Sepanjang perjalanan kembali ke Biro Penangkap Siluman, suasana terasa sunyi. Zhu Shen Mei masih terbenam dalam pikirannya, mencoba memahami semua yang terjadi. Zhao Yuan Shao, seperti biasa, tetap tenang, meskipun sesekali ia melirik ke arah Zhu Shen Mei seolah memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja.Namun, begitu mereka tiba di gerbang biro, mereka segera menyadari ada yang tidak beres. Beberapa penjaga yang biasanya berjaga dengan santai kini berdiri dalam posisi siaga, tangan mereka erat menggenggam gagang senjata. Di dalam, suara gaduh terdengar dari arah aula utama.Di tengah aula utama, Zhang Xuancheng berdiri dengan tangan bersedekap. Mata tajamnya menatap mereka, dan di sampingnya, beberapa pejabat biro terlihat gelisah.Zhang Fei, komandan pasukan elite biro, berdiri di barisan depan dengan ekspresi waspada. Di sisi lain, Zhu Rong—ayah Shen Mei sekaligus komandan utama biro—berdiri tegak, tatapannya penuh ketegangan saat melihat putrinya.Zhang Xuancheng akhirnya membuka
Zhang Fei berdiri di depan meja kayu besar dengan tangan mengepal. Matanya tajam menatap Zhao Yuan Shao dan Zhu Shen Mei yang duduk di hadapannya. Cahaya lentera bergetar pelan diiringi keinginan angin malam yang dingin. Setelah perjalanan panjang dan pertarungan sengit, kini justru muncul teka-teki baru yang lebih membingungkan.Zhang Fei dengan menahan amarah, nafasnya pendek-pendek. Dia menatap Zhao Yuan Shao dan Zhu Shen Mei bergantian."Zhao Yuan Shao, Zhu Shen Mei… Kalian harus menjelaskan semuanya sekarang! Kenapa Zhang Xuancheng, yang seharusnya bekerja sama dengan kita, justru menangkap kalian? Apa yang sebenarnya terjadi?" cecarnya.Zhao Yuan Shao terdiam sejenak, tangannya terkepal di atas pahanya. Zhu Shen Mei, meski masih terlihat anggun, matanya dipenuhi kecemasan.Zhao Yuan Shao menghela napas lelah, suaranya dalam sebelum akhirnya menjawab. "Tuan Zhang, aku juga tidak menyangka hal ini akan terjadi… Zhang Xuancheng bukan hanya menangkap kami, tapi dia juga mengubur se
Di pagi hari, cahaya matahari merayap masuk melalui jendela paviliun, menghangatkan meja makan dari kayu cendana yang telah dipenuhi hidangan. Zhao Yuan Shao si siluman harimau merah, duduk dengan tangan terlipat di dada. Memandangi semangkuk bubur panas di depannya dengan tatapan penuh kecurigaan. Di seberangnya, Zhu Shen Mei dengan senyum manis dan mata berbinar, tengah menyeduh teh dengan anggun. Ia mengangkat cangkir dengan kedua tangan dan meniup permukaannya perlahan sebelum menyesap sedikit. “Kenapa kau melihat bubur itu seperti musuh bebuyutan?” tanya Zhu Shen Mei, meletakkan cangkirnya. Zhao Yuan Shao Si mendengus. “Ini terlalu putih. Terlalu lembut. Aku tidak percaya makanan yang tidak memiliki warna seperti ini.” Zhu Shen Mei tertawa kecil. “Jadi kau hanya makan makanan berwarna merah?” “Tentu saja! Aku siluman harimau merah. Daging merah, anggur merah, bahkan cabai merah! Itu makanan sejati.” Zhu Shen Mei menggeleng-geleng. “Maka tak heran kalau perutmu selalu bermasa
