cuss lanjut baca bab berikutnya yuk ๐ซถ๐ซถ
Pagi masih menyisakan sisa embun saat Elle terbangun perlahan. Kelopak matanya terasa berat, dan tubuhnya masih terbungkus selimut lembut yang menghangatkan tubuhnya dari udara dingin pagi. Ia mengerjap pelan, mencoba menyesuaikan pandangan dengan cahaya lembut yang masuk dari sela-sela tirai. Ia menguap, baru teringat pada percintaan panas di dapur sebelumnya yang membuatnya sekujur tubuhnya remuk, sehingga Ryuu menggendong tubuhnya ke dalam kamar. Karena terlalu lelah, Elle pun langsung tertidur dan tak mengingat apa pun yang terjadi sesudahnya. Suara gemericik air dari kamar mandi membuatnya tersenyum, membayangkan Ryuu yang berada di dalamnya. Ryuu-nya yang tampan dengan tubuhnya yang penuh otot namun ramping, kuat dan sangat berstamina. Tunggu. Apa barusan Elle mengatakan "Ryuu-nya?" Sontak saja wajah gadis itu merona dengan tiba-tiba. Ya ampun, apa dia sudah ketularan Ryuu yang dengan mudahnya mengklaim kepemilikan? Elle tertawa malu seraya menggigit bibirn
Langit biru membentang luas di kejauhan, dihiasi awan tipis yang melayang tenang. Suara baling-baling helikopter terdengar konsisten dan mantap, mengisi ruang kabin dengan dengung lembut yang anehnya terasa menenangkan bagi Elle. Ia duduk di kursi kulit yang empuk, bersandar dengan Ayaka yang tertidur pulas di pangkuannya. Tangan mungil gadis kecil itu menggenggam jemari Elle dengan erat, seolah tak ingin terlepas. Tepat di seberang Elle, ada Ryuu yang sedang memangku Akio yang juga telah terlelap. Tubuh kecil bocah itu bersandar nyaman di dada Daddy-nya, dan sesekali mengguman pelan dalam tidurnya. Elle pun mengalihkan pandangannya ke jendela. Dari ketinggian ini, Lakeview Inn tampak semakin lama semakin mengecil, hingga nyaris tak terlihat di antara pepohonan yang menghijau. Tempat yang selama ini menjadi rumah yang nyaman serta awal dari semua kebahagiaan dalam hidupnya. Perasaan Elle bercampur aduk. Ada duka yang menggelayut, karena ia meninggalkan lokasi yang s
Di dalam sebuah walk-in closet mewah, seorang gadis berdiri diam dalam gaun malam berwarna biru safir yang membalut tubuhnya dengan anggun. Potongannya sederhana namun tampak elegan, memperlihatkan lekuk bahu dan tulang selangkanya dengan cara yang begitu lembut. Rambutnya yang coklat gelap berkilau disanggul rapi dengan beberapa helai dibiarkan menjuntai, menambah kesan lembut sekaligus dewasa. Gadis itu menatap pantulan dirinya di depan cermin, mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa ia telah siap. Tapi masalahnya, sejak tadi jantungnya terus berdegup dengan kencang. Malam ini Ryuu mengajak Elle makan malam di luar, namun ini bukanlah makan malam biasa. Ini adalah jamuan eksklusif yang diadakan oleh salah satu klien terbesar di perusahaan Ryuu, yaitu keluarga Hamilton, penguasa properti dan perhotelan di New York. Para tamu yang hadir adalah orang-orang penting, kalangan atas, dan tentu saja para sosialita dan pebisnis yang memiliki banyak kepentingan. Termasuk
