This Novel is owned by Ailana Misha
Please, don’t copy and remake!
On April 18th, 2021
Melbourne, Australia
Hari ini adalah hari pertama dia dan teman-temannya menginjakkan kaki di kampus mereka lagi semenjak liburan semesteran dimulai. Tadi gadis itu masih tidur saat teman-temannya menjemputnya di rumahnya, alhasil dandanannya ke kampus hari ini terlihat ala kadarnya, dia yang memang jarang pakai make up jika ke kampus, pagi ini semakin parah dengan wajah kusut masamnya. Lebih tepatnya wajah kusutnya yang keliatan lebih mayoritas daripada wajah imutnya.
Gadis itu, Dania Adelaine Sanders, hari ini memakai dress terusan hijau tua di atas lutut, dress itu kedodoran baginya, tapi memang dasar yang wataknya tidak pedulian, hal semacam itu bukan hal yang besar baginya. Lagipula dia bukan gadis semacam gadis kampusnya yang update sekali masalah fashion, dan sebagainya.
"Are you teethache, Dan?" tanya Jeanne tanpa dosa, teman dekat Dania.
"Huh.. You all are really amnesia, right?" Dania memutar bola matanya, gadis itu terlihat kesal.
Jeanne, Gadis berwajah bulat itu hanya menyengir kuda. Jeanne adalah partner in crime-nya Dania jika ingin membully Angela yang hobby sekali berdandan, yang anehnya juga punya hobby makan. Menurut Dania, Angela punya perut yang sangat tidak normal, bagaimana bisa cewek yang makannya banyak punya badan yang kurus dan lurus seperti yang Angela punya.
"What happen to Dania, Jean? Did her GPA got down again?" Angela bertanya pada Jeanne yang berjalan disampingnya.
Dania mendelik kesal. Duhh doanya ini anak, kenapa kebangetan sekali. Untung Angela adalah mahasiswa yang berotak liquid, kalau tidak Dania sudah memiting temannya satu itu. Gadis yang memiliki surname Brown itu memang sedari tadi masih menanyai nilai KHS (Kartu Hasil Semester)-nya, padahal jelas–jelas Dania sudah tidak mau menjawab.
“Aku benci dengan kalian tahu!!!" kata Dania dengan bibir yang mencebik itu akhirnya.
"Seharusnya kamu tak perlu takut seperti itu, Dan. Mana mungkin beliau ada di rumahmu kan!?" Jeanne tertawa kacau, gadis itu mengingat kejadian tadi pagi.
"Ya kan beliau menakutkan, Jean!!!” Dania sudah ingin menangis jika mengingat hal itu.
Apa? Ya pagi ini memang dia, Dania dan teman–temannya, memiliki niat untuk ke kampus dan mengambil print out KHS semester kemarin sekalian, lalu membayar Heregistrasi ulang. Tetapi teman - temannya ini bagaimana bisa-bisanya membohonginya hanya karena dirinya masih di pulau kasur saat mereka sudah sampai rumahnya. Mereka mengatakan dosen wali Dania di ganti Mrs. Jolie yang galak dan rewel itu, dan jahatnya lagi Mrs. Jolie sudah ada di ruang tamu rumahnya.
Demi langit terang tak berawan, Dania tidak mau berurusan dengan dosen satu itu lagi. Tidak mau. Sebagai akibatnya, Dania yang belum sadar benar dari efek mengantuknya waktu itu, gadis itu langsung berjalan ke toilet dan malah menabrak lemari pakaiannya sendiri.
Bukannya benci, tetapi lebih tepatnya antipati
Ada pengalaman yang tak enak, pengalaman yang membuat sakit hati jika mengingat kejadian waktu itu. Bukan Dania yang satu-satunya menjadikan Mrs. Jolie bahan gosipan. Dania seperti berada di waktu yang salah dan juga tempat yang salah, pertama kali dia membahas dosen satu itu dengan cerita asmara beliau yang kandas, bersamaan waktu itu pula tanpa disadari olehnya Mrs. Jolie sudah berdiri di belakangnya dengan wajah merah padam saking marahnya.
Sudah dapat diprediksi, selama semester kemarin Dania menjadi target ‘apa–apa salah’ dan ‘apa–apa kurang’ bagi bu dosen itu. Sudah begitu, Mrs. Jolie marah - marah melulu kalau melihat gadis berambut panjang itu.
