Di dalam aula samping Biro Penangkap Siluman, Zhao Yuan Shao berdiri tegak di hadapan Zhu Rong. Sorot mata pria dengan rambut yang memutih katena uban itu tajam, menelusuri setiap detail ekspresi Zhao Yuan Shao."Aku telah menepati bagianku dalam perjanjian kita," Zhao Yuan Shao memulai, suaranya tegas namun sarat dengan ketegangan."Aku membantu biro penangkap siluman menyelesaikan kasus-kasus, sehaeusnya ini cukup untuk memastikan biro ini akan stabil tanpa ancaman dari pihak lain termasuk Depertemen Kehakiman. Kini, aku ingin jawaban."Zhu Rong tersenyum tipis, ketukan jarinya di lengan singgasana menggema di ruangan yang sunyi. "Kau ingin jawaban tentang Zhu Shen Mei?"Zhao Yuan Shao mengangguk. "Aku tidak bisa begitu saja mempercayai bahwa dia adalah reinkarnasi Dewi Gunung Li. Aku telah melihatnya, telah bertarung bersamanya, tapi tidak ada tanda-tanda yang meyakinkanku bahwa dia adalah dewi yang kembali ke dunia ini."Zhu Rong menatap Zhao Yuan Shao lama sebelum akhirnya berkat
Di luar bangunan Biro Penangkap Siluman, Zhao Yunshi sduah berdiri tenang dengan kedua tangan yang terlipat didepan dada. Kemudian tidak lama, sang kakak baru saja keluar melintasi gerbang utama biro.“Kau senang bermain-main dengan manusia?” tanya Zhao Yunshi, nadanya sinis lengkap dengan sorot mata yang tajam menunjukkan rasa tidak suka yang khas.Bukannya marah, Zhao Yuan Shao malah tersenyum tipis lalu berjalan mendekati sang adik. Tangannya terangkat, lalu terulur untuk mengacak pelan ujung kepala perempuan siluman itu.“Rupanya adikku sedang cemburu, hm? Kau takut aku terlalu senang bermain dengan manusia hingga melupakan mu?”“Kau sering melakukan itu! Kau hampir melupakan ku setiap kali berurusan dengan manusia di biro ini. Jika saja aku tidak datang ke Kota Changsa, mungkin kau sudah lupa punya saudara!” geram Zhao Yunshi dengan wajah yang ditekuk, tangannya juga masih terlipat didepan dada. Persis seperti anak kecil yang tengah merajuk.“Aku tidak akan lupa, mau bagaimana pu
KASUS KELUARGA WEN“Kalau begitu, kita harus menyampaikan hal ini pada yang lain. Baru kita akan mulai bertindak,” usul Zhu Shen Mei yang hendak berbalik badan untuk pergi dari ruang kerjanya.“Tidak perlu,” potong Zhao Yuan Sho dengan nada yang tenang, dan dingin. Dia juga lekas menarik pergelanan tangan Zhu Shen Mei untuk menghentikan langkah perempaun dengan hanfu hijau muda itu.Tentu saja itu membuat Zhu Shen Mei mengerutkan keningnya heran, sekaligus waspada diwaktu yang sama. Dia kemudian mendekat ke arah pria siluman itu, memperhatiakn wajahnya yang tetap tenang dan tidak bisa dibaca isi hatinya.“Kau berniat untuk menyembunyikan ini? Sebenarnya apa rencana mu?” todong perempuan itu dengan tegas.“Aku tidak berniat menyembunyikannya, hanya saja biarkan mereka tidak tahu untuk sementara.”“Itu sama saja bodoh!”Zhao Yuan Shao tetap tenang. “Baiklah, biar aku yang akan mengurusnya.”“Apa, tapi kenapa?” Zhu Shen Mei mencoba menarik tangannya, tapi cengkeraman pria itu tetap kokoh