Mentari pagi menyusup lembut melalui celah-celah tirai jendela rumah bergaya modern-minimalis yang berdiri megah di tengah kawasan elit itu. Udara segar mengalir melalui jendela yang terbuka sebagian, membelai lembut kulit Elle saat kakinya melangkah turun dari lantai atas. Rambut coklat gelapnya yang biasanya digerai, kini diikat seadanya hingga membentuk sanggul kecil yang manis di atas kepala. Entah ada dorongan dari mana, pagi ini Elle merasa ingin melakukan sesuatu yang sederhana tapi hangat untuk Ryuu dan kedua anaknya. Yaitu... memasak. Terbiasa melakukan segala sesuatunya sendiri sewaktu di Lakeview Inn, rasanya Elle mulai bosan karena semua kebutuhannya telah tersedia di Mansion ini. Semuanya memang tampak luar biasa mewah, tapi Elle merasa seolah ada yang hilang darinya. Well, ia harus melakukan sesuatu agar pikirannya tidak melantur kemana-mana, dan sekarang ia sudah tidak sabar untuk menyentuh alat-alat memasak. Entah kenapa, membayangkan wajah Ayaka da
Suasana pagi yang cerah berlanjut hingga ke halaman depan rumah. Matahari dengan sinarnya yang lembut menggantung manis di langit, angin sepoi-sepoi membawa aroma rumput yang baru disiram. Di depan mobil hitam mengilap yang sudah menunggu, Ayaka dan Akio berjalan beriringan sambil saling sikut-menyikut menyikut untuk memperebutkan perhatian Elle. โAku duluan yang cerita!โ seru Akio sambil memeluk tangan Elle di sebelah kanan. โEnggak, aku!โ Ayaka merenggut tangan Elle dari sisi kiri dan memelototi saudara kembarnya. Elle hanya tertawa kecil, membiarkan keduanya bersandar di tubuhnya sambil melangkah bersama-sama menuju ke mobil. โOke, semuanya boleh cerita. Tapi gantian ya?โ ucapnya lembut. Elle memiliki senyum yang lebar, tulus, seperti embun pagi yang mendinginkan hati siapa pun yang melihatnya. Salah satu hal yang membuat keluarga kecil Takahashi ini jatuh hati kepadanya. โAku punya teman baru, namanya Rin! Dia menyukai Hello Kitty sama sepertiku. Kami duduk bers
Bangunan sekolah itu menjulang megah di depan mata Elle, menampilkan arsitektur elegan bergaya neoklasik dengan sentuhan modern yang menakjubkan. Pilar-pilar tinggi, jendela besar berbingkai emas, dan taman luas yang tertata rapi menyambut setiap tamu dengan keanggunan mereka yang hampir membuat Elle menahan napas. Sekolah ini... lebih mirip istana daripada institusi pendidikan. "Wowโฆ" bisiknya penuh kekaguman dan tanpa sadar. Tangan mungil Ayaka menggenggam erat jari-jarinya di sisi kanan, sementara Akio menggandeng tangan kirinya dengan santai. Mereka bertiga berjalan menyusuri jalan masuk utama, langkah-langkah kecil dan riang si kembar terdengar kontras dengan bangunan megah di depan mereka. "Ini aula utama. Tempat upacara dan pertunjukan," tukas Akio tenang, sambil menunjuk bangunan dengan kubah besar di sebelah kiri. "Dan yang di sana adalah ruang seni! Ada piano dan alat musik yang sangaat lengkap, Elle juga harus lihat ya!" Ayaka menambahkan dengan penuh seman
Suara langkah kaki di atas rumput basah terdengar pelan. Elle menoleh dari tempatnya duduk di ayunan kayu di pojok taman belakang, tepat di bawah pohon maple tua yang menjulang megah. Udara pagi masih membawa hawa sejuk, aroma tanah dan embun bercampur dengan wangi bunga dari taman pribadi yang baru seminggu ini ia kenal. Ryuu berjalan pelan ke arahnya. Pria itu hanya mengenakan kaus putih tipis yang dan celana katun santai. Rambutnya yang gelap sepertinya hanya dirapikan asal-asalan, tanda bahwa ia baru saja bangun dari tidur. Namun wajahnya masih terlalu tampan dan penuh senyum menatap Elle, membuat napas gadis itu seketika tercekat. Terutama ketika ia kembali teringat saat semalam Ryuu menyentuhnya, sama intens dan penuh gelora seperti malam-malam sebelumnya. Tanpa berkata-kata, pria itu lalu duduk di samping Elle. Memandangi angin pagi yang menyapu rambut coklatnya, membuat beberapa helai yang terlepas dari ikatan longgar itu menari di udara. โMorning, Sayang,โ ucap Ryu