Teman–temannya bahkan tidak membantu sama sekali, setiap ada Mrs. Jolie lewat di cafetaria, di depan kelas, di lobby, di gazebo kampus, kerjaannya Jeanne dan teman mereka satu lagi, Kevin, malah menunjuk-nunjuk dosen muda itu dengan tangan dan jari telunjuk mereka. Ya, kesannya di mata ibu dosen itu, mereka mendorong Dania untuk mengajak tawuran. Membuat masalah ini semakin panjang tanpa ada yang mau mendinginkan.
Dania sungguhan tak habis pikir, teman-temannya ini kapan bisa kasihan padanya agar berhenti untuk menyangkut-nyangkutkan dirinya dengan Mrs. Jolie. Gadis muda itu ingin kehidupan yang tenang selama tahun terakhirnya di kampus. Tetapi jika melihat mimik muka Mrs. Jolie tiap kali melihatnya, itu rasanya jauh dari tanda–tanda terkabul sepertinya.
Sekarang Dania dan Angela tengah duduk - duduk di kursi panjang di dekat lobby kampus mereka, kedua gadis itu sudah membayar Heregistrasi dan mengambil KHS mereka. Angela melihat lembar KHS-nya yang seperti biasa penuh dengan deretan nilai A, berbeda sembilan puluh derajat dengan milik Dania.
Kurang ajarnya Angela, gadis itu lantas merebut lembar KHS milik Dania dan melakukan prosedur pengujian analitis.
Ya Ampun Angela,
Apa dia pikir kita lagi masuk kelas audit?
Dania menghela nafas. Gadis itu tahu apa itu prosedur analistis. Prosedur pengujian analitis adalah membandingkan laporan periode berjalan dengan periode yang lalu, budget dengan realisasinya serta analisis rasio (misalnya menghitung rasio likuiditas, dan profitabilitas untuk tahun berjalan maupun tahun lalu, dan membandingkannya dengan rasio industri), pengujian ini biasanya sering dilakukan oleh auditor, kerjaannya mata kuliah prodi tetangga, Akuntansi.
Dania membatin, Angela pasti lagi membandingkan nilainya satu persatu dengan punyanya, yang harus ia akui nilainya sudah seperti itik buruk rupa. Punya teman pintar sekelas pula begini ya rasanya. Mengenaskan!
"Nilaiku tak mungkin beranak pinak jadi A semua meski kau memeriksanya berulang kali, Angel..." kata Dania malas, gadis berambut kecokelatan itu melirik sesekali pada Angela yang menatapnya dengan ekspresi puas.
"Andai nilaiku bisa aku transfer padamu.” Angela menawarkan sambil menggelitik dagu bawah Dania.
"Terima kasih dan tak perlu." tetapi Angela malah tertawa mendengarkan jawabannya.
Gadis berambut cokelat panjang itu menyadari Jeanne yang dari beberapa menit yang lalu izin ke toilet masih belum kembali, setidaknya jika Angela masih sibuk dengan nilai miliknya, Dania bisa mengobrol dengan Jeanne masalah boygroupnya yang baru come back dengan single baru mereka. Angela diajak ngobrol begituan, mana akan nyambung.
"Alohaa... Kalian sudah KRS-an belum?" Sekonyong-konyong ada cowok yang muncul dihadapan mereka.
Cowok yang enggak seberapa maskulin, imut banget wajahnya, tetapi cukup menerjemahkan kalau dirinya salah satu aliansi terdepan artisnya anak teknik sipil. Kevin.
"Sudah... Semester ini bakalan menarik ya kan?" Angela mengembalikan lembar KHS-milik Dania, dan menyikutnya.
"Mana aku tahu." jawab Dania asal-asalan.
"Kau mau magang dimana, Dan? Aku sudah titip bilang ke papaku jika aku ingin melamar magang di kantornya." Angela masih bersikeras agar Dania mendengarkannya.
"Iya, ya.... Program studi kalian semester ini mewajibkan program magang."
Kevin membenarkan, cowok itu sekarang berdiri bersedekap di depan Dania. Rasanya mereka bertiga sudah berteman sejak bangku SMA, tetapi malah tidak ada yang berubah, baik Kevin, Angela maupun dirinya, yang berubah hanyalah sekarang ditambah Jeanne ada di grup mereka.
