak masuk pesantren!" ujar Xavier terlihat murung."Jangan gitu dong, mungkin tuhan punya rencana yang lebih baik! Kan kita gak tau" Nadia menyemangati."Aku juga nyesel!""Nyesel kenapa lagi?" Nadia menaikan sebelah alisnya."Nyesel kenapa baru ketemu kamu sekarang, kenapa gak dari dulu coba!" ujar Xavier tersenyum."Apaan sih Vier gak lucu!" Nadia tersenyum balik."Kalau gak lucu, terus kenapa senyum?""Senyum kan sedekah, e
Kantin Kampus- Reza berjalan keluar kelas dan menuju ke kantin kampus setelah mata kuliah selesai. Setelah Reza sampai di kantin, ia melihat Fidyah dan Disa sedang berada disana, Reza berjalan mengahampiri mereka."Hai... gue boleh gabung duduk disini gak?" sapa Reza berdiri di hadapan mereka."Eh Reza... boleh kok!" ujar Fidyah. Reza duduk bersama mereka."Sendiri Za?" tanya Disa sahabat Fidyah."Iya""Xavier kemana?" tanya Fidyah."Katanya tadi ke toko buku" ujar Reza."Ooh..""Kalian berdua udah makan?" tanya Reza."Belum, kami barusan datang dan langsung duduk di sini!" ujar Fidyah."Pesan makanan juga belum kok!" sambung Disa."Oh kalau gitu sini gue aja yang pesan makanan, kalian mau makan apa?" ujar Reza menawarkan diri."Eh
Satu minggu kemudian, Fidyah telah sehat dan masuk kuliah hari ini juga. Pagi ini sangat sejuk di temani hembusan bayu, dengan tamparan cahaya matahari menghangatkan bumi dan seisi nya. Xavier berangkat ke kampus sendirian, sebenarnya ia ingin mengajak Fidyah ke kampus bersama, namun Fidyah telah di antar oleh ayahnya. Setelah sampai dikampus, Xavier berjalan menelusuri koridor kampus, menaiki tangga hingga ia sampai di depan kelasnya. Xavier memasuki kelasnya dan langsung mengahampiri Reza."Dari mana aja lo? Kok gue baru liat!" ujar Xavier saat duduk disamping Reza."Kemarin gue ke rumah nenek!" ujar Reza."Tumben! Nenek lo kenapa?""Nenek gue masuk rumah sakit""Sakit apaan?""Demam, Flu, Batuk-batuk...""Jadi udah siuman?""Alhamdulillah udah..."