Kota Changsa, hari ke-2, bulan ke-9.Zhang Fei melirik Zhu Shen Mei dan Zhao Yuan Shao bergantian, sebelum menghembuskan nafas berat. Cahaya matahari pagi menyusup lewat jendela-jendela besar, menerangi lantai batu yang dingin. Di aula utama, Zhu Shen Mei, Zhang Fei, dan Zhao Yuan Shao masih berdiskusi tentang rencana mereka untuk mendapatkan bukti pengkhianatan Zhang Xuancheng.“Ini akan lebih rumit dari yang kita pikirkan, dan kita tidak bisa bergerak hanya mengandalkan tiga orang.”“Kenapa? bukankah ini lebih efektif?” Zhu Shen Mei mengerutkan keningnya, tidak mengerti.“Shen Mei, kita berurusan dengan pemerintahan sekarang. Bukan kah kita juga memerlukan seseorang yang paham akan seluk beluk pemerintahan juga demi kelancaran misi?” Zhang Fei tampak lebih serius.Berbeda dengan Zhan Fei dan Zhu Shen Mei yang otot-otot wajahnya Sudha menegang, dan tampak garang. Zhao Yuan Shao malah bersikap santai, dia menyandarkan tubuhnya di pagar biro penangkap siluman.“Kenapa kalian para manus
Tanpa menunggu lebih lama, Zhang Fei melangkah ke depan dengan penuh keyakinan, tubuhnya tegap dan sorot matanya tajam. Begitu dia berada dalam jangkauan penjaga, suaranya bergema seperti petir di pagi yang tenang. sementara itu Zhao Yuan shao dan Zhao Yunshi mulai bergerak masuk ke kediaman Zhang Xuancheng."ZHANG XUANCHENG! KELUAR DAN HADAPI AKU!"Para penjaga langsung waspada, tangan mereka meraih gagang pedang. Salah satu dari mereka melangkah maju. "Siapa kau, berani membuat keributan di depan rumah ini?"Zhang Fei menyeringai tipis, tatapannya menusuk. "Seseorang yang menginginkan jawaban. Zhang Xuancheng punya hutang yang harus dia lunasi!"Beberapa penjaga mulai bergerak, terlihat siap menyerang kapan saja. Sementara itu, Zhu Shen Mei beraksi dengan caranya sendiri. Dia berjalan santai ke arah sebuah gerobak yang dipenuhi kendi-kendi arak, milik seorang pedagang tua yang sedang sibuk mengatur dagangannya. Dengan satu gerakan halus, dia menyenggol gerobak itu dengan kakinya.BR
Keributan di depan kediaman Zhang Xuancheng semakin memanas. Para penjaga telah bersiap dengan tangan di gagang pedang mereka, mata mereka tajam menatap Zhang Fei yang berdiri tegak, tak tergoyahkan. Di sisi lain, Zhu Shen Mei masih dengan santai bersandar pada tiang kayu gerbang, namun matanya terus mengamati gerak-gerik pria berjubah mewah yang tadi memperhatikannya.Di depan mereka, Zhang Xuancheng berdiri dengan wajah tegang, berusaha menjaga ketenangannya, tapi keringat tipis di dahinya tidak bisa berbohong."Aku tidak tahu apa yang kalian inginkan," katanya dengan suara berusaha terdengar tenang. "Tapi kalian telah melewati batas dengan membuat keributan seperti ini," imbuhnya.Zhang Fei menatap lurus ke arah pria itu, suaranya dingin dan tegas. Kemudian dengan langkah yang mantap, dia berjalan mendekat. Aura mengintimidasi langsung menguar dari dirinya, dan langsung menatap Zhang Xuancheng dengan tatatapan tajam."Batas sudah lama kau lewati, Zhang Xuancheng. Kami hanya ingin m
Angin malam berembus dingin, membawa aroma darah yang masih segar dari tubuh Zhang Xuancheng yang kini tak bernyawa. Zhu Shen Mei berdiri dengan tangan terlipat, matanya masih terpaku pada tubuh pria malang itu, sementara Zhang Fei mengepalkan tinjunya dengan rahang mengeras. Saat ini mereka semua sudah kembali ke biro penanhkap siluman.Zhao Yuan Shao dan Zhao Yunshi muncul dari bayangan, langkah mereka hampir tak bersuara. Keduanya membawa gulungan surat yang tadi mereka ambil dari ruang dokumen di kediaman Zhang Xuancheng siang tadi.“Zhao Yuan Shao, kau siang tadi menyebut nama Gong gong. Apa benar sihir yang kita rasakan di kediaman Zhang Xuancheng tadi adalah mantra pembalik ilusi?’’ todong Zhu Shen Mei saat melihat pria siluman dan adiknya itu masuk.Zhao Yuan Shao mengangguk membenarkan, dia ikut berdiri memperhatikan mayat Zhang Xuancheng. “Itu benar,’’ balasnya tenang.Zhang Fei menatap mereka dengan tajam. "Gong Gong? Kau bicara tentang monster air yang hidup dua belas ribu
