RUMAH SILUMAN HARIMAUZhao Yuan Shao dan Zhu Shen Mei tiba di Desa Luiyang tepat tengah malam, cahaya-cahaya dari lentera minyak mulai berpendar di desa yang asri. Hutan yang mengelilingi desa, menambah kesan sejuk tapi juga mengandung misteri.Zhao Yuan Shao lekas turun dari kudanya, begitu mereka sudah sampai di rumah sederhana yang berada di puncak bukit. Zhu Shen Mei mengikuti pria siluman itu dan turun dari kuda. Dia berdiri dibelakang Zhao Yuan Shao yang memandang rumah sederhana tapi tampak hangat dan nyaman untuk ditempati.“Ini rumah mu?” tanya Zhu Shen Mei penasaran.“Tentu saja, ayo kita masuk!” ajak Zhao Yuan Shao yang memimpin jalan.Keduanya masuk ke dalam rumah, Zhao Yuan Shao mengarahkan Zhu Shen Mei menuju ruang tamu. Pria siluman itu melepas jubah luarnya yang berbulu, bersiap untuk masuk ke dalam ruang lain di rumahnya.Namun, ada yang aneh di sini. Zhu Shen Mei pun memperhatikan sekeliling dia melihat seisi rumah sudah terang oleh lilin-lilin, sedangkan terasnya di
RUMAH SILUMAN HARIMAU PART IIDalam ruangan tamu kediaman yang dipenuhi oleh lentera-lentera redup, hawa dingin tiba-tiba menyelimuti udara ketika Zhao Yunshi melangkah masuk. Tatapannya tajam, penuh kebencian yang tak tersamarkan, dan di tangannya, pedang es Bing Jian bersinar dalam kilauan biru yang mengancam."Zhu Shen Mei," suaranya terdengar seperti angin dingin yang menusuk, "kau telah mengganggu kehidupan kakakku terlalu lama. Hari ini, aku akan mengakhiri segalanya."Zhu Shen Mei, yang tengah duduk dengan anggun di kursi ukiran giok, hanya tersenyum tipis. Ia perlahan mengangkat kipas gioknya, membuka lipatan-lipatan indah yang tersembunyi di dalamnya."Apa maksud mu Zhao Yunshi, kau terlalu terburu-buru. Dan ya, apakah kau yakin ingin bertarung denganku?"Tanpa menjawab, Zhao Yunshi langsung melesat, pedangnya menebas udara dengan kecepatan luar biasa. Kilatan es membentuk jejak di udara, menciptakan suhu yang seketika turun drastis. Namun, Zhu Shen Mei tidak gentar. Dengan g
“Tidak perlu kau pikirkan, nanti kau akan tahu.” Zhao Yuan Shao menjawab ringan, setelahnya dia bangkit dari duduknya dan tersenyum samar. Zhu Shen Mei mengerucutkan bibirnya, kecewa karena pria siluman itu enggan membagi rahasia perubahan adiknya. Namun dia tidak bisa memaksa, mungkin dia bisa mengetahui itu jika mengenal Zhao bersaudara lebih dalam nantinya. “Cepat bersihkan dirimu, akan kusiapkan sarapan untuk kita bertiga.” Zhao Yuan Shao tersenyum tipis kemudian berbalik badan, pergi meninggalkan kamar tempat Zhu Shen Mei menginap. Perempuan manusia itu mengangguk mengiyakan, dia memilih untuk patuh. Pandangannya jatuh pada pakaian yang sudah disiapkan disamping tempat tidurnya. Senyum perempuan itu mengembang cerah, sama seperti cuaca pagi ini. Tangannya terulur untuk mengambil hanfu putih yang dia yakini telah disiapkan Zhao Yuan Shao untuknya. “Ternyata kucing besar itu cukup baik,” ujarnya tanpa melepas senyum. Zhao Yuan Shao berdiri di dapur kecil mereka, dengan lengan b
“Kau memiliki tanda-tanda reinkarnasi Dewi Gunung,” kata Ao Jun, suaranya datar namun penuh keyakinan. Mata emasnya yang tajam menatap lurus ke arah Zhu Shen Mei.Zhu Shen Mei membeku. Napasnya tercekat sejenak, dan ia menatap Ao Jun dengan sorot mata penuh keterkejutan.“A-apa maksudmu?” tanyanya dengan suara bergetar bergetar.Zhao Yunshi yang duduk di seberangnya langsung mengibaskan tangannya dengan ekspresi tak percaya. Dia menatap Ao Jun dengan tatapan permusuhan, merasa kalau ucapan pria siluman naga itu hanya akan membawa masalah baru baginya dan sang kakak.“Itu tidak mungkin! Jangan bicara sembarangan, Ao Jun.” Zhao Yunshi menanggapi dengan tegas.Namun, Ao Jun tidak terpengaruh oleh penyangkalan Zhao Yunshi. Ia tetap memandang Zhu Shen Mei dengan penuh ketenangan. Dia kembali bersuara setelah meneguk air giok dari botol air ditangannya.“Aku mengenali tanda-tanda itu. Energi yang mengalir dalam dirimu, caramu berinteraksi dengan alam… semuanya mengarah pada satu kesimpulan.