Angin dingin bertiup, membuat daun-daun kering berguguran di halaman yang dipenuhi rumput liar. Cahaya lentera yang dibawa Zhao Yuan Shao berpendar samar, menerangi jejak waktu yang tertinggal di bangunan tua itu. "Kita benar-benar masuk?" Zhu Shen Mei bertanya, suaranya rendah namun mantap. Zhao Yuan Shao meliriknya sekilas sebelum mendorong pintu utama yang berderit nyaring. "Kita harus tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini," gumamnya. Rumah itu masih menyimpan aroma kayu tua dan debu, bercampur dengan sesuatu yang lebih samar—sebuah bau besi yang sudah pudar, mungkin darah yang tertinggal sejak tragedi itu terjadi. Mereka melangkah masuk dengan hati-hati, tatapan mereka menyapu ruangan yang penuh dengan perabotan tertutup kain putih. Seolah-olah waktu berhenti di tempat ini. "Menurut catatan biro investigasi, keluarga Wen dibantai secara misterius, tanpa ada tanda-tanda perlawanan. Tidak ada saksi, tidak ada petunjuk siapa pelakunya," ujar Zhu Shen Mei seraya menyentuh meja k
Zhao Yuan Shao dan Zhu Shen Mei berdiri di halaman rumah keluarga Wen yang sunyi. Angin malam berhembus, membawa sisa aroma debu dan misteri yang belum terpecahkan. Meski adrenalin masih mengalir setelah pertarungan dengan pria berjubah, kelelahan mulai menguasai tubuh mereka."Aku benci mengakuinya," ujar Zhu Shen Mei, merapikan lengan bajunya yang sedikit kotor, "tapi kita perlu istirahat. Aku tidak akan bisa berpikir jernih kalau tubuhku remuk seperti ini."Zhao Yuan Shao menyarungkan pedangnya dan mendengus pelan. "Kau bisa berpikir jernih?" godanya.Zhu Shen Mei melayangkan tatapan tajam. "Jangan mulai. Kau sendiri terlihat seperti akan roboh dalam hitungan detik.""Kalau aku roboh, aku masih bisa menyeretmu bersamaku," sahut Zhao Yuan Shao santai.Zhu Shen Mei mendengus dan melangkah pergi lebih dulu. "Ayo pergi sebelum aku benar-benar melemparmu ke rawa-rawa terdekat."Mereka akhirnya menemukan sebuah penginapan kecil di pinggir desa. Bangunannya sederhana, dengan lentera-lente
“Astaga! Aku tidak menyangka Nona Zhu yang terkenal sangat serius dan menjunjung tinggi norma. Sekarang tidur satu kamar dengan seorang pria yang belum dinikahi,” cibir Zhao Yuan Shao yang terang-terangan meledek Zhu Shen Mei. Perempuan itu memejamkan mata, muak juga menghadapi sikap Zhao Yuan Shao yang terus saja bicara omong kosong. “Bukankah kita satu kamar karena terpaksa? Toh tidak terjadi apa-apa, jadi jangan berlebihan!” Zhao Yuan Shao tersenyum miring, dia berdiri dan mendekat ke arah ranjang tempat dimana Zhu Shen Mei masih berbaring. “Kau yakin?” tanyanya dengan seringai kecil. Raut wajah Zhu Shen Mei berubah, mendadak dia was-was. “Apa maksud mu?”“Maksudku, apa kau yakin kalau tidak terjadi apa-apa diantara kita? Semalam kau tertidur pulas sekali, dan pagi ini aku masih duduk di samping kau berbaring.” Zhao Yuan Shao masih saja berkata santai, tapi nadanya tetap misterius. Zhu Shen Mei yang semula masih berbaring langsung duduk begitu Zhao Yuan Shao menyelesaika
Pisau hitam melesat ke arah Zhu Shen Mei, tajam berkilat di bawah sinar rembulan yang menerobos celah-celah bangunan. Ia hanya punya sepersekian detik untuk bereaksi. Tangannya sudah bergerak, mencoba menahan serangan dengan kipas gioknya, tapi— “Cih, dasar manusia lamban!” Zhao Yuan Shao menerjang dari samping. Cakar tajamnya membelah udara, menangkis pisau itu dengan suara dentingan keras. Namun, dorongan serangan itu cukup kuat hingga keduanya terdorong mundur. Zhu Shen Mei jatuh terduduk, nyaris kehilangan keseimbangan. “Aku tidak lamban! Itu tadi terlalu cepat!” protesnya sambil merangkak bangkit. Zhao Yuan Shao menyeringai. “Kau hampir menjadi tusukan sate. Tapi bersyukurlah, aku ada di sini.” Sosok misterius itu tidak membuang waktu. Dengan gerakan cepat, ia melompat ke jendela, bersiap melarikan diri. “Tidak kali ini!” Zhu Shen Mei menghunus belatinya dan melemparkan jimat lain. Jimat itu berubah menjadi rantai bercahaya yang melilit pergelangan kaki si pr