Udara malam terasa sejuk, menyapu pelan kelopak-kelopak begonia yang berguguran dari dahan, menghampar lembut di tanah. Cahaya bulan meresap di antara dedaunan, menciptakan siluet yang indah namun sendu. Zhu Shen Mei duduk bersandar di batang pohon besar itu, kepalanya sedikit tertunduk, matanya menatap kosong ke telapak tangannya yang menggenggam sehelai daun.Langkah kaki ringan terdengar mendekat. Tanpa perlu menoleh, dia tahu siapa yang datang."Aku tahu kau akan datang," katanya tanpa ekspresi, meski ada nada lelah dalam suaranya.Zhao Yuan Shao berdiri di hadapannya, bersedekap dengan ekspresi santai seperti biasa. "Tentu saja. Aku tidak mungkin melewatkan kesempatan melihat Zhu Shen Mei yang biasanya banyak bicara justru duduk termenung seperti ini. Keajaiban semacam ini jarang terjadi."Zhu Shen Mei mendengus, melemparkan tatapan malas ke arahnya. "Apa kau datang hanya untuk mengejekku?"Zhao Yuan Shao mengangkat bahu, lalu tanpa permisi, dia duduk di sampingnya, bersandar ke
Matahari pagi menyusup perlahan di antara celah kabut Desa Liuyang. Embun masih menggantung di rerumputan, dan aroma tanah yang lembap bercampur dengan wangi bunga plum yang mulai bermekaran. Setelah pertarungan semalam dan penutupan celah formasi yang nyaris menelan desa, pagi ini terasa jauh lebih damai.Zhao Yuan Shao berjalan di depan dengan santai, tangan di belakang kepala, dan langkah ringan seperti biasa. Di belakangnya, Zhu Shen Mei menggandeng Xiao Ren yang memeluk boneka kain usang di pelukannya. Anak itu tampak gugup, tapi matanya berbinar, sesekali menatap Zhu Shen Mei dengan rasa percaya yang polos.Zhao Yunshi berjalan pelan di sisi mereka, ekspresi tetap datar dan dingin seperti biasanya, tapi sekali-dua kali menoleh untuk memastikan Xiao Ren tidak tersandung.“Kakak, kau yakin ini rumahnya?” tanya Zhao Yunshi datar.Zhao Yuan Shao menoleh sambil tersenyum lebar, “Tenang saja, aku hanya tersesat dua kali. Itu sudah jauh lebih baik dari biasanya!”Zhu Shen Mei meliriknya
Dari dahi Zhu Shen Mei, sebuah pola angin berwarna perak keemasan menyala, berbentuk seperti pusaran angin dengan titik cahaya di tengahnya. Matanya memutih sesaat, dan tubuhnya bersinar lembut.Siluman serigala membeku di udara.Zhao Yuan Shao yang terjatuh, mendongak dengan mata terbelalak. Ia mengenali tanda itu.“Li Shan... Niangniang?” tanyanya dalam gumam rendah, masih tak percaya apa yang baru saja dia lihat dengan mata kepalanya sendiri.Zhu Shen Mei tidak bicara, matanya tajam menatap musuh. Sorot mata tajam yang sebelumnya tidak pernah perempuan itu miliki.Saat dia mengangkat tangannya, seluruh udara sekitar menjadi padat. Pepohonan merunduk, daun beterbangan, dan cahaya giok menyelimuti tangannya yang memegang kipas.“Kembalilah ke Utara. Atau kau akan kehilangan lebih dari sekadar kebanggaanmu sebagai siluman!”Suara Zhu Shen Mei bergema aneh—seolah dua suara bersamaan, satu miliknya, satu lagi... suara yang lebih tua, lebih megah dan agung.Siluman serigala menggeram mar