Zhao Yunshi menyilangkan tangan di depan dadanya, ekspresinya jelas menunjukkan ketidakpercayaan. Dengan suara tajam, ia menyanggah tegas.“Tunggu dulu! Bukankah seorang Dewi Gunung seharusnya memiliki tanda khusus di tubuhnya berupa pola angin berwarna putih di tengah dahinya. Itu adalah simbol keilahiannya.”Zhu Shen Mei terkejut mendengar penuturan itu dan tanpa sadar menyentuh dahinya dengan jemarinya yang gemetar. “Aku… aku tidak memiliki tanda seperti itu,” bisiknya.Zhao Yunshi menatap Ao Jun dengan penuh kemenangan, dia bahkan tersenyum puas. “Nah, kau dengar sendiri! Zhu Shen Mei tidak memiliki tanda itu, jadi bagaimana bisa kau begitu yakin bahwa dia adalah reinkarnasi Dewi Gunung?”Ao Jun tetap tenang menghadapi penyangkalan itu, bahkan dia tersenyum samar menanggapi penolakan sang siluman harimau putih. Ia menatap Yunshi sejenak sebelum mengalihkan pandangannya pada Zhu Shen Mei. Dengan nada yang lebih lembut, dia berujar penuh keteanngan.“Tanda itu… tidak selalu terlihat
Sepanjang perjalanan kembali ke Biro Penangkap Siluman, suasana terasa sunyi. Zhu Shen Mei masih terbenam dalam pikirannya, mencoba memahami semua yang terjadi. Zhao Yuan Shao, seperti biasa, tetap tenang, meskipun sesekali ia melirik ke arah Zhu Shen Mei seolah memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja.Namun, begitu mereka tiba di gerbang biro, mereka segera menyadari ada yang tidak beres. Beberapa penjaga yang biasanya berjaga dengan santai kini berdiri dalam posisi siaga, tangan mereka erat menggenggam gagang senjata. Di dalam, suara gaduh terdengar dari arah aula utama.Di tengah aula utama, Zhang Xuancheng berdiri dengan tangan bersedekap. Mata tajamnya menatap mereka, dan di sampingnya, beberapa pejabat biro terlihat gelisah.Zhang Fei, komandan pasukan elite biro, berdiri di barisan depan dengan ekspresi waspada. Di sisi lain, Zhu Rong—ayah Shen Mei sekaligus komandan utama biro—berdiri tegak, tatapannya penuh ketegangan saat melihat putrinya.Zhang Xuancheng akhirnya membuka
Zhang Fei berdiri di depan meja kayu besar dengan tangan mengepal. Matanya tajam menatap Zhao Yuan Shao dan Zhu Shen Mei yang duduk di hadapannya. Cahaya lentera bergetar pelan diiringi keinginan angin malam yang dingin. Setelah perjalanan panjang dan pertarungan sengit, kini justru muncul teka-teki baru yang lebih membingungkan.Zhang Fei dengan menahan amarah, nafasnya pendek-pendek. Dia menatap Zhao Yuan Shao dan Zhu Shen Mei bergantian."Zhao Yuan Shao, Zhu Shen Mei… Kalian harus menjelaskan semuanya sekarang! Kenapa Zhang Xuancheng, yang seharusnya bekerja sama dengan kita, justru menangkap kalian? Apa yang sebenarnya terjadi?" cecarnya.Zhao Yuan Shao terdiam sejenak, tangannya terkepal di atas pahanya. Zhu Shen Mei, meski masih terlihat anggun, matanya dipenuhi kecemasan.Zhao Yuan Shao menghela napas lelah, suaranya dalam sebelum akhirnya menjawab. "Tuan Zhang, aku juga tidak menyangka hal ini akan terjadi… Zhang Xuancheng bukan hanya menangkap kami, tapi dia juga mengubur se