"Magang wajib? Apanya yang wajib magang, Angel?" Dania yang memang tidak tahu apa-apa langsung mentarget topik bahasan satu ini.
Teman-temannya hanya saling pandang heran melihat gadis satu itu. "Bukannya sudah di umumin di website fakultas juga ya? Diinfokan Sistem akademik juga." sahut Angela.
"Memang ada?" Dania mulai merasa ada yang tidak beres.
"Itu program wajib semester ini Dan, kalau kamu tidak segera ambil KRS-an, dosen-dosen pembimbing yang enak pada diambil anak lain lho. Tunggu... Dan, kamu sudah KRS-an kan?" Tanya Angela hati - hati.
KRS itu kepanjangannya Kartu Rencana Studi untuk semester kedepan, kartu ini isinya adalah semua mata kuliah yang akan diambil untuk semester ke depan. KRS biasanya bisa diinput melalui Sistem Informasi Akademik kampus secara online, dan tiap mahasiswa pasti memiliki akun Sistem Informasi Akademiknya sendiri–sendiri.
Setelah menginput KRS, mahasiswa tersebut dapat memprint outnya dan meminta tanda tangan dosen wali-nya. Nah, di dosen wali inilah mahasiswa tersebut dapat berdiskusi dan curhat terkait apakah tepat untuk mengambil mata kuliah tersebut atau tidak, jika diperbolehkan tentu KRS mereka akan dapat ditanda tangani oleh dosen wali.
"Not yet..." Dania meringis.
"Hah!! Seriously??" kompak Kevin, dan Angela menepok jidat mereka. Anak satu ini niat bunuh diri, menurut mereka!
***
At Dania’s House
Melbourne, Australia
Gadis Sanders itu sudah kembali dari kampusnya. Angela, Jeanne, dan Kevin sebenarnya ingin mengajaknya nonton film yang sedang tayang di bioskop sekarang, film genre action, genre yang biasanya Dania sukai, namun gadis itu sedang tidak mood melakukan sesuatu.
Hal yang ingin dilakukannya sekarang adalah menangis dan menyesali betapa sial nasibnya. Bayangkan, dosen yang menjadi dosen pembimbing program magangnya adalah Mrs. Jolie. Saat Sistem Informasi Akademiknya menampilkan nama Mrs. Jolie sebagai dosen pembimbing mata kuliah tersebut pertama kali, rasanya Dania sudah ingin melempar handphonenya ke dalam baskom es serut rasa nanas milik Jeanne. Sahabatnya yang tahu hubungan Dania dan Mrs. Jolie seperti apa, hanya bisa mengelus–elus punggung Dania dengan ucapan–ucapan yang sebenarnya tidak memotivasi sama sekali.
“Tidak apa–apa, Mrs. Jolie pasti sudah bosan sama kamu.”
“Beliau pasti sudah tidak rewel lagi, beliau kemarin cuma PMS saja!”
‘Aku enggak percaya, Mrs. Jolie sudah enggak PMS lagi!’
“Lagian beliau kan perfeksionis sekali, magangmu pasti perfect, Dan!”
Too Perfect punya garis linier dengan gemar menyiksa mahasiswa-nya, anyway....
“Ambil sisi positifnya, nanti kamu akan bisa sering dibimbing olehnya, biar dapat nilai A.”
Arghh.... Kenapa Angela mengingatkannya! Nilai magangku pasti enggak aman ini!!
Dania sudah akan naik ke lantai dua rumahnya, tatkala telepon rumahnya berdering. Dengan langkah goyah nan malas, gadis itu kembali menuju meja kecil dekat televisi di ruang keluarganya, telepon rumahnya masih berdering. Berharap telepon tersebut berhenti menelponnya, namun harapannya sia–sia.
“Hallo, Kediaman keluarga Sanders disini.” sapa Dania awalnya.
“Hallo, sayang. Ini mama. Dania sudah pulang dari kampus kan?” Mama Dania menanyai anak gadis semata wayangnya.
“Ergh..” Dania yang masih pening hanya mengiyakan, tanpa sadar ibunya bahkan tak bisa melihat anggukannya.