MEMBAWA BUKTI PEMBANTAIANHujan masih turun dengan deras, setelah Zhao Yuan Shao dan Zhu Shen Mei kembali dari rumah penasehat Gao Wen Yu. Tujuan mereka saat ini adalah kembali ke kediaman Keluarga Wen, untuk mencari tahu seusatu yang mungkin terlewat dari penyelidikan mereka kemarin.Air hujan membasahi atap bangunan keluarga Wen yang masih berdiri megah namun sunyi. Zhao Yuan Shao dan Zhu Shen Mei berdiri di halaman depan, memandangi kediaman yang tampak tidak tersentuh oleh waktu, tetapi menyimpan rahasia kelam."Jadi kemungkinan terbesarnya adalah mereka membantai seluruh keluarga Wen hanya untuk menutupi kebusukan sendiri," suara Zhu Shen Mei bergetar oleh kemarahan yang ia tahan. Tangannya mengepal erat hingga buku-buku jarinya memutih begitu mereka sampai.Zhao Yuan Shao melangkah masuk, matanya menyapu sekeliling ruangan yang masih tertata rapi. Ia berjalan menuju ruang kerja kepala keluarga Wen, Wen Lao, dan menemukan sebuah laci yang tidak terkunci. Dengan hati-hati, ia memb
Bahkan sebelum tengah hari, mereka bertiga sudah tiba di bagian utara Desa Liuyang yang sepi, tepatnya di kuil tua yang dimaksud oleh Zhao Yuan Shao. Kuil itu sudah sanat berdebu, tampaknya sudah ditinggalkan jauh sebelum para penduduk menghilang.“Kau yakin tempat ini pernah dijadikan tempat ritual penyeimbang aura?” tanya Zhao Yunshi pada sang kakak.Zhao Yuan Shao pun mengangguk, kemudian berdiri sejajar dengan sang adik. Pria siluman itu memandang ke arah pintu masuk kuil. “Aku ingat dulu ayah dan ibu pun ikut dalam ritual itu,” balasnnya.Kuil tua itu berdiri muram di bawah langit kelabu. Bangunannya sebagian sudah ditelan lumut, genting-gentingnya jatuh, dan di bagian barat aula doa, pohon beringin raksasa tumbuh menembus atap, akarnya menjalar seperti tangan makhluk purba yang tertidur. Angin yang bertiup dari arah utara membawa bau amis samar yang membuat bulu kuduk berdiri.Begitu mereka melangkah masuk ke aula utama, langkah mereka terhenti.“Ada darah,” lirih Zhu Shen Mei s
Ruang makan keluarga Zhao tak besar, namun nyaman. Dindingnya dihiasi lukisan tinta bergambar gunung bersalju dan harimau putih melompat di antara pinus—lukisan lama yang dibuat oleh ayah mereka bertahun-tahun lalu. Di tengah, sebuah meja kayu bundar telah ditata rapi dengan bubur panas, sayur asin, telur rebus, dan teh hangat.Zhao Yuan Shao duduk dengan santai, satu kaki dinaikkan ke lutut satunya. Ia sedang membagi telur rebus dengan sumpitnya—dan entah kenapa, telur itu malah terbang terpental ke piring Shen Mei.“Ups! Maaf tapi sepertinya itu tanda dari langit, mungkin.” Zhao Yuan Shao berlagak dramatis. “Tanda apa?” tanya Zhu Shen Mei dengan kening yang berkerut. “Itu artinya kau dan aku… sudah berjodoh sampai sebutir telur pun, langsung tertuju ke arah mu. Seluruh alam semesta tahu perasaanku.”Lagi-lagi Zhao Yuan Shao membual, tentu saja itu membuat Zhao Yunshi, yang duduk di sebelah kiri Zhu Shen Mei, menghela napas panjang.“Kau pasti melewatkan pelajaran logika sela