Di pagi hari, cahaya matahari merayap masuk melalui jendela paviliun, menghangatkan meja makan dari kayu cendana yang telah dipenuhi hidangan. Zhao Yuan Shao si siluman harimau merah, duduk dengan tangan terlipat di dada. Memandangi semangkuk bubur panas di depannya dengan tatapan penuh kecurigaan. Di seberangnya, Zhu Shen Mei dengan senyum manis dan mata berbinar, tengah menyeduh teh dengan anggun. Ia mengangkat cangkir dengan kedua tangan dan meniup permukaannya perlahan sebelum menyesap sedikit. “Kenapa kau melihat bubur itu seperti musuh bebuyutan?” tanya Zhu Shen Mei, meletakkan cangkirnya. Zhao Yuan Shao Si mendengus. “Ini terlalu putih. Terlalu lembut. Aku tidak percaya makanan yang tidak memiliki warna seperti ini.” Zhu Shen Mei tertawa kecil. “Jadi kau hanya makan makanan berwarna merah?” “Tentu saja! Aku siluman harimau merah. Daging merah, anggur merah, bahkan cabai merah! Itu makanan sejati.” Zhu Shen Mei menggeleng-geleng. “Maka tak heran kalau perutmu selalu bermasa
Matahari pagi menyusup perlahan di antara celah kabut Desa Liuyang. Embun masih menggantung di rerumputan, dan aroma tanah yang lembap bercampur dengan wangi bunga plum yang mulai bermekaran. Setelah pertarungan semalam dan penutupan celah formasi yang nyaris menelan desa, pagi ini terasa jauh lebih damai.Zhao Yuan Shao berjalan di depan dengan santai, tangan di belakang kepala, dan langkah ringan seperti biasa. Di belakangnya, Zhu Shen Mei menggandeng Xiao Ren yang memeluk boneka kain usang di pelukannya. Anak itu tampak gugup, tapi matanya berbinar, sesekali menatap Zhu Shen Mei dengan rasa percaya yang polos.Zhao Yunshi berjalan pelan di sisi mereka, ekspresi tetap datar dan dingin seperti biasanya, tapi sekali-dua kali menoleh untuk memastikan Xiao Ren tidak tersandung.“Kakak, kau yakin ini rumahnya?” tanya Zhao Yunshi datar.Zhao Yuan Shao menoleh sambil tersenyum lebar, “Tenang saja, aku hanya tersesat dua kali. Itu sudah jauh lebih baik dari biasanya!”Zhu Shen Mei meliriknya
Dari dahi Zhu Shen Mei, sebuah pola angin berwarna perak keemasan menyala, berbentuk seperti pusaran angin dengan titik cahaya di tengahnya. Matanya memutih sesaat, dan tubuhnya bersinar lembut.Siluman serigala membeku di udara.Zhao Yuan Shao yang terjatuh, mendongak dengan mata terbelalak. Ia mengenali tanda itu.“Li Shan... Niangniang?” tanyanya dalam gumam rendah, masih tak percaya apa yang baru saja dia lihat dengan mata kepalanya sendiri.Zhu Shen Mei tidak bicara, matanya tajam menatap musuh. Sorot mata tajam yang sebelumnya tidak pernah perempuan itu miliki.Saat dia mengangkat tangannya, seluruh udara sekitar menjadi padat. Pepohonan merunduk, daun beterbangan, dan cahaya giok menyelimuti tangannya yang memegang kipas.“Kembalilah ke Utara. Atau kau akan kehilangan lebih dari sekadar kebanggaanmu sebagai siluman!”Suara Zhu Shen Mei bergema aneh—seolah dua suara bersamaan, satu miliknya, satu lagi... suara yang lebih tua, lebih megah dan agung.Siluman serigala menggeram mar