“Sayang, mama sudah pesan sandwich di toko kue langganan kita, bisa Dania ambilkan dan antar ke rumah sakit sekarang?”
“Tapi ma...”
“Uangnya ada di atas kulkas, jangan telat okay...”
“Ma... But-“
“Thank you, sweety. Mama harus kerja dulu, Bye~”
Mama Dania sepertinya sedang sibuk dan buru-buru, bahkan sebelum Dania sempat untuk menyatakan keberatannya sekarang, sambungan telepon itu sudah ditutup sepihak oleh ibunya. Rumah sakit tempat ibunya bekerja terletak di pusat kota Melbourne, dan toko roti langganan ibunya ada dua blok dari Rumah sakit tersebut. Tapi kan tetap saja dari rumahnya jauh.
Dania melihat jam dinding, belum jam 12.00 a.m., berarti ibunya masih jam kerja, pantas saja ibunya buru–buru di telepon tadi, namun waktu makan siang tidak lama lagi pikir Dania, tinggal satu jaman, gadis cantik itu harus segera berangkat berarti. Dania lantas mengambil uang seadanya di atas kulkas seperti kata ibunya dan segera meluncurkan motornya ke jalanan kota Melbourne.
***
At Mango Six Cafe
Melbourne, Australia
Suasana cafe ini khas Mango Six kebanyakan, Cafe tersebut memiliki ruang indoor dan outdoor, beberapa pengunjung terlihat mengobrol dengan orang yang duduk di pasangan kursinya. Beberapa pelayan yang berlalu lalang dengan apron warna hijau tua terlihat melayani para pengunjung mereka. Tak terkecuali dengan pelayan yang melayani pengunjung yang berada di meja no. 8 di ruang bagian outdoor. Pelayan tersebut baru saja mengantarkan minuman bagi pengunjung perempuan disana yang sepertinya sedang terlibat pembicaraan serius.
Ya, hanya perempuan saja, karena pengunjung laki–laki di meja tersebut menolak untuk memesan satupun menu disana. Mimik muka pria itu benar–benar tak terbaca, dan jelas bukan ekspresi senang atau bahagia kelihatannya. Sedari pertemuan mereka, pria itu hanya terdiam dengan sorot mata tajam mengawasi perempuan di hadapannya.
“Apakah kamu tak tahu betapa aku merindukanmu...” kata perempuan itu, tangan perempuan itu mencoba meraih jemari tangan pria itu, namun segera ditepis oleh pemilik tangan.
“Kalimat itu bahkan tak pantas untuk kita berdua sekarang.” Dengan dinginnya pria itu berucap, tidak memandang perempuan yang sudah hampir menangis itu.
“Apa karena aku hubungan kita sudah berakhir, kamu mengatakan semua itu?”
Mata perempuan itu kini memerah. Itukah yang menjadi alasan pria ini bersikap seperti itu padanya.
“Are you kidding? Kamu tak lihat situasiku juga?” desis pria itu pelan.
“It isn’t fair for me...”
Wanita itu masih berkepala batu untuk meminta pengertian dari pria itu. Dia sudah meminta maaf bukan, lantas mengapa pria di depannya begitu dingin seperti ini.
“Seharusnya kamu bersyukur aku membungkam pers sialan itu.” Pria itu kini telah memandangnya, namun wajahnya kentara sekali, menahan amarah.
Perempuan dihadapannya masih berusaha untuk meraih atensi pria itu, namun lagi–lagi pria itu mengacuhkannya. Dia benar–benar tak tahu lagi harus melakukan apa lagi pada pria berambut brown black itu. Bagaimana caranya agar pria di depannya mau untuk memaafkannya, dia benar–benar tak ingin kehilangan pria itu.
“Apa yang kamu inginkan? Akan aku lakukan apapun.”
Wanita ber-dress pink pastel itu mengiba, namun nyatanya, sikapnya bahkan bertolak belakang dengan ucapannya, tangan wanita itu masih saja berusaha untuk meraih tangan pria itu yang lagi–lagi ditepis oleh pemiliknya.
“Cukup jauhi dia!” singkat padat dan jelas perintahnya.
Pria itu kini sudah memungut jasnya yang bersender di kursi dan bersiap berdiri dari kursinya. Namun lengannya sudah dicengkeram oleh wanita berambut panjang itu. Kernyitan dahinya menyiratkan jika dia benar–benar kesal pada wanita satu itu. “Aku tak bermaksud unt-”
“Jauhi dia!” ulangnya lagi.