Sepeninggal Reina yang diusir oleh Ryuu, makan siang itu pun tetap berlanjut.Ayaka dan Akio kembali berceloteh seru, saling bersaing menceritakan kejadian lucu di sekolah hari itu dan membuat ruangan makan yang sebelumnya sempat mencekam kini kembali ramai. Namun di antara suara tawa anak-anak itu, ada sebuah kesunyian lain yang tak kasat mata. Elle masih tersenyum dan menanggapi cerita si kembar dengan sikap yang hangat, namun Ryuu tahu bahwa ada sesuatu dalam nada bicaranya yang berubah. Ada jeda yang terlalu lama sebelum ia merespons, ada senyum yang terlalu rapi serta terlalu tenang. Dan yang paling membuat Ryuu gelisah, Elle sama sekali tidak menoleh ke arahnya. Ryuu mencuri pandang beberapa kali, mencoba mencari isyarat di wajah gadis itu. Namun Elle tidak memberikan celah sedikit pun. Ia tetap melanjutkan makannya dengan anggun, seolah tak terjadi apa-apa. Tapi Ryuu tahu. Ia tahu jika Elle telah mendengar jelas ucapan Reina tadi. Reina memang sengaja melontarkan b
Elle turun dari mobil dengan langkah-langkah pelan. Lakeview Inn tampak sepi seperti biasanya, hanya suara gesekan dedaunan serta kicau burung yang terdengar samar di kejauhan. Angin musim semi menyapu rambutnya, membawa aroma danau yang tenang dan nostalgia yang samar. Ia berdiri beberapa saat di depan pintu, memandang ke properti miliknya yang dulu selalu menjadi tempat perlindungan dari dunia luar. Bangunan tua berbalut ketenangan itu kini terasa seperti satu-satunya tempat yang tidak akan mengkhianatinya. Tidak seperti semua orang yang ia kenal. Saat kakinya menyentuh lantai kayu ruang tengah yang dingin dan sunyi, Elle pun menghela satu napas panjang. Sendiri. Lagi-lagi ia sendiri. Tapi sesungguhnya untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa kesendirian iniโฆ ternyata tidaklah menyakitkan. Justru sebaliknya. "Mungkin memang sepatutnya seperti ini," guman Elle. Mungkin tidak semua kebersamaan itu berarti. Mungkin sendiri tidak selalu sepiโฆ tapi sebuah pilihan untuk me
Elle duduk di kursi belakang dengan tangan terlipat di pangkuannya. Kini ia tengah berada di dalam mobil yang melaju perlahan, keluar dari gerbang Mansion Takahashi yang megah. Di balik jendela yang mulai berembun oleh embusan udara dingin dari AC, Elle menatap kosong ke luar. Dunia di sekelilingnya seperti bergerak lambat, tak sejalan dengan kekacauan yang sedang berkecamuk di dalam dirinya. Sang supir yaitu seorang pria paruh baya berseragam rapi, sedikit menoleh ke arahnya melalui kaca spion di bagian tengah. โKe mana kita akan pergi, Nona Elle?โ tanyanya sopan. Elle mengangkat wajah, dan terdiam untuk sejenak. Ia bahkan tidak tahu harus ke mana. Sekujur tubuhnya masih dipenuhi amarah dan luka. Kata-kata Ryuu, atau lebih tepatnya keengganannya untuk berkata apa punโฆ membuat hatinya terasa seperti diremas dari dalam. Setelah beberapa saat ia berpikir, Elle pun menarik napas panjang dan menjawab, โLakeview Inn," ucapnya akhirnya. "Itu tujuan kita." Supir itu ha