Bahkan sebelum tengah hari, mereka bertiga sudah tiba di bagian utara Desa Liuyang yang sepi, tepatnya di kuil tua yang dimaksud oleh Zhao Yuan Shao. Kuil itu sudah sanat berdebu, tampaknya sudah ditinggalkan jauh sebelum para penduduk menghilang.“Kau yakin tempat ini pernah dijadikan tempat ritual penyeimbang aura?” tanya Zhao Yunshi pada sang kakak.Zhao Yuan Shao pun mengangguk, kemudian berdiri sejajar dengan sang adik. Pria siluman itu memandang ke arah pintu masuk kuil. “Aku ingat dulu ayah dan ibu pun ikut dalam ritual itu,” balasnnya.Kuil tua itu berdiri muram di bawah langit kelabu. Bangunannya sebagian sudah ditelan lumut, genting-gentingnya jatuh, dan di bagian barat aula doa, pohon beringin raksasa tumbuh menembus atap, akarnya menjalar seperti tangan makhluk purba yang tertidur. Angin yang bertiup dari arah utara membawa bau amis samar yang membuat bulu kuduk berdiri.Begitu mereka melangkah masuk ke aula utama, langkah mereka terhenti.“Ada darah,” lirih Zhu Shen Mei s
Ruang makan keluarga Zhao tak besar, namun nyaman. Dindingnya dihiasi lukisan tinta bergambar gunung bersalju dan harimau putih melompat di antara pinus—lukisan lama yang dibuat oleh ayah mereka bertahun-tahun lalu. Di tengah, sebuah meja kayu bundar telah ditata rapi dengan bubur panas, sayur asin, telur rebus, dan teh hangat.Zhao Yuan Shao duduk dengan santai, satu kaki dinaikkan ke lutut satunya. Ia sedang membagi telur rebus dengan sumpitnya—dan entah kenapa, telur itu malah terbang terpental ke piring Shen Mei.“Ups! Maaf tapi sepertinya itu tanda dari langit, mungkin.” Zhao Yuan Shao berlagak dramatis. “Tanda apa?” tanya Zhu Shen Mei dengan kening yang berkerut. “Itu artinya kau dan aku… sudah berjodoh sampai sebutir telur pun, langsung tertuju ke arah mu. Seluruh alam semesta tahu perasaanku.”Lagi-lagi Zhao Yuan Shao membual, tentu saja itu membuat Zhao Yunshi, yang duduk di sebelah kiri Zhu Shen Mei, menghela napas panjang.“Kau pasti melewatkan pelajaran logika sela
Mendengar rintihan Zhu Shen Mei dalam tidur, membuat hati pria siluman itu terasa sesak. Meski Zhu Shen Mei tidak akan ingat apa yang dia impikan dalam tidur. Tapi kesedihannya akan dirasakan sampai esok hari, dan Zhao Yuan Shao tidak menyukai itu.“Hou Qi,” lirih Zhu Shen Mi lagi, kali ini air mata mulai jatuh dari kelopak matanya yang indah. Zhao Yuan Shao bangkit dari duduknya dan dengan ragu-ragu mulai mendekati tempat tidur Zhu Shen Mei.Gadis itu menggeliat, wajahnya memucat, dahi berkeringat serta tangan yang menggenggam erat selimutnya. Bibirnya terus menggumam nama yang sama, nama Hou Qi siluman Zhao Yuan Shao. Namun Zhu Shen Mei memanggilnya dengan suara begitu pilu seakan memanggil dari masa ratusan tahun lalu.Zhao Yuan Shao menunduk, jantungnya berdetak pelan. Dia duduk di tepi ranjang, memandang wajah Zhu Shen Mei dalam-dalam, meski tidak menyentuhnya sama sekali.“Aku di sini, Shen Mei. Aku di sini bersama mu.”Zhu Shen Mei bergumam lirih, matanya tetap terpejam, tapi
Langit sudah gelap sempurna saat Zhao Yuan Shao, Zhao Yunshi, dan Zhu Shen Mei semakin masuk ke dalam desa. Mereka pun akhirnya memilih untuk beristirahat di kediaman Zhao, karena hanya tempat itu saja yang tidak tercemar oleh aura roh perantara.Zhao Yunshi masuk terlebih dahulu, seketika lentera-lentera yang ada di kediaman menyala dengan sendirinya. Sementara Zhu Shen Mei masih berdiri di halaamn kediaman sambil menatap jauh ke jalan berbatu yang baru saja mereka lewati.“Shen Mei, ada apa?” tanya Zhao Yuan Shao yang memang hendak menaiki tangga. Dai menoleh ketika tidak mendengar langkah kaki sang arsiparis mengekori dirinya.Zhu Shen Mei menoleh, lalu tersenyum hambar berusaha menyembunyikan rasa khawatir. “Tidak ada, ayo kita masuk!” ajaknya.Mereka pun masuk ke kediaman dengan Zhu Shen Mei yang terus mendorong Zhao Yuan Shao. Menghalangi pria siluman itu untuk melihat apa yang ada di luar kediaman.Zhao Yuan Shao menyalakan lentera gantung di ruang utama. Cahaya hangat menyeba