Sebelum wanita itu selesai dengan ucapannya, dia sudah menghempaskan tangan perempuan itu untuk sekian kalinya, dan segera turun menuju tangga kayu Mango Six Cafe. Meninggalkan wanita yang menangis di kursinya dengan sesekali memukul–mukul meja dengan kepalan tangannya.
Your footsteps are so familiar to me
You’re getting farther away
This Novel is owned by Ailana MishaPlease, don’t copy and remake!At Dabella BakeryMelbourne, AustraliaAgak tergesa-gesa, dan agak berlari Dania akhirnya sampai di Dabella Bakery, toko roti langganan mamanya. Dania memasuki bangunan toko roti yang dipulas dengan cat bewarna kuning pucat sewarna dengan warna cheese cake seperti di salah satu etalase toko tersebut. Tak salah toko roti ini menjadi primadona ibu-ibu rumah tangga, selain karena toko tersebut yang sudah berdiri berpuluh-puluh tahun, dengan resep rotinya yang memiliki ciri khas, menurut Dania yang paling berperan adalah bagaimana pemilik toko roti ini dapat memadukan keinginan setiap layer pembelinya, baik remaja maupun orang tua, sebelas dua belas dengan ibunya lah.Dania mendekati meja cashier da
This Novel is owned by Ailana MishaPlease, don’t copy and remake!Melbourne, AustraliaSelama sisa liburan semesterannya, Dania gunakan untuk berkeliling perusahaan berskala menengah ke bawah yang sekiranya bersedia menampung dirinya sebagai anak magang, namun semua menolaknya padahal dia hanya baru bertanya apa mereka butuh anak magang.Padahal ini dia menawari tenaga tanpa upah, apalagi jika minta gaji? Pasti enggak mau sama sekali!Gadis bernama belakang Sanders itu sering mendapati dirinya membuat berbagai rencana untuk menghadapi ibu dosen pembimbing tersayangnya nanti saat kelas semesteran dimulai.Jujur saja, seorang dosen bernama lengkap Rose Amanda Jolie itu berulang kali membuat dirinya berpikir untuk mendrop
This Novel is owned by Ailana MishaPlease, don’t copy and remake!Collins Street, MelbourneIn AustraliaDi sebuah rumah berlantai tiga, di sebuah luxury housing di daerah Colins Street, Melbourne, nampak agak riuh dan ramai dari hari sebelumnya. Rumah yang biasanya sepi semenjak anak bungsu dari pemilik rumah tersebut meninggalkan rumah itu kini kembali hidup. Mungkin lebih tepatnya gaduh dan ribut sekali lantaran putra tuan mereka tiba-tiba pulang dengan disambut suara heboh wanita paruh baya, belum lagi ditambah dengan cekikikan-cekikan kecil pelayan-pelayan rumah tersebut.“Nak, jangan bercanda, mama bisa semakin tua karena memikirkanmu!” seru nyonya rumah tersebut.Seorang wanita yang tengah duduk di kursi keluarga itu terdengar merajuk, sapu tangan k
This Novel is owned by Ailana MishaPlease, don’t copy and remake!Sementara itu, kembali ke kampus Dania. Tak pernah sama sekali dalam diri Dania untuk membayangkan akan tiba saatnya dimana dia akan merasa ingin menjadi seperti Angela. Semua ini karena perihal bagaimana gadis bernama belakang Brown itu yang masuk dalam tim penelitian milik dosennya. Dia memang tak pernah punya niat untuk menyibukkan diri dengan semua hal yang bisa menguras energi dan otaknya. Dania dulu bahkan tak pernah keberatan jika Angela selalu hilang tiba-tiba tiap bertemu dengan Mr. Albert ataupun dosen lainnya, dan sekarang Dania sungguh keberatan saat Mr. Albert mengajak Angela pergi saat ini.Jika Mr. Albert tidak dapat mengizinkan Angela tinggal sesaat untuknya, setidaknya Mr. Albert juga mengajaknya ikut serta. Baiklah pada kapasitas apa juga, Mr. Albert mengajaknya ikut, kenal Dania juga hanya seba