Bahkan sebelum tengah hari, mereka bertiga sudah tiba di bagian utara Desa Liuyang yang sepi, tepatnya di kuil tua yang dimaksud oleh Zhao Yuan Shao. Kuil itu sudah sanat berdebu, tampaknya sudah ditinggalkan jauh sebelum para penduduk menghilang.“Kau yakin tempat ini pernah dijadikan tempat ritual penyeimbang aura?” tanya Zhao Yunshi pada sang kakak.Zhao Yuan Shao pun mengangguk, kemudian berdiri sejajar dengan sang adik. Pria siluman itu memandang ke arah pintu masuk kuil. “Aku ingat dulu ayah dan ibu pun ikut dalam ritual itu,” balasnnya.Kuil tua itu berdiri muram di bawah langit kelabu. Bangunannya sebagian sudah ditelan lumut, genting-gentingnya jatuh, dan di bagian barat aula doa, pohon beringin raksasa tumbuh menembus atap, akarnya menjalar seperti tangan makhluk purba yang tertidur. Angin yang bertiup dari arah utara membawa bau amis samar yang membuat bulu kuduk berdiri.Begitu mereka melangkah masuk ke aula utama, langkah mereka terhenti.“Ada darah,” lirih Zhu Shen Mei s
Ruang makan keluarga Zhao tak besar, namun nyaman. Dindingnya dihiasi lukisan tinta bergambar gunung bersalju dan harimau putih melompat di antara pinus—lukisan lama yang dibuat oleh ayah mereka bertahun-tahun lalu. Di tengah, sebuah meja kayu bundar telah ditata rapi dengan bubur panas, sayur asin, telur rebus, dan teh hangat.Zhao Yuan Shao duduk dengan santai, satu kaki dinaikkan ke lutut satunya. Ia sedang membagi telur rebus dengan sumpitnya—dan entah kenapa, telur itu malah terbang terpental ke piring Shen Mei.“Ups! Maaf tapi sepertinya itu tanda dari langit, mungkin.” Zhao Yuan Shao berlagak dramatis. “Tanda apa?” tanya Zhu Shen Mei dengan kening yang berkerut. “Itu artinya kau dan aku… sudah berjodoh sampai sebutir telur pun, langsung tertuju ke arah mu. Seluruh alam semesta tahu perasaanku.”Lagi-lagi Zhao Yuan Shao membual, tentu saja itu membuat Zhao Yunshi, yang duduk di sebelah kiri Zhu Shen Mei, menghela napas panjang.“Kau pasti melewatkan pelajaran logika sela
Mendengar rintihan Zhu Shen Mei dalam tidur, membuat hati pria siluman itu terasa sesak. Meski Zhu Shen Mei tidak akan ingat apa yang dia impikan dalam tidur. Tapi kesedihannya akan dirasakan sampai esok hari, dan Zhao Yuan Shao tidak menyukai itu.“Hou Qi,” lirih Zhu Shen Mi lagi, kali ini air mata mulai jatuh dari kelopak matanya yang indah. Zhao Yuan Shao bangkit dari duduknya dan dengan ragu-ragu mulai mendekati tempat tidur Zhu Shen Mei.Gadis itu menggeliat, wajahnya memucat, dahi berkeringat serta tangan yang menggenggam erat selimutnya. Bibirnya terus menggumam nama yang sama, nama Hou Qi siluman Zhao Yuan Shao. Namun Zhu Shen Mei memanggilnya dengan suara begitu pilu seakan memanggil dari masa ratusan tahun lalu.Zhao Yuan Shao menunduk, jantungnya berdetak pelan. Dia duduk di tepi ranjang, memandang wajah Zhu Shen Mei dalam-dalam, meski tidak menyentuhnya sama sekali.“Aku di sini, Shen Mei. Aku di sini bersama mu.”Zhu Shen Mei bergumam lirih, matanya tetap terpejam, tapi
Langit sudah gelap sempurna saat Zhao Yuan Shao, Zhao Yunshi, dan Zhu Shen Mei semakin masuk ke dalam desa. Mereka pun akhirnya memilih untuk beristirahat di kediaman Zhao, karena hanya tempat itu saja yang tidak tercemar oleh aura roh perantara.Zhao Yunshi masuk terlebih dahulu, seketika lentera-lentera yang ada di kediaman menyala dengan sendirinya. Sementara Zhu Shen Mei masih berdiri di halaamn kediaman sambil menatap jauh ke jalan berbatu yang baru saja mereka lewati.“Shen Mei, ada apa?” tanya Zhao Yuan Shao yang memang hendak menaiki tangga. Dai menoleh ketika tidak mendengar langkah kaki sang arsiparis mengekori dirinya.Zhu Shen Mei menoleh, lalu tersenyum hambar berusaha menyembunyikan rasa khawatir. “Tidak ada, ayo kita masuk!” ajaknya.Mereka pun masuk ke kediaman dengan Zhu Shen Mei yang terus mendorong Zhao Yuan Shao. Menghalangi pria siluman itu untuk melihat apa yang ada di luar kediaman.Zhao Yuan Shao menyalakan lentera gantung di ruang utama. Cahaya hangat menyeba