Mendengar rintihan Zhu Shen Mei dalam tidur, membuat hati pria siluman itu terasa sesak. Meski Zhu Shen Mei tidak akan ingat apa yang dia impikan dalam tidur. Tapi kesedihannya akan dirasakan sampai esok hari, dan Zhao Yuan Shao tidak menyukai itu.“Hou Qi,” lirih Zhu Shen Mi lagi, kali ini air mata mulai jatuh dari kelopak matanya yang indah. Zhao Yuan Shao bangkit dari duduknya dan dengan ragu-ragu mulai mendekati tempat tidur Zhu Shen Mei.Gadis itu menggeliat, wajahnya memucat, dahi berkeringat serta tangan yang menggenggam erat selimutnya. Bibirnya terus menggumam nama yang sama, nama Hou Qi siluman Zhao Yuan Shao. Namun Zhu Shen Mei memanggilnya dengan suara begitu pilu seakan memanggil dari masa ratusan tahun lalu.Zhao Yuan Shao menunduk, jantungnya berdetak pelan. Dia duduk di tepi ranjang, memandang wajah Zhu Shen Mei dalam-dalam, meski tidak menyentuhnya sama sekali.“Aku di sini, Shen Mei. Aku di sini bersama mu.”Zhu Shen Mei bergumam lirih, matanya tetap terpejam, tapi
Langit sudah gelap sempurna saat Zhao Yuan Shao, Zhao Yunshi, dan Zhu Shen Mei semakin masuk ke dalam desa. Mereka pun akhirnya memilih untuk beristirahat di kediaman Zhao, karena hanya tempat itu saja yang tidak tercemar oleh aura roh perantara.Zhao Yunshi masuk terlebih dahulu, seketika lentera-lentera yang ada di kediaman menyala dengan sendirinya. Sementara Zhu Shen Mei masih berdiri di halaamn kediaman sambil menatap jauh ke jalan berbatu yang baru saja mereka lewati.“Shen Mei, ada apa?” tanya Zhao Yuan Shao yang memang hendak menaiki tangga. Dai menoleh ketika tidak mendengar langkah kaki sang arsiparis mengekori dirinya.Zhu Shen Mei menoleh, lalu tersenyum hambar berusaha menyembunyikan rasa khawatir. “Tidak ada, ayo kita masuk!” ajaknya.Mereka pun masuk ke kediaman dengan Zhu Shen Mei yang terus mendorong Zhao Yuan Shao. Menghalangi pria siluman itu untuk melihat apa yang ada di luar kediaman.Zhao Yuan Shao menyalakan lentera gantung di ruang utama. Cahaya hangat menyeba
Setelah pertarungan usai dan kabut memudar, ketiganya duduk sejenak di beranda sebuah rumah kosong. Zhao Yunshi bersandar di tiang kayu, matanya terpejam, masih mengumpulkan kekuatan. Sementara itu, Zhu Shen Mei berdiri di halaman, membuka gulungan catatan roh miliknya, menulis cepat di permukaan kertas dengan kuas kecil yang mengeluarkan cahaya giok.“Kau mencatat pertarungan kita?” tanya Zhao Yuan Shao sambil mengikat kembali sarung pedangnya.Zhu Shen Mei menoleh sebentar. “Tidak. Aku menulis surat wasiat. Kalau nanti mati dibantai siluman, kau tahu di mana harta karun milik ku, iya kan?”Zhao Yuan Shao mengangguk mantap sembari bersidekap, berlagak serius. “Tentu. Di balik rak buku, di belakang lukisan burung bangau, tiga langkah ke kanan, lantai kayu keempat bisa dicungkil.”Zhu Shen Mei mematung, sangat terkejut dengan jawaban pria siluman itu. "Kau mengintip kamarku?” todongnya dengan mata terbelalak sempurna. “Bukan mengintip, tapi memastikan tempat persembunyian calon istri
Zhao Yuan Shao menatap sekeliling, lalu mengangkat tangannya pelan. Ia membentuk mudra, mengalirkan sedikit energi spiritual ke udara. "Ada resonansi.” Wajahnya menegang. “Sesuatu menyerap roh di sekitar sini. Perlahan... dan sangat hati-hati. Bahkan roh tanaman dan hewan tak terasa.” Zhao Yunshi menyipitkan mata. “Ini kerja siluman tingkat tinggi. Tapi aneh... kalau ini niat jahat, kenapa meninggalkan bangunan utuh? Kenapa tidak menghancurkan, membakar, atau mencemari?” Zhu Shen Mei menjawab perlahan, “Mungkin karena siluman ini tidak datang untuk menghancurkan… tapi untuk berdiam.” Mereka bertiga saling bertukar pandang. Sebuah pengertian tak terucapkan mulai tumbuh: apa pun yang mengambil alih desa ini, itu tidak sedang bersembunyi. Ia menunggu. Tiba-tiba, dari rumah tua di ujung jalan, terdengar suara pintu berderit. Zhao Yuan Shao langsung berdiri di depan Zhu Shen Mei, satu tangan terangkat membentuk perisai energi kecil di antara mereka. “Tetap di belakangku,” katanya da