This Novel is owned by Ailana MishaPlease, don’t copy and remake!Meskipun universitas tempatnya sekarang bukanlah universitas favorit nomor satu di negaranya, tetapi baginya kampusnya sudah sangat bagus dan lebih dari cukup bagi dirinya yang serba biasa–biasa saja ini. Seingatnya, mamanya dan dirinya bahkan terlalu bahagia hingga tujuh hari tujuh malam saat mengetahui dia bisa diterima di kampusnya itu. Dania Adelaine Sanders mengedipkan matanya berulang kali, ia hampir menolak prasangka tersebut, semua itu pasti masa dimana dia belum bertemu Mrs. Rose Amanda Jolie, ibu dosen galak satu itu, ya tuhan!Dengan kakinya yang kurus itu, Dania menapaki jalanan di gedung fakultas sebelah. Gedung bewarna putih di sebelah fakultasnya adalah fakultas Psikologi, di fakultas tersebut rutinitas mahasiswanya tidak sesibuk di fakultasnya. Mungkin cerminan dari apa yang diajarkan di fak
This Novel is owned by Ailana MishaPlease, don’t copy and remake!Menunggu Jeanne punya jam kosong di pagi hari, akhirnya hari ini datang juga. Dania pagi itu memutuskan menculik Jeanne dari kelas Business in Design milik gadis itu. Beruntungnya saat ia sampai di kelasnya, dosen yang mengajar Jeanne sedang izin tidak masuk kelas. Dari kemarin, Dania memiliki rencana untuk melihat tempat magang yang direkomendasikan oleh Angela. Jika Dania cocok, dia akan mengirimkan proposal magang yang tentu harus direviu terlebih dahulu oleh Mrs. Rose Jolie.Mengingat ibu dosen di fakultasnya satu itu, Dania sudah ingin pusing, mual, dan ingin muntah. Aduh, aduh.... Besar sekali dampak Mrs. Jolie di hidup masa muda seorang Dania Adelaine Sanders. Jadi tidak mengherankan jika sekarang baik Angela dan Jeanne sudah ada di tempat yang sama dengan Dania, untuk menemani gadis itu menginspeksi
This Novel is owned by Ailana MishaPlease, don’t copy and remake!Jangan berharap pada selain tuhan, apalagi berharap pada manusia. Bukankah di dalam kitab suci berulang kali dijabarkan bila menginginkan sesuatu seharusnya berdoa dengan bersungguh-sungguh, meminta kepada tuhan-nya, bukan malah meminta sana-sini kepada makhluknya. Kalau sampai seperti itu, menduakan tuhan namanya! Manusia memang makhluk tuhan yang memegang juara terkait mematahkan harapan sesamanya dengan begitu sempurna.Itulah yang terjadi dengan Dania sekarang. Karena terlalu berharap dengan seorang makhluk tuhan yang langsing, pinter, bintang kelasnya pula, sekarang gadis bernama belakang Sanders itu jadi jatuh ke jurang kekecewaan. Jurang yang Dania lagi nyari dimana letak tangga naiknya dan juga tali penyelamatnya di pinggir tebing jurang. Bahkan di situasi seperti ini Dania Adelaine Sanders
This Novel is owned by Ailana Misha Please, don’t copy and remake! Shark Royal Hotel At 08.00 p.m. Tak seperti biasanya, jika malam hari seperti ini, pasti akan banyak tamu – tamu atau pegawai hotel yang berlalu - lalang di lobby hotel, keluar masuk dari salah satu hotel ternama di Melbourne, Australia itu. Malam ini yang ada adalah kontrast dari hiruk - pikuk aktivitas para tamu jet set itu. Selepas mata memandang aula depan hotel, lantai marmer lebih mendominasi. Sudah dua hari ini, manager Shark Royal Hotel menginstruksikan untuk membatasi tamu yang mem-book kamar hotel mereka, selang ada meeting penting yang akan dilakukan oleh pemilik hotel mereka di sana besok siang. Sebagai gantinya, hal yang tak kalah heboh ada di ruang meeting utama dan ruang interior hotel itu, para pegawai