Sepeninggal Reina yang diusir oleh Ryuu, makan siang itu pun tetap berlanjut.Ayaka dan Akio kembali berceloteh seru, saling bersaing menceritakan kejadian lucu di sekolah hari itu dan membuat ruangan makan yang sebelumnya sempat mencekam kini kembali ramai. Namun di antara suara tawa anak-anak itu, ada sebuah kesunyian lain yang tak kasat mata. Elle masih tersenyum dan menanggapi cerita si kembar dengan sikap yang hangat, namun Ryuu tahu bahwa ada sesuatu dalam nada bicaranya yang berubah. Ada jeda yang terlalu lama sebelum ia merespons, ada senyum yang terlalu rapi serta terlalu tenang. Dan yang paling membuat Ryuu gelisah, Elle sama sekali tidak menoleh ke arahnya. Ryuu mencuri pandang beberapa kali, mencoba mencari isyarat di wajah gadis itu. Namun Elle tidak memberikan celah sedikit pun. Ia tetap melanjutkan makannya dengan anggun, seolah tak terjadi apa-apa. Tapi Ryuu tahu. Ia tahu jika Elle telah mendengar jelas ucapan Reina tadi. Reina memang sengaja melontarkan b
Suara langkah kaki di atas rumput basah terdengar pelan. Elle menoleh dari tempatnya duduk di ayunan kayu di pojok taman belakang, tepat di bawah pohon maple tua yang menjulang megah. Udara pagi masih membawa hawa sejuk, aroma tanah dan embun bercampur dengan wangi bunga dari taman pribadi yang baru seminggu ini ia kenal. Ryuu berjalan pelan ke arahnya. Pria itu hanya mengenakan kaus putih tipis yang dan celana katun santai. Rambutnya yang gelap sepertinya hanya dirapikan asal-asalan, tanda bahwa ia baru saja bangun dari tidur. Namun wajahnya masih terlalu tampan dan penuh senyum menatap Elle, membuat napas gadis itu seketika tercekat. Terutama ketika ia kembali teringat saat semalam Ryuu menyentuhnya, sama intens dan penuh gelora seperti malam-malam sebelumnya. Tanpa berkata-kata, pria itu lalu duduk di samping Elle. Memandangi angin pagi yang menyapu rambut coklatnya, membuat beberapa helai yang terlepas dari ikatan longgar itu menari di udara. โMorning, Sayang,โ ucap Ryu
Bangunan sekolah itu menjulang megah di depan mata Elle, menampilkan arsitektur elegan bergaya neoklasik dengan sentuhan modern yang menakjubkan. Pilar-pilar tinggi, jendela besar berbingkai emas, dan taman luas yang tertata rapi menyambut setiap tamu dengan keanggunan mereka yang hampir membuat Elle menahan napas. Sekolah ini... lebih mirip istana daripada institusi pendidikan. "Wowโฆ" bisiknya penuh kekaguman dan tanpa sadar. Tangan mungil Ayaka menggenggam erat jari-jarinya di sisi kanan, sementara Akio menggandeng tangan kirinya dengan santai. Mereka bertiga berjalan menyusuri jalan masuk utama, langkah-langkah kecil dan riang si kembar terdengar kontras dengan bangunan megah di depan mereka. "Ini aula utama. Tempat upacara dan pertunjukan," tukas Akio tenang, sambil menunjuk bangunan dengan kubah besar di sebelah kiri. "Dan yang di sana adalah ruang seni! Ada piano dan alat musik yang sangaat lengkap, Elle juga harus lihat ya!" Ayaka menambahkan dengan penuh seman
Suasana pagi yang cerah berlanjut hingga ke halaman depan rumah. Matahari dengan sinarnya yang lembut menggantung manis di langit, angin sepoi-sepoi membawa aroma rumput yang baru disiram. Di depan mobil hitam mengilap yang sudah menunggu, Ayaka dan Akio berjalan beriringan sambil saling sikut-menyikut menyikut untuk memperebutkan perhatian Elle. โAku duluan yang cerita!โ seru Akio sambil memeluk tangan Elle di sebelah kanan. โEnggak, aku!โ Ayaka merenggut tangan Elle dari sisi kiri dan memelototi saudara kembarnya. Elle hanya tertawa kecil, membiarkan keduanya bersandar di tubuhnya sambil melangkah bersama-sama menuju ke mobil. โOke, semuanya boleh cerita. Tapi gantian ya?โ ucapnya lembut. Elle memiliki senyum yang lebar, tulus, seperti embun pagi yang mendinginkan hati siapa pun yang melihatnya. Salah satu hal yang membuat keluarga kecil Takahashi ini jatuh hati kepadanya. โAku punya teman baru, namanya Rin! Dia menyukai Hello Kitty sama sepertiku. Kami duduk bers