Aroma obat herbal dan dupa pembersih masih samar tercium dari bangsal penyembuhan. Akan tetapi Zhao Yunshi sudah berdiri dengan anggun, rambut peraknya dikuncir separuh, jubah putih gadingnya berkibar pelan saat angin sore menerpa. Bekas luka serangan siluman wabah Hui telah hilang dari kulitnya, namun sisa-sisa kelelahan masih tampak di sorot matanya. Di sebelahnya, sang kakak, Zhao Yuan Shao, tampak lebih tenang dari biasanya, meski jelas tak sepenuhnya lega. Tubuhnya tegap dalam jubah penangkap siluman berwarna gelap, namun sorot mata itu—yang hanya muncul saat menatap adiknya—terlihat teduh, penuh perhatian. "Aku ingin kembali ke Desa Liuyang kak," ucap Zhao Yunshi dengan tenang. Meski ini juga terdengar sebagai permintaan yang mendadak. “Kau yakin ingin kembali sekarang?” tanya Zhao Yuan Shao, suaranya rendah namun mengandung nada khawatir. “Tubuhmu mungkin sudah pulih, tapi luka akibat siluman wabah Hui tak semudah itu untuk sembuh," imbuhnya. Zhao Yunshi menatap jau
Langit mulai gelap ketika suasana di biro penangkap siluman terasa lebih sunyi dari biasanya. Di serambi yang sama, Zhu Shen Mei dan Zhao Yuan Shao masih duduk berdua, namun kali ini tanpa candaan. “Kau melihatnya juga, kan?” suara Zhu Shen Mei terdengar pelan, tapi tegas. Zhao Yuan Shao mengangkat alis. “Maksudmu darah Zhang Fei?” Zhu Shen Mei mengangguk, sorot matanya tajam. “Itu bukan darah manusia biasa… bahkan bukan darah manusia sama sekali.” Zhao Yuan Shao mendecak, ekspresi wajahnya berubah serius. “Aku juga memperhatikannya. Luka di lengannya saat dia hendak memberikan darahnya untuk Bai Hu, darahnya menghitam terlalu cepat. Seperti… darah siluman.” Hening sesaat. Angin malam berhembus, membawa hawa dingin yang membuat bulu kuduk berdiri. “Kau yakin dia manusia?” tanya Zhu Shen Mei pelan. Zhao Yuan Shao menggertakkan giginya. “Zhang Fei sudah bertahun-tahun berada di biro. Jika dia bukan manusia, pasti seseorang sudah menyadarinya sejak dulu. Tapi…” “Tapi darahnya tid
Cahaya pagi yang hangat menembus jendela kamar Zhao Yunshi, menerangi ruangan dengan sinar lembut. Aroma ramuan herbal masih samar tercium, bercampur dengan udara pagi yang segar. Di atas dipan, Zhao Yunshi mulai membuka matanya perlahan. “Ah, kau akhirnya bangun juga,” suara akrab itu terdengar sebelum matanya benar-benar fokus. Zhao Yuan Shao duduk di kursi di samping tempat tidur, satu kakinya disilangkan dengan santai, sementara tangannya memegang cangkir teh. Tatapan hangat bercampur keisengan khasnya terpancar dari matanya. “Kak.” suara Zhao Yunshi masih serak, tapi lebih kuat dari sebelumnya. Ia mencoba bangkit, tapi Zhao Yuan Shao segera menahan bahunya dengan lembut. “Pelan-pelan. Kau belum sepenuhnya pulih.” Zhao Yunshi menghela napas dan mengangguk. “Aku merasa jauh lebih baik. Itu berarti… obatnya berhasil?” tanyanya. Zhao Yuan Shao mengangguk, tapi senyum di wajahnya sedikit meredup. “Ya, tapi bukan hanya karena akar bunga giok hitam dari Gunung Langfeng.” Z