This Novel is owned by Ailana MishaPlease, don’t copy and remake!Lois, perempuan berambut pirang itu menatap tajam sebuah LCD besar di ruangan meeting divisinya, Human Resources Department yang sedang ia naungi. Perempuan yang memakai blazer warna biru tua itu mendekapkan lengannya. Ia bersama tiga staffnya sedang mengawasi tayangan rekaman kamera yang berada di lobby perusahaan.Di rekaman tersebut terlihat beberapa orang, meskipun sekarang waktu sudah menunjukkan office hours, jam untuk kerja di kantor Lois, orang-orang itu masih saja duduk di sofa yang berada di lobby, seperti sedang menunggu sesuatu.“Aiden, apa yang ada di dalam kepalamu sekarang?” gumam Lois masih dengan suara yang rendah.“Are you speaking to me?”Lois terkejut saat rekannya menanyakan apakah ia sedang berbicara d
This Novel is owned by Ailana MishaPlease, don’t copy and remake!Tahukah kalian terkait suatu cerita dan kisah dimana tuhan mengabulkan permintaan umatnya yang berdoa dengan bersungguh-sungguh? Yang kalau doa pagi, siang, malam? Lebih sering dari pada jadwal minum obat dari resep dokter?Jadi ini yang terjadi sekarang kepada Dania Adelaine Sanders. Gadis berambut cokelat panjang itu tak menyangka tuhan akan mengabulkan permintaannya dengan begitu cepat. Ia berharap dirinya segera dapat tempat magang untuk mata kuliah internship programnya segera, dan tuhan dengan baiknya mengabulkannya lewat Angela.Temannya yang berotak liquid itu bahkan mencarikannya tempat magang yang sesuai dengan kriteria kadar perfeksionis milik Mr. Rose Jolie. Dania Adelaine Sanders, gadis itu selama di perjalanan ke perusahaan Shark Weygandt Corporation merapalkan semua puja dan pu
This Novel is owned by Ailana MishaPlease, don’t copy and remake!FlashbackAda banyak deru suara mobil yang terdengar bising, ada suara bunyi air hujan yang jatuh. Suaranya memecah jalan setapak bersemen coklat pekat, dan jatuh lagi, satu hal lagi yang menambah basah sol sepatu dari kulit itu menjadi semakin basah. Pemilik sepatu coklat kulit itu mengeratkan gagang payungnya. Payung hijau itu menjeplak terbuka sedari satu jam lalu, menangkup kubangan air hujan yang diluluh lantakkan langit malam ini. Ia basah, begitu juga tepian kain yang digunakan oleh gadis dibawah payung hijau itu.Sekarang ia sudah berada di jalan yang lebih besar. Jalanan beraspal penuh air hujan yang pertama kali ia lihat. Yang membedakan, hanya mobil–mobil di depannya terus saja melaju tanpa hent
This Novel is owned by Ailana MishaPlease, don’t copy and remake!Matahari belum naik ke ufuk timur, seorang gadis berambut panjang kecokelatan tengah membongkar tas ranselnya dengan kecepatan sangat brutal. Bagaimana enggak bisa disebut brutal, bila hampir separuh isi tasnya sudah diambil dan dilempar oleh gadis bernama belakang Sanders itu. Mulai dari tepak pensil, note book kecil, dompet koin, hingga barang-barang kecil milik gadis itu sudah berhamburan tersebar di atas ranjang berbed cover motif polkadot kecil-kecil itu.“Ya ampun, aku taruh mana semalam?” rutuknya sendiri.“Aduhhh, kemana sih?”“Oh my god, enggak ketemu,” teriak Dania langsung mengacak gemas rambutnya yang sudah megar, dan semakin megar.Gadis itu sudah membuka menutup resleting tasnya sampai kesekian kali, setelah resl
This Novel is owned by Ailana MishaPlease, don’t copy and remake!Angela baru sampai di rumahnya cukup petang, gadis itu baru saja selesai membantu mengerjakan proposal Dania. Ternyata untuk membantu mengerjakan proposal magang seseorang membutuhkan waktu yang tidak singkat. Saat dia dan Jeanne mengira proposal Dania telah selesai, Angela baru menyadari jika Dania belum membuat daftar pustaka. Halaman yang sama pentingnya dengan halaman daftar isi.Lucunya disini, Dania lupa dari mana saja dia mengutip kutipan-kutipan kalimat yang menjadi referensinya. Alhasil dalam membuat Bibliography itu Angela kesusahan apabila harus menggunakan aplikasi Mendeley. Jika seorang mahasiswa ingin menggunakan aplikasi Mendeley maka jurnal ilmiah dan buku harus dimasukkan ke dalam aplikasi Mendeley itu terlebih dahulu. Itulah mengapa selama dua jaman, Dania