Mentari pagi menyusup lembut melalui celah-celah tirai jendela rumah bergaya modern-minimalis yang berdiri megah di tengah kawasan elit itu. Udara segar mengalir melalui jendela yang terbuka sebagian, membelai lembut kulit Elle saat kakinya melangkah turun dari lantai atas. Rambut coklat gelapnya yang biasanya digerai, kini diikat seadanya hingga membentuk sanggul kecil yang manis di atas kepala. Entah ada dorongan dari mana, pagi ini Elle merasa ingin melakukan sesuatu yang sederhana tapi hangat untuk Ryuu dan kedua anaknya. Yaitu... memasak. Terbiasa melakukan segala sesuatunya sendiri sewaktu di Lakeview Inn, rasanya Elle mulai bosan karena semua kebutuhannya telah tersedia di Mansion ini. Semuanya memang tampak luar biasa mewah, tapi Elle merasa seolah ada yang hilang darinya. Well, ia harus melakukan sesuatu agar pikirannya tidak melantur kemana-mana, dan sekarang ia sudah tidak sabar untuk menyentuh alat-alat memasak. Entah kenapa, membayangkan wajah Ayaka da
Di dalam sebuah walk-in closet mewah, seorang gadis berdiri diam dalam gaun malam berwarna biru safir yang membalut tubuhnya dengan anggun. Potongannya sederhana namun tampak elegan, memperlihatkan lekuk bahu dan tulang selangkanya dengan cara yang begitu lembut. Rambutnya yang coklat gelap berkilau disanggul rapi dengan beberapa helai dibiarkan menjuntai, menambah kesan lembut sekaligus dewasa. Gadis itu menatap pantulan dirinya di depan cermin, mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa ia telah siap. Tapi masalahnya, sejak tadi jantungnya terus berdegup dengan kencang. Malam ini Ryuu mengajak Elle makan malam di luar, namun ini bukanlah makan malam biasa. Ini adalah jamuan eksklusif yang diadakan oleh salah satu klien terbesar di perusahaan Ryuu, yaitu keluarga Hamilton, penguasa properti dan perhotelan di New York. Para tamu yang hadir adalah orang-orang penting, kalangan atas, dan tentu saja para sosialita dan pebisnis yang memiliki banyak kepentingan. Termasuk
Langit biru membentang luas di kejauhan, dihiasi awan tipis yang melayang tenang. Suara baling-baling helikopter terdengar konsisten dan mantap, mengisi ruang kabin dengan dengung lembut yang anehnya terasa menenangkan bagi Elle. Ia duduk di kursi kulit yang empuk, bersandar dengan Ayaka yang tertidur pulas di pangkuannya. Tangan mungil gadis kecil itu menggenggam jemari Elle dengan erat, seolah tak ingin terlepas. Tepat di seberang Elle, ada Ryuu yang sedang memangku Akio yang juga telah terlelap. Tubuh kecil bocah itu bersandar nyaman di dada Daddy-nya, dan sesekali mengguman pelan dalam tidurnya. Elle pun mengalihkan pandangannya ke jendela. Dari ketinggian ini, Lakeview Inn tampak semakin lama semakin mengecil, hingga nyaris tak terlihat di antara pepohonan yang menghijau. Tempat yang selama ini menjadi rumah yang nyaman serta awal dari semua kebahagiaan dalam hidupnya. Perasaan Elle bercampur aduk. Ada duka yang menggelayut, karena ia meninggalkan lokasi yang s