Setelah pertarungan usai dan kabut memudar, ketiganya duduk sejenak di beranda sebuah rumah kosong. Zhao Yunshi bersandar di tiang kayu, matanya terpejam, masih mengumpulkan kekuatan. Sementara itu, Zhu Shen Mei berdiri di halaman, membuka gulungan catatan roh miliknya, menulis cepat di permukaan kertas dengan kuas kecil yang mengeluarkan cahaya giok.“Kau mencatat pertarungan kita?” tanya Zhao Yuan Shao sambil mengikat kembali sarung pedangnya.Zhu Shen Mei menoleh sebentar. “Tidak. Aku menulis surat wasiat. Kalau nanti mati dibantai siluman, kau tahu di mana harta karun milik ku, iya kan?”Zhao Yuan Shao mengangguk mantap sembari bersidekap, berlagak serius. “Tentu. Di balik rak buku, di belakang lukisan burung bangau, tiga langkah ke kanan, lantai kayu keempat bisa dicungkil.”Zhu Shen Mei mematung, sangat terkejut dengan jawaban pria siluman itu. "Kau mengintip kamarku?” todongnya dengan mata terbelalak sempurna. “Bukan mengintip, tapi memastikan tempat persembunyian calon istri
Zhao Yuan Shao menatap sekeliling, lalu mengangkat tangannya pelan. Ia membentuk mudra, mengalirkan sedikit energi spiritual ke udara. "Ada resonansi.” Wajahnya menegang. “Sesuatu menyerap roh di sekitar sini. Perlahan... dan sangat hati-hati. Bahkan roh tanaman dan hewan tak terasa.” Zhao Yunshi menyipitkan mata. “Ini kerja siluman tingkat tinggi. Tapi aneh... kalau ini niat jahat, kenapa meninggalkan bangunan utuh? Kenapa tidak menghancurkan, membakar, atau mencemari?” Zhu Shen Mei menjawab perlahan, “Mungkin karena siluman ini tidak datang untuk menghancurkan… tapi untuk berdiam.” Mereka bertiga saling bertukar pandang. Sebuah pengertian tak terucapkan mulai tumbuh: apa pun yang mengambil alih desa ini, itu tidak sedang bersembunyi. Ia menunggu. Tiba-tiba, dari rumah tua di ujung jalan, terdengar suara pintu berderit. Zhao Yuan Shao langsung berdiri di depan Zhu Shen Mei, satu tangan terangkat membentuk perisai energi kecil di antara mereka. “Tetap di belakangku,” katanya da
Aroma obat herbal dan dupa pembersih masih samar tercium dari bangsal penyembuhan. Akan tetapi Zhao Yunshi sudah berdiri dengan anggun, rambut peraknya dikuncir separuh, jubah putih gadingnya berkibar pelan saat angin sore menerpa. Bekas luka serangan siluman wabah Hui telah hilang dari kulitnya, namun sisa-sisa kelelahan masih tampak di sorot matanya. Di sebelahnya, sang kakak, Zhao Yuan Shao, tampak lebih tenang dari biasanya, meski jelas tak sepenuhnya lega. Tubuhnya tegap dalam jubah penangkap siluman berwarna gelap, namun sorot mata itu—yang hanya muncul saat menatap adiknya—terlihat teduh, penuh perhatian. "Aku ingin kembali ke Desa Liuyang kak," ucap Zhao Yunshi dengan tenang. Meski ini juga terdengar sebagai permintaan yang mendadak. “Kau yakin ingin kembali sekarang?” tanya Zhao Yuan Shao, suaranya rendah namun mengandung nada khawatir. “Tubuhmu mungkin sudah pulih, tapi luka akibat siluman wabah Hui tak semudah itu untuk sembuh," imbuhnya. Zhao Yunshi menatap jau