This Novel is owned by Ailana MishaPlease, don’t copy and remake!Pernah lihat ada banyak buku-buku di sebuah coffee cafe? Bisa saja sebenarnya, karena memang ada juga cafe yang menempatkan beberapa buku sebagai tambahan desain interiornya, atau bahkan sebagai salah satu ikon jika coffee cafe itu juga menyediakan bacaan gratis bagi pengunjung cafenya. Hal itu adalah salah satu dari cara branding untuk bisnis cafe tersebut, seperti yang sering dipraktikkan di cafe yang tersebar di sekitar kawasan universitas ataupun kampus di negara bagian Victoria, Australia ini.Masalahnya lain lagi jika coffee cafe itu tak menyediakan buku bacaan di beberapa sudut ruangannya, seperti di rak-rak buku ataupun beberapa spot meja dengan kursi berbentuk bubble untuk duduk santai. Pemandangan yang mencerminkan hal itu merujuk pada satu meja yang tepat
This Novel is owned by Ailana Misha Please, don’t copy and remake! Jeanne ternyata sudah menunggu Dania di gedung C. Fakultas Ekonomi dan Bisnis adanya di gedung C, gadis berwajah bulat itu berdiri dari duduknya, saat ia melihat kedatangan Dania dengan Kevin. Jeanne melambai pada kedua temannya itu, ia sudah tahu jika Angela sedang sibuk dengan urusan penelitiannya. Gadis berambut panjang itu absen lagi kali ini dari kelasnya. “Jeanne, aku baru saja mau mengirimimu chat!” seru Dania saat Jeanne sudah di dekatnya. “Aku ingat kalau aku ada janji sama kamu, Dan,” jawab Jeanne santai. Jeanne Wu membenarkan cardigan Dania yang terbelit oleh tas ransel gadis itu, Dania tertawa kecil. Dia suka menerima perhatian kecil seperti ini, dalam batin gadis bernama belakang Sanders itu, Nathan sangat beruntung memiliki Jeanne jadi pacarnya. “Cepat lihat Mrs. Jolie sana, Dan
This Novel is owned by Ailana MishaPlease, don’t copy and remake!Kawasan perumahan elit di salah satu kawasan luxury housing di kota Melbourne ini berada di salah satu jalan utama di pusat kota Melbourne, Australia. Itu membuat kawasan perumahan ini sebagai Beverly Hills-nya Melbourne, perumahan disini sungguh indah dan megah. Masuk akal jika kebanyakan politisi besar, artis terkenal Australia, eksekutif bisnis sukses hingga para ekspatriat asing memilih perumahan ini sebagai huniannya, menimbang pada banyaknya orang penting yang tinggal disana, membuat keamanan dan kenyamanan distrik itu berlapis dan eksklusif. Disanalah pula rumah besar keluarga inti Weygandt berdiri selama berdekade-dekade.“Apa anak nakal itu sudah menghubungimu? Hari ini kudengar dia akan mengadakan rapat yang seharusnya diadakan untuk tiga hari ke depan,” tanya seorang pri
This Novel is owned by Ailana Misha Please, don’t copy and remake! Sejujurnya Dania belum memutuskan ia akan mengirimkan proposal magang ke Shark Weygandt Corp. atau tidak, dia memang sudah tahu lokasi perusahaan itu, bukankah kemarin siang ia telah datang kesana bersama teman-temannya? Tetapi justru karena ia sudah tahu dengan perusahaan itu, Dania jadi insecure sekarang. Dia tidak sepercaya diri itu melamar magang ke sebuah perusahaan multinasional, saingannya Apple dan Samsung. Apakah sekarang ceritanya Dania sedang mundur sebelum naik kuda perang? Dia mau jalan kaki aja deh kalau begitu. Angela lagi-lagi dipanggil Mr. Albert untuk mendiskusikan penelitian dosennya itu, ada kabar jika Angela masuk tim mahasiswa yang membantu dalam program dana hibah penelitian dari pemerintah untuk kampus mereka yang memang universitas publik itu. Univers