Setelah pertarungan usai dan kabut memudar, ketiganya duduk sejenak di beranda sebuah rumah kosong. Zhao Yunshi bersandar di tiang kayu, matanya terpejam, masih mengumpulkan kekuatan. Sementara itu, Zhu Shen Mei berdiri di halaman, membuka gulungan catatan roh miliknya, menulis cepat di permukaan kertas dengan kuas kecil yang mengeluarkan cahaya giok.“Kau mencatat pertarungan kita?” tanya Zhao Yuan Shao sambil mengikat kembali sarung pedangnya.Zhu Shen Mei menoleh sebentar. “Tidak. Aku menulis surat wasiat. Kalau nanti mati dibantai siluman, kau tahu di mana harta karun milik ku, iya kan?”Zhao Yuan Shao mengangguk mantap sembari bersidekap, berlagak serius. “Tentu. Di balik rak buku, di belakang lukisan burung bangau, tiga langkah ke kanan, lantai kayu keempat bisa dicungkil.”Zhu Shen Mei mematung, sangat terkejut dengan jawaban pria siluman itu. "Kau mengintip kamarku?” todongnya dengan mata terbelalak sempurna. “Bukan mengintip, tapi memastikan tempat persembunyian calon istri
Zhao Yuan Shao menatap sekeliling, lalu mengangkat tangannya pelan. Ia membentuk mudra, mengalirkan sedikit energi spiritual ke udara. "Ada resonansi.” Wajahnya menegang. “Sesuatu menyerap roh di sekitar sini. Perlahan... dan sangat hati-hati. Bahkan roh tanaman dan hewan tak terasa.” Zhao Yunshi menyipitkan mata. “Ini kerja siluman tingkat tinggi. Tapi aneh... kalau ini niat jahat, kenapa meninggalkan bangunan utuh? Kenapa tidak menghancurkan, membakar, atau mencemari?” Zhu Shen Mei menjawab perlahan, “Mungkin karena siluman ini tidak datang untuk menghancurkan… tapi untuk berdiam.” Mereka bertiga saling bertukar pandang. Sebuah pengertian tak terucapkan mulai tumbuh: apa pun yang mengambil alih desa ini, itu tidak sedang bersembunyi. Ia menunggu. Tiba-tiba, dari rumah tua di ujung jalan, terdengar suara pintu berderit. Zhao Yuan Shao langsung berdiri di depan Zhu Shen Mei, satu tangan terangkat membentuk perisai energi kecil di antara mereka. “Tetap di belakangku,” katanya da
Aroma obat herbal dan dupa pembersih masih samar tercium dari bangsal penyembuhan. Akan tetapi Zhao Yunshi sudah berdiri dengan anggun, rambut peraknya dikuncir separuh, jubah putih gadingnya berkibar pelan saat angin sore menerpa. Bekas luka serangan siluman wabah Hui telah hilang dari kulitnya, namun sisa-sisa kelelahan masih tampak di sorot matanya. Di sebelahnya, sang kakak, Zhao Yuan Shao, tampak lebih tenang dari biasanya, meski jelas tak sepenuhnya lega. Tubuhnya tegap dalam jubah penangkap siluman berwarna gelap, namun sorot mata itu—yang hanya muncul saat menatap adiknya—terlihat teduh, penuh perhatian. "Aku ingin kembali ke Desa Liuyang kak," ucap Zhao Yunshi dengan tenang. Meski ini juga terdengar sebagai permintaan yang mendadak. “Kau yakin ingin kembali sekarang?” tanya Zhao Yuan Shao, suaranya rendah namun mengandung nada khawatir. “Tubuhmu mungkin sudah pulih, tapi luka akibat siluman wabah Hui tak semudah itu untuk sembuh," imbuhnya. Zhao Yunshi